Penjelasan Ending Film Challengers menurut Pemain, Penulis, dan Sutradara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Film Challengers berakhir dengan open ending, meninggalkan penonton yang bertanya-tanya siapa yang memenangkan pertandingan dan bagaimana akhir hubungan cinta segitiga para karakter utamanya.
Dalam ending film Challengers, Tashi (Zendaya) meminta Patrick (Josh O'Connor) agar mengalah dalam pertandingannya melawan Art (Mike Faist). Namun saat pertandingan berlangsung, justru terjadi kejar-kejaran angka yang sengit antara Patrick dan Art.
Film ditutup dengan bola yang melayang di atas net, lalu Art seolah-olah akan memukul bola tersebut ke sisi Patrick untuk membuat poin. Namun nyatanya, keduanya malah melompat, lalu saling berpelukan di udara dan tersenyum.
1. Siapa yang Memenangkan Pertandingan?
Foto: Warner Bros. Pictures
Banyak yang mengira bahwa Art memenangkan pertandingan, tapi pendapat ini ditepis oleh hakim tenis David Hanzes. Mengutip Screenrant, menurut David, Art masuk ke sisi Patrick, dan menyentuh badannya. Padahal, hal ini dilarang dalam pertandingan yang masih berlangsung.
Jadi jika mengikuti aturan, maka Art justru tak mendapat poin. Selain itu, Patrick juga belum tentu menang karena sesungguhnya pertandingan belum berakhir. Jadi siapa pun bisa memenangkan pertandingan tersebut.
Meski begitu, penulis skenario Justin Kuritzkes mengatakan jawaban soal siapa yang menang tidak relevan, dan bukan itu inti atau pesan yang mau disampaikan dalam cerita Challengers. Lebih detailnya, akan dijelaskan pada poin berikutnya.
2. Mengapa Tashi Berteriak "Come On"?
Foto: Warner Bros. Pictures
Pada akhir cerita, Tashi juga berteriak, "Come on". Teriakan ini sebelumnya pernah kita dengar saat ia bertanding sebelum menderita cedera. Ia meneriakkannya saat tengah unggul dalam pertandingan.
Namun, teriakannya dalam pertandingan final antara Patrick dan Art bukan karena ada yang unggul poinnya. Namun teriakan ini mengacu pada antusiasmenya melihat pertandingan yang seru dan membuatnya penuh semangat.
Seperti penonton ketahui, hidup Tashi hanya berputar di tenis. Sebelum cedera, ia adalah pemain cemerlang. Setelah cedera, ia masih mampu menjadi pelatih bagi Art.
Jangan lupa, ia juga memilih berpacaran dengan Patrick karena pria itu menang di lapangan tenis melawan Art. Ketika mereka berpacaran, Tashi bahkan memberikan nasihat soal tenis kepada Patrick, padahal mereka sedang bercumbu di ranjang hingga membuat Patrick kesal.
Jadi saat ia kehilangan Patrick, lalu kemudian melihat Art yang rasa percaya dirinya runtuh dan mau pensiun, Tashi tak bisa menerima kenyataan itu karena artinya dunianya juga akan ikut runtuh.
Karena itulah ia juga memberi ultimatum saat Art ingin pensiun. Ia mengatakan bahwa ia akan meninggalkan suaminya itu jika ia kalah melawan Patrick.
3. Pesan Film menurut Pemain dan Sutradara
Foto: Warner Bros. Pictures
Kembali melanjutkan poin nomor satu di atas, saat ending digambarkan bahwa Art kembali menemukan antusiasmenya dan rasa percaya dalam bermain tenis saat ia menyadari bahwa Patrick telah tidur dengan Tashi (info yang didapatnya berdasarkan petunjuk bola yang ditaruh Patrick di tengah raketnya).
Melihat Art bangkit semangatnya, Patrick pun senang dan pada akhirnya keduanya disimbolkan berdamai dengan saling berpelukan dan tersenyum. Sementara Tashi pun bergelora semangatnya karena menyaksikan pertandingan yang sangat seru antara dua pria terdekatnya.
"Pada akhir film, mereka semuanya akhirnya kembali saling menemukan," ujar Josh O'Connor, mengutip dari Entertainment Weekly.
Menurut Josh, ketiganya berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan seperti masa remaja dulu, tapi mereka melakukannya dengan cara yang berbeda-beda. Pada akhir film, di lapangan tenis itulah akhirnya mereka menemukan kembali hal tersebut.
"Bagi Art, mungkin pensiun dari tenis dan membangun hubungan yang lebih baik lagi dengan istrinya. Bagi Tashi, menemukan kembali kepuasan dalam tenis setelah cedera. Bagi Patrick menemukan kembali kesenangan bermain tenis bersama Art seperti masa muda dulu," imbuh Josh.
Sutradara Luca Guadagnino pun mengamini bahwa ending film Challengersseperti kembali ke masascene saat ketiganya berada di kamar hotel kala remaja dulu.
"Selama 13 tahun mereka berharap bisa kembali ke kamar hotel dan menemukan kembali momen indah dari hasrat dan kepolosan yang berkembang," kata Luca Guadagnino.
"Jadi sepanjang alur cerita, itulah yang mereka coba lakukan. Pada akhirnya, dengan persaingan yang semakin tinggi, hubungan segitiga tersebut akhirnya berada pada kondisi yang sama seperti dulu, tapi kali ini tempatnya di lapangan tenis," imbuh Luca.
"Saya ingin penonton mengerti bahwa ini bukan tentang siapa yang menang atas siapa, tapi tentang mereka yang kembali bersama, bertiga kembali," tutupnya.
Itulah penjelasan ending film Challengers. Semoga kamu tidak penasaran lagi, ya!
Dalam ending film Challengers, Tashi (Zendaya) meminta Patrick (Josh O'Connor) agar mengalah dalam pertandingannya melawan Art (Mike Faist). Namun saat pertandingan berlangsung, justru terjadi kejar-kejaran angka yang sengit antara Patrick dan Art.
Film ditutup dengan bola yang melayang di atas net, lalu Art seolah-olah akan memukul bola tersebut ke sisi Patrick untuk membuat poin. Namun nyatanya, keduanya malah melompat, lalu saling berpelukan di udara dan tersenyum.
1. Siapa yang Memenangkan Pertandingan?
Foto: Warner Bros. Pictures
Banyak yang mengira bahwa Art memenangkan pertandingan, tapi pendapat ini ditepis oleh hakim tenis David Hanzes. Mengutip Screenrant, menurut David, Art masuk ke sisi Patrick, dan menyentuh badannya. Padahal, hal ini dilarang dalam pertandingan yang masih berlangsung.
Jadi jika mengikuti aturan, maka Art justru tak mendapat poin. Selain itu, Patrick juga belum tentu menang karena sesungguhnya pertandingan belum berakhir. Jadi siapa pun bisa memenangkan pertandingan tersebut.
Meski begitu, penulis skenario Justin Kuritzkes mengatakan jawaban soal siapa yang menang tidak relevan, dan bukan itu inti atau pesan yang mau disampaikan dalam cerita Challengers. Lebih detailnya, akan dijelaskan pada poin berikutnya.
2. Mengapa Tashi Berteriak "Come On"?
Foto: Warner Bros. Pictures
Pada akhir cerita, Tashi juga berteriak, "Come on". Teriakan ini sebelumnya pernah kita dengar saat ia bertanding sebelum menderita cedera. Ia meneriakkannya saat tengah unggul dalam pertandingan.
Namun, teriakannya dalam pertandingan final antara Patrick dan Art bukan karena ada yang unggul poinnya. Namun teriakan ini mengacu pada antusiasmenya melihat pertandingan yang seru dan membuatnya penuh semangat.
Seperti penonton ketahui, hidup Tashi hanya berputar di tenis. Sebelum cedera, ia adalah pemain cemerlang. Setelah cedera, ia masih mampu menjadi pelatih bagi Art.
Jangan lupa, ia juga memilih berpacaran dengan Patrick karena pria itu menang di lapangan tenis melawan Art. Ketika mereka berpacaran, Tashi bahkan memberikan nasihat soal tenis kepada Patrick, padahal mereka sedang bercumbu di ranjang hingga membuat Patrick kesal.
Jadi saat ia kehilangan Patrick, lalu kemudian melihat Art yang rasa percaya dirinya runtuh dan mau pensiun, Tashi tak bisa menerima kenyataan itu karena artinya dunianya juga akan ikut runtuh.
Karena itulah ia juga memberi ultimatum saat Art ingin pensiun. Ia mengatakan bahwa ia akan meninggalkan suaminya itu jika ia kalah melawan Patrick.
3. Pesan Film menurut Pemain dan Sutradara
Foto: Warner Bros. Pictures
Kembali melanjutkan poin nomor satu di atas, saat ending digambarkan bahwa Art kembali menemukan antusiasmenya dan rasa percaya dalam bermain tenis saat ia menyadari bahwa Patrick telah tidur dengan Tashi (info yang didapatnya berdasarkan petunjuk bola yang ditaruh Patrick di tengah raketnya).
Melihat Art bangkit semangatnya, Patrick pun senang dan pada akhirnya keduanya disimbolkan berdamai dengan saling berpelukan dan tersenyum. Sementara Tashi pun bergelora semangatnya karena menyaksikan pertandingan yang sangat seru antara dua pria terdekatnya.
"Pada akhir film, mereka semuanya akhirnya kembali saling menemukan," ujar Josh O'Connor, mengutip dari Entertainment Weekly.
Menurut Josh, ketiganya berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan seperti masa remaja dulu, tapi mereka melakukannya dengan cara yang berbeda-beda. Pada akhir film, di lapangan tenis itulah akhirnya mereka menemukan kembali hal tersebut.
"Bagi Art, mungkin pensiun dari tenis dan membangun hubungan yang lebih baik lagi dengan istrinya. Bagi Tashi, menemukan kembali kepuasan dalam tenis setelah cedera. Bagi Patrick menemukan kembali kesenangan bermain tenis bersama Art seperti masa muda dulu," imbuh Josh.
Sutradara Luca Guadagnino pun mengamini bahwa ending film Challengersseperti kembali ke masascene saat ketiganya berada di kamar hotel kala remaja dulu.
"Selama 13 tahun mereka berharap bisa kembali ke kamar hotel dan menemukan kembali momen indah dari hasrat dan kepolosan yang berkembang," kata Luca Guadagnino.
"Jadi sepanjang alur cerita, itulah yang mereka coba lakukan. Pada akhirnya, dengan persaingan yang semakin tinggi, hubungan segitiga tersebut akhirnya berada pada kondisi yang sama seperti dulu, tapi kali ini tempatnya di lapangan tenis," imbuh Luca.
"Saya ingin penonton mengerti bahwa ini bukan tentang siapa yang menang atas siapa, tapi tentang mereka yang kembali bersama, bertiga kembali," tutupnya.
Itulah penjelasan ending film Challengers. Semoga kamu tidak penasaran lagi, ya!
(ita)