CERMIN: Sampai Kapan Falcon Pictures Tidak Percaya Diri dengan Cerita Orisinal?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2016. Falcon Pictures merilis film dari cerita orisinal Comic 8: Casino Kings Part 1 dan menghasilkan film sejuta penonton pertama untuk rumah produksi tersebut.
Film yang dibesut Anggy Umbara dan mengumpulkan stand up comedian yang sedang populer tersebut ternyata disambut baik oleh penonton dan akhirnya beroleh 1,2 juta penonton. Sayangnya Falcon Pictures tak cukup percaya diri untuk terus mendorong film dengan cerita orisinal dan akhirnya malah blunder dengan sejumlah film adaptasi, juga film ulang buat, dalam beberapa tahun terakhir.
Setelah gagal dengan Si Juki The Moviepada2017, Falcon Pictures memberanikan diri untuk kembali memasuki ranah adaptasi cerita dari LINE Webtoon. Kali ini digarap sebagai sebuah live-action movie yang mengangkat cerita berjudul Pasutri Gaje.
Saya terpapar dengan cerita ini saat masih menjadi dosen di program studi TV dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran. Saat mengampu mata kuliah Bisnis dan Industri Film, salah satu tugas yang saya ajukan untuk mahasiswa adalah membuat presentasi film adaptasi dari novel/komik/cerbung, dan lainnya. Salah satu kelompok mahasiswa memilih cerita dari Annisa Nisfihani tersebut.
Sewaktu mulai membaca cerita tersebut, jujur saja saya merasa terhibur. Namun ketika mencoba menelaah dari perspektif adaptasi, saya malah kebingungan. Apa yang perlu dikedepankan dari cerita yang sekedar mengupas masalah-masalah gak jelas dari pasangan yang juga gak jelas itu?
Foto: Falcon Pictures
Oleh karena itu,mengadaptasi cerita sejenis ini pun menjadi tantangan tersendiri dan Falcon Pictures menyerahkan beban itu ke penulis skenario, Alim Sudio. Sebelumnya Alim berhasil mengadaptasi skenario Miracle in Cell No 7(juga produksi Falcon Pictures] yang tak hanya dipuji kualitasnya tapi juga berhasil di box office.
Tentu saja ada ekspektasi tersendiri menyimak Pasutri Gaje yang kembali memajang duet sukses, Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Untungnya saya bukan termasuk penggemar cerita ini, jadi saya bisa (sedikit) membebaskan diri dari segala bias yang mungkin timbul dan mencoba melihat filmnya dari kacamata film itu sendiri.
Sutradara Fajar Bustomi mengajak kita bertemu dengan pasangan Adimas dan Adelia. Jika membaca ceritanya di LINE Webtoon, percayalah bisa jadi tak pernah ada di kepala pembaca untuk mengimajinasikan Adimas dan Adelia untuk diperankan Reza dan Bunga.
Namun sebagaimana rumah produksi besar lainnya, Falcon Pictures tak cukup percaya diri mengedepankan duet pemain yang dinilai leboh cocok dengan gambaran sebagian besar pembaca ceritanya. Oleh karena itu kita pun menerima Reza menjadi Adimas, Bunga sebagai Adelia, dan meski sulit, menerima keduanya sebagai pasangan yang baru saja menikah dan sedang berusaha untuk punya anak.
Foto: Falcon Pictures
Tapi Reza dan Bunga memang sudah klik dan akhirnya kita lupa dengan detail-detail bahwa usia mereka sudah tak cukup muda untuk menjadi pasangan muda. Kita melihat keduanya lebur menjadi pasangan dengan segala ke-gaje-annya. Terutama Reza yang kembali bisa menampilkan keterampilannya memainkan mimik wajah yang komikal yang sukses membuat penonton terbahak.
Begitupun terasa betul Pasutri Gaje mencoba setia dengan materi aslinya. Saya ingat kata-kata salah satu script doctor paling terkenal di Hollywood, Scott Frank. Di media prestisius The New Yorker yang terbit pada 23 Desember 2023 lalu, Scott bilang bahwa jika ada film adaptasi yang mencoba mati-matian setia dengan materi aslinya, maka bisa jadi akan menghasilkan film yang buruk.
Segala karakter tumplek blek dihadirkan dalam film yang durasinya 'cuma' 109 menit dan membuat ceritanya ngalor-ngidul ke mana-mana. Padahal bisa saja Pasutri Gaje menjadi film yang solid jika mencoba fokus pada kehidupan rumah tangga Adimas – Adelia, dan terutama dinamika hubungan Adimas dan ayah mertuanya (diperankan dengan menarik oleh Indro Warkop) yang asyik untuk dieksplorasi.
Cerita dengan segala ke-gaje-an seperti Pasutri Gaje ini memang menuntut keberanian untuk melakukan perombakan besar-besaran dan membuat materi skenarionya cukup kuat untuk divisualkan sebagai film.
Foto: Falcon Pictures
Namun Pasutri Gaje terlalu berlebihan jika digolongkan sebagai film yang buruk. Meskipun secara ide cerita sesungguhnya Pasutri Gaje tak istimewa.
Sebenarnya bisa saja hadir dari cerita orisinal. Kalau Falcon Pictures dan anak bisnisnya, Kwikku, masih tak punya cukup stok cerita orisinal yang menarik, kami di Indonesia Sinema Persada punya cukup banyak stok yang menanti untuk diadopsi oleh Pak Naveen dan Bu Frederica.
Film yang dibesut Anggy Umbara dan mengumpulkan stand up comedian yang sedang populer tersebut ternyata disambut baik oleh penonton dan akhirnya beroleh 1,2 juta penonton. Sayangnya Falcon Pictures tak cukup percaya diri untuk terus mendorong film dengan cerita orisinal dan akhirnya malah blunder dengan sejumlah film adaptasi, juga film ulang buat, dalam beberapa tahun terakhir.
Setelah gagal dengan Si Juki The Moviepada2017, Falcon Pictures memberanikan diri untuk kembali memasuki ranah adaptasi cerita dari LINE Webtoon. Kali ini digarap sebagai sebuah live-action movie yang mengangkat cerita berjudul Pasutri Gaje.
Baca Juga
Saya terpapar dengan cerita ini saat masih menjadi dosen di program studi TV dan Film, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran. Saat mengampu mata kuliah Bisnis dan Industri Film, salah satu tugas yang saya ajukan untuk mahasiswa adalah membuat presentasi film adaptasi dari novel/komik/cerbung, dan lainnya. Salah satu kelompok mahasiswa memilih cerita dari Annisa Nisfihani tersebut.
Sewaktu mulai membaca cerita tersebut, jujur saja saya merasa terhibur. Namun ketika mencoba menelaah dari perspektif adaptasi, saya malah kebingungan. Apa yang perlu dikedepankan dari cerita yang sekedar mengupas masalah-masalah gak jelas dari pasangan yang juga gak jelas itu?
Foto: Falcon Pictures
Oleh karena itu,mengadaptasi cerita sejenis ini pun menjadi tantangan tersendiri dan Falcon Pictures menyerahkan beban itu ke penulis skenario, Alim Sudio. Sebelumnya Alim berhasil mengadaptasi skenario Miracle in Cell No 7(juga produksi Falcon Pictures] yang tak hanya dipuji kualitasnya tapi juga berhasil di box office.
Tentu saja ada ekspektasi tersendiri menyimak Pasutri Gaje yang kembali memajang duet sukses, Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Untungnya saya bukan termasuk penggemar cerita ini, jadi saya bisa (sedikit) membebaskan diri dari segala bias yang mungkin timbul dan mencoba melihat filmnya dari kacamata film itu sendiri.
Sutradara Fajar Bustomi mengajak kita bertemu dengan pasangan Adimas dan Adelia. Jika membaca ceritanya di LINE Webtoon, percayalah bisa jadi tak pernah ada di kepala pembaca untuk mengimajinasikan Adimas dan Adelia untuk diperankan Reza dan Bunga.
Namun sebagaimana rumah produksi besar lainnya, Falcon Pictures tak cukup percaya diri mengedepankan duet pemain yang dinilai leboh cocok dengan gambaran sebagian besar pembaca ceritanya. Oleh karena itu kita pun menerima Reza menjadi Adimas, Bunga sebagai Adelia, dan meski sulit, menerima keduanya sebagai pasangan yang baru saja menikah dan sedang berusaha untuk punya anak.
Foto: Falcon Pictures
Tapi Reza dan Bunga memang sudah klik dan akhirnya kita lupa dengan detail-detail bahwa usia mereka sudah tak cukup muda untuk menjadi pasangan muda. Kita melihat keduanya lebur menjadi pasangan dengan segala ke-gaje-annya. Terutama Reza yang kembali bisa menampilkan keterampilannya memainkan mimik wajah yang komikal yang sukses membuat penonton terbahak.
Begitupun terasa betul Pasutri Gaje mencoba setia dengan materi aslinya. Saya ingat kata-kata salah satu script doctor paling terkenal di Hollywood, Scott Frank. Di media prestisius The New Yorker yang terbit pada 23 Desember 2023 lalu, Scott bilang bahwa jika ada film adaptasi yang mencoba mati-matian setia dengan materi aslinya, maka bisa jadi akan menghasilkan film yang buruk.
Segala karakter tumplek blek dihadirkan dalam film yang durasinya 'cuma' 109 menit dan membuat ceritanya ngalor-ngidul ke mana-mana. Padahal bisa saja Pasutri Gaje menjadi film yang solid jika mencoba fokus pada kehidupan rumah tangga Adimas – Adelia, dan terutama dinamika hubungan Adimas dan ayah mertuanya (diperankan dengan menarik oleh Indro Warkop) yang asyik untuk dieksplorasi.
Cerita dengan segala ke-gaje-an seperti Pasutri Gaje ini memang menuntut keberanian untuk melakukan perombakan besar-besaran dan membuat materi skenarionya cukup kuat untuk divisualkan sebagai film.
Foto: Falcon Pictures
Namun Pasutri Gaje terlalu berlebihan jika digolongkan sebagai film yang buruk. Meskipun secara ide cerita sesungguhnya Pasutri Gaje tak istimewa.
Sebenarnya bisa saja hadir dari cerita orisinal. Kalau Falcon Pictures dan anak bisnisnya, Kwikku, masih tak punya cukup stok cerita orisinal yang menarik, kami di Indonesia Sinema Persada punya cukup banyak stok yang menanti untuk diadopsi oleh Pak Naveen dan Bu Frederica.
Baca Juga