CERMIN: Amerika Seharusnya Sudah Punya Presiden Perempuan sejak 1972

Sebagai seorang aktris kampiun, ia menubuhkan Shirley dalam dirinya dan kita melihat ia sebagai seorang ikon, perempuan pendobrak yang bergerak melewati zamannya. Regina tak sekadar aktris, ia pun menjadi sutradara dengan karya debut, One Night in Miami, yang beroleh perhatian besar pada 2020. Saya membayangkan bagaimana jadinya jika Shirley diarahkan sekaligus oleh Regina.

Sebagaimana Rustin dan juga Shirley, kita juga bisa belajar dari kedua film bahwa para tokoh pendobrak perlu dikenal lebih luas oleh generasi terkini dengan medium yang lebih populer seperti film. Maka industri film kita sejatinya bisa mencetak karya-karya yang mengembalikan ingatan kita pada sejumlah tokoh penting yang perlahan tapi pasti dilupakan zaman.

Kita bisa melihat Roehana Koeddoes, jurnalis perempuan pertama di negeri ini, kembali hidup di layar dan membuat masyarakat tahu betapa besar perannya memperjuangkan emansipasi wanita.



Atau kita bisa melihat kembali betapa bangganya Indonesia dulu punya astronaut pertama yang kebetulan perempuan, Pratiwi Sudarmono, yang nyaris mencetak sejarah sebagai orang Indonesia pertama yang menjejakkan kakinya di bulan.

Butuh waktu hingga 15 tahun bagi masyarakat sehingga bisa diingatkan kembali dengan sosok Shirley Chisholm. Dari suaranya yang bergema pada tahun 1972, kita tahu bahwa bisa jadi saatnya pula bagi kita untuk merenungkan kembali makna “give politics back to the people”, kembalikan politik kepada rakyat, slogan yang masih relevan hingga hari ini.

Shirley
Produser: Elizabeth Haggard, Regina King, Reina King, Anikah McLaren, John Ridley
Penulis Skenario: John Ridley
Sutradara: John Ridley
Pemain: Regina King, Lance Reddick, Lucas Hedges

Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada