CERMIN: Mirales dan Dog, Bersahabat Sejak Kecil, Terpecah karena Perempuan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2001. Dari Meksiko, Alfonso Cuaron datang dengan sebuah kisah menggugah tentang persahabatan dua laki-laki yang terjalin sejak berantakan seketika karena masuknya seorang perempuan dalam kehidupan mereka.
Y Tu Mama Tambien (And Your Mother Too) menjadi sebuah kisah yang mengorbitkan Alfonso ke orbit perfilman dunia. Dalam kisahnya kita diajak menelusuri perjalanan bermobil yang dilewati dua orang cowok, Julio dan Tenoch, dan seorang perempuan yang lebih tua dari keduanya, Luisa.
Julio dan Tenoch sangat dekat, persahabatan mereka bisa saja membuat iri banyak orang. Tapi kita tahu kedekatan seperti itu juga membuat keduanya rentan dengan pergesekan satu sama lain. Hanya perlu sebuah pemicu yang akan menguji persahabatan mereka.
Pemicu itu adalah seorang perempuan bernama Luisa. Julio dan Tenoch yang masih teramat muda dibuat mabuk kepayang oleh perempuan itu. Dan hubungan mereka retak begitu saja ketika mereka saling mencemburui satu sama lain.
Y Tu Mama Tambien dibuat saat isu LGBT belum mengemuka dan kita melihat persahabatan murni di antara dua laki-laki tanpa ada ketertarikan seksual di dalamnya.
Foto: Bac Films
Lebih dari 20 tahun kemudian, Prancis mengolah kisah dengan premis mirip berjudul Junkyard Dog yang menjadi salah satu film dalam rangkaian My French Film Festival yang diselenggarakan secara daring via Mubi dan Klik Film dari 19 Januari – 19 Februari 2024. Meski datang dengan premis mirip, ada kesegaran baru dan pendekatan menarik yang ditawarkan sang sutradara, Jean-Baptiste Durand.
Sebuah kesegaran dari karakter dua cowok yang sengaja dibuat saling bertentangan. Juga pendekatan memarkirkan kisah ini di sebuah kota kecil di Prancis Selatan dengan kehidupan yang terasa berjalan begitu-begitu saja.
Berbeda dengan Julio dan Tenoch yang cenderung punya karakter yang mirip, Mirales dan Dog dalam Junkyard Dog dibuat sangat berbeda. Mirales digambarkan bermulut kasar, gemar mengkritik apa pun tapi terasa sangat terpelajar dan ramah terhadap orang-orang yang lebih tua.
Sementara Dog digambarkan tak banyak bicara, cenderung tak bereaksi apa pun ketika diprovokasi oleh Mirales, tapi juga tak bisa menghindar dari Mirales yang sudah menjadi sahabatnya sejak masih berusia 12 tahun.
Jean membiarkan kita melihat Mirales menjalani hari demi harinya dengan sangat membosankan. Nyaris tak ada letupan apa pun dalam hidupnya. Setiap hari ia bangun dari tidur, memberi makan anjingnya, lantas keluar menjual ganja pada siapa pun konsumen yang membutuhkannya.
Foto: Bac Films
Di sore hari ia nongkrong dengan sesama pemuda mengobrol ngalor ngidul tentang apa pun. Sesekali ia mengunjungi tetangganya yang sudah tua, menegur bapak-bapak yang hobi membeli lotere dan memberinya saran agar bisa menang.
Dog pun terperangkap di tengah-tengah hidup yang membosankan itu. Berbeda dengan Mirales yang menyambung hidup dengan berjualan ganja, Dog justru hidup dari asuransi kesejahteraan pemerintah sehingga ia tak melakukan apa pun untuk menghasilkan uang. Dog menghabiskan hari-harinya dengan memainkan gim sepak bola di rumahnya, kadang seorang diri, sering kali bersama Mirales.
Kehidupan mereka menjadi tak membosankan ketika seorang perempuan bernama Elsa masuk ke dalam hidup Dog. Tentu saja Mirales menjadi terlibat. Kita melihat betapa tidak sukanya Mirales pada Elsa karena merasa ia hanya memanfaatkan Dog yang memang terlihat bodoh.
Kita tahu bisa saja Mirales benar. Namun perbuatan Mirales yang gemar mengintimidasi Dog memang tak bisa dibenarkan. Dan Elsa membenci Mirales karena melakukan hal itu kepada Dog bahkan di depan orang banyak sekalipun.
Foto: Bac Films
Seperti sebagian besar film Prancis atau negara-negara Eropa lainnya, Junkyard Dog juga tampak tak menjanjikan apa pun pada awal kisah. Filmnya berjalan dengan ritme lambat dan bisa membuat mereka yang tak menyukai premis tentang persahabatan dua cowok jatuh tak sabar.
Namundengan kekuatan skenario dan terutama bagaimana para aktor meniupkan ruh karakter ke dalam diri mereka, kita dibuat larut mengikuti kisah mereka. Tak banyak polesan musik untuk membuat cerita terasa lebih dramatik, tapi kita tahu bahwa akan ada ledakan yang ditimbulkan oleh cerita di ujung film.
Sebuah ledakan yang tak kita sangka-sangka dan menguji premis filmnya sendiri. Sebagaimana Julio dan Tenoch, persahabatan Mirales dan Dog akhirnya akan diuji dalam sebuah peristiwa besar. Ini akan membuat kita menggumam dalam hati: akankah persahabatan ini hancur berantakan atau malah terikat lebih kuat dari sebelumnya?
Bagi laki-laki seperti saya, menyaksikan film-film seperti Y Tu Mama Tambien atau Junkyard Dog memberi perspektif tentang bagaimana kami menjalani persahabatan dulu semasa masih muda. Bagaimana persahabatan tersebut perlahan membentuk diri kami menjadi seperti hari ini, bagaimana persahabatan tersebut juga memberi kami banyak hal untuk melihat apa yang sebelumnya selalu tak kami indahkan.
Saya selalu ingat pada petinju legendaris Muhammad Ali dalam memandang persahabatan. “Friendship is the hardest thing in the world to explain. It’s not something you learn in school. But if you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything.”
Junkyard Dog
Produser: Anais Bertrand
Sutradara: Jean-Baptiste Durand
Penulis Skenario: Jean-Baptiste Durand, Nicolas Fleureau, Emma Benestan
Pemain: Raphael Quenard, Anthony Bajon, Galatea Bellugi
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Y Tu Mama Tambien (And Your Mother Too) menjadi sebuah kisah yang mengorbitkan Alfonso ke orbit perfilman dunia. Dalam kisahnya kita diajak menelusuri perjalanan bermobil yang dilewati dua orang cowok, Julio dan Tenoch, dan seorang perempuan yang lebih tua dari keduanya, Luisa.
Julio dan Tenoch sangat dekat, persahabatan mereka bisa saja membuat iri banyak orang. Tapi kita tahu kedekatan seperti itu juga membuat keduanya rentan dengan pergesekan satu sama lain. Hanya perlu sebuah pemicu yang akan menguji persahabatan mereka.
Pemicu itu adalah seorang perempuan bernama Luisa. Julio dan Tenoch yang masih teramat muda dibuat mabuk kepayang oleh perempuan itu. Dan hubungan mereka retak begitu saja ketika mereka saling mencemburui satu sama lain.
Y Tu Mama Tambien dibuat saat isu LGBT belum mengemuka dan kita melihat persahabatan murni di antara dua laki-laki tanpa ada ketertarikan seksual di dalamnya.
Foto: Bac Films
Lebih dari 20 tahun kemudian, Prancis mengolah kisah dengan premis mirip berjudul Junkyard Dog yang menjadi salah satu film dalam rangkaian My French Film Festival yang diselenggarakan secara daring via Mubi dan Klik Film dari 19 Januari – 19 Februari 2024. Meski datang dengan premis mirip, ada kesegaran baru dan pendekatan menarik yang ditawarkan sang sutradara, Jean-Baptiste Durand.
Sebuah kesegaran dari karakter dua cowok yang sengaja dibuat saling bertentangan. Juga pendekatan memarkirkan kisah ini di sebuah kota kecil di Prancis Selatan dengan kehidupan yang terasa berjalan begitu-begitu saja.
Berbeda dengan Julio dan Tenoch yang cenderung punya karakter yang mirip, Mirales dan Dog dalam Junkyard Dog dibuat sangat berbeda. Mirales digambarkan bermulut kasar, gemar mengkritik apa pun tapi terasa sangat terpelajar dan ramah terhadap orang-orang yang lebih tua.
Sementara Dog digambarkan tak banyak bicara, cenderung tak bereaksi apa pun ketika diprovokasi oleh Mirales, tapi juga tak bisa menghindar dari Mirales yang sudah menjadi sahabatnya sejak masih berusia 12 tahun.
Jean membiarkan kita melihat Mirales menjalani hari demi harinya dengan sangat membosankan. Nyaris tak ada letupan apa pun dalam hidupnya. Setiap hari ia bangun dari tidur, memberi makan anjingnya, lantas keluar menjual ganja pada siapa pun konsumen yang membutuhkannya.
Foto: Bac Films
Di sore hari ia nongkrong dengan sesama pemuda mengobrol ngalor ngidul tentang apa pun. Sesekali ia mengunjungi tetangganya yang sudah tua, menegur bapak-bapak yang hobi membeli lotere dan memberinya saran agar bisa menang.
Dog pun terperangkap di tengah-tengah hidup yang membosankan itu. Berbeda dengan Mirales yang menyambung hidup dengan berjualan ganja, Dog justru hidup dari asuransi kesejahteraan pemerintah sehingga ia tak melakukan apa pun untuk menghasilkan uang. Dog menghabiskan hari-harinya dengan memainkan gim sepak bola di rumahnya, kadang seorang diri, sering kali bersama Mirales.
Kehidupan mereka menjadi tak membosankan ketika seorang perempuan bernama Elsa masuk ke dalam hidup Dog. Tentu saja Mirales menjadi terlibat. Kita melihat betapa tidak sukanya Mirales pada Elsa karena merasa ia hanya memanfaatkan Dog yang memang terlihat bodoh.
Kita tahu bisa saja Mirales benar. Namun perbuatan Mirales yang gemar mengintimidasi Dog memang tak bisa dibenarkan. Dan Elsa membenci Mirales karena melakukan hal itu kepada Dog bahkan di depan orang banyak sekalipun.
Foto: Bac Films
Seperti sebagian besar film Prancis atau negara-negara Eropa lainnya, Junkyard Dog juga tampak tak menjanjikan apa pun pada awal kisah. Filmnya berjalan dengan ritme lambat dan bisa membuat mereka yang tak menyukai premis tentang persahabatan dua cowok jatuh tak sabar.
Namundengan kekuatan skenario dan terutama bagaimana para aktor meniupkan ruh karakter ke dalam diri mereka, kita dibuat larut mengikuti kisah mereka. Tak banyak polesan musik untuk membuat cerita terasa lebih dramatik, tapi kita tahu bahwa akan ada ledakan yang ditimbulkan oleh cerita di ujung film.
Sebuah ledakan yang tak kita sangka-sangka dan menguji premis filmnya sendiri. Sebagaimana Julio dan Tenoch, persahabatan Mirales dan Dog akhirnya akan diuji dalam sebuah peristiwa besar. Ini akan membuat kita menggumam dalam hati: akankah persahabatan ini hancur berantakan atau malah terikat lebih kuat dari sebelumnya?
Bagi laki-laki seperti saya, menyaksikan film-film seperti Y Tu Mama Tambien atau Junkyard Dog memberi perspektif tentang bagaimana kami menjalani persahabatan dulu semasa masih muda. Bagaimana persahabatan tersebut perlahan membentuk diri kami menjadi seperti hari ini, bagaimana persahabatan tersebut juga memberi kami banyak hal untuk melihat apa yang sebelumnya selalu tak kami indahkan.
Saya selalu ingat pada petinju legendaris Muhammad Ali dalam memandang persahabatan. “Friendship is the hardest thing in the world to explain. It’s not something you learn in school. But if you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything.”
Junkyard Dog
Produser: Anais Bertrand
Sutradara: Jean-Baptiste Durand
Penulis Skenario: Jean-Baptiste Durand, Nicolas Fleureau, Emma Benestan
Pemain: Raphael Quenard, Anthony Bajon, Galatea Bellugi
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)