BOX OFFICE: 103 Judul; 53,3 Juta Penonton; Tahun Baik bagi Film Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2022. CEO Visinema Pictures Angga Sasongko memberi pernyataan menarik seputar industri film di Indonesia pada tahun 2023.
Sutradara yang sudah tiga kali dinominasikan untuk predikat Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia itu berbicara dalam ajang Indonesia Millennial and Gen Z Summit 2022 yang diselenggarakan 29 September di Tribata, Jakarta. Meski senang dengan pencapaian film Indonesia pada tahun sebelumnya, Angga mewanti-wanti untuk melihat apa yang akan terjadi pada 2023.
"Kuncinya ada di 2023. Kalau di 2022 ini kita luar biasa, tapi ada banyak sekali faktor non-technical yang memengaruhi perjalanan market. Selama dua tahun gak ada bioskop dan film Hollywood bingung mendistribusikan filmnya ke mana. Nah, beberapa langsung ke Disney+ Hotstar, Hulu, dan lain-lain. Pada akhirnya waktu market buka, inventory film Hollywood gak sebesar biasanya,“ ujarnya sebagaimana dikutip dari IDN Times.
Tahun 2022 menjadi puncak pencapaian film Indonesia dari sisi box office. Selama setahun tercatat 57 juta lembar tiket film Indonesia terjual dan kembali mengulang pencapaian yang diraih pada 2019.
Yang paling menarik adalah dari total sekitar 86 juta lembar tiket yang terjual di bioskop Tanah Air, 61% di antaranya berasal dari film Indonesia. Jumlah ini memang masih setengah dari rekor total penjualan 150 juta lembar tiket pada 2019, tapi hal ini menunjukkan bahwa film Indonesia sudah berhasil menjadi tuan rumah di bioskop negerinya sendiri.
Film Budi Pekerti. Foto: Rakata Studio
Sayangnya hingga Mei 2023, perolehan box office film Indonesia baru mencapai angka lima belas juta. Hingga Mei 2023 tercatat baru empat film Indonesia yang beroleh penonton di atas satu juta orang. Apakah pencapaian tahun 2022 dengan tiga belas film yang menembus satu juta penonton masih bisa terlampaui pada 2023?
Ternyata sekali lagi, Indonesian cinema did it again! Dengan sekitar 103 judul film Indonesia yang dirilis sepanjang tahun lalu bisa mendatangkan hingga 53,3 juta penonton ke bioskop.
Dikutip dari Deadline, tahun ini bioskop di seluruh Indonesia bisa menjual 114,5 juta lembar tiket dengan tingkat pertumbuhan 14,5% dari tahun sebelumnya. Pencapaian ini adalah sebuah penanda bahwa industri bioskop di Indonesia berada di jalur yang benar. Namun memang pencapaian ini masih lebih rendah 24% dari rekor 152 juta lembar tiket yang terjual pada 2019.
Tahun lalu rekor film Indonesia terlaris sepanjang masa dicetak oleh KKN di Desa Penari dengan perolehan 10 juta penonton. Sedangkan tahun 2023 untuk pertama kalinya industri film kita memiliki 18 judul film yang berhasil menembus angka box officesatu juta penonton. Dari delapan belas judul film tersebut hanya lima judul bergenre nonhoror, sisanya masih dikuasai oleh setan/hantu/iblis/jin dan beragam makhluk halus lainnya.
Film Sewu Dino. Foto: MD Pictures
MD Pictures yang mencoba mengulang formula sukses KKN di Desa Penaripada 2022 sayangnya tak berhasil melakukannya dalam Sewu Dino. Bisa jadi karena seperti kata Angga, banyak faktor X yang membuat penonton berjubel di bioskop pascapandemi selama dua tahun.
Bisa jadi juga karena memang formula tak bisa diulang. Juga bisa jadi karena film horor terlalu banyak diproduksi hingga over supply.
Meski production value Sewu Dino di atas rata-rata, tapi kualitas produk hingga strategi promosinya sesungguhnya tak istimewa amat-amat. Karena itulah MD Pictures mesti puas dengan Sewu Dino yang 'cuma' beroleh 4.886.406 penonton, tertinggal sekitar 50% dari pencapaian KKN di Desa Penari.
Sewu Dino bisa saja menjadi 'kejutan' yang mengecewakan, tapi Di Ambang Kematian justru menjadi kejutan menarik terutama bagi rumah produksi MVP Pictures. Rumah produksi yang memiliki lisensi seriKuntilanak tersebut sebelumnya tampak tak agresif memproduksi film termasuk genre horor sekalipun. Namun melihat pencapaian Di Ambang Kematian yang bisa beroleh hingga 3.302.047 penonton membuat MVP Pictures kembali menggeliat.
Tahun ini juga memberi catatan penting bagi kebangkitan rumah produksi baru/independen (di luar rumah produksi besar seperti MD Pictures, Starvision, Falcon Pictures, Visinema Pictures, dan lainnya). Terdapat empat judul film dari rumah produksi baru/independen yang berhasil menembus predikat box officesatu juta penonton.
FilmAir Mata di Ujung Sajadah. Foto:Beehave Pictures
Beehave Pictures yang dikomandoi Ronny Irawan dengan film Air Mata di Ujung Sajadah menjadi kejutan paling menyenangkan di tengah serbuan horor dengan perolehan 3.127.671 penonton. Sebelumnya Ronny dengan bendera rumah produksi berbeda memproduseri dwilogi Trinity Traveler, Nini Thowok, dan Sesuai Aplikasi.
Tiga judul lain dari rumah produksi baru/independen yang beroleh lebih dari satu juta penonton adalah Ketika Berhenti Di Sini dari Sinemaku Pictures dengan perolehan 1.611.005 penonton, Saranjana: Kota Ghaib dari Darihati Films dengan perolehan 1.240.959 penonton dan Sosok Ketiga dari Leo Pictures dengan perolehan 1.162.291 penonton.
Sutradara yang sudah tiga kali dinominasikan untuk predikat Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia itu berbicara dalam ajang Indonesia Millennial and Gen Z Summit 2022 yang diselenggarakan 29 September di Tribata, Jakarta. Meski senang dengan pencapaian film Indonesia pada tahun sebelumnya, Angga mewanti-wanti untuk melihat apa yang akan terjadi pada 2023.
"Kuncinya ada di 2023. Kalau di 2022 ini kita luar biasa, tapi ada banyak sekali faktor non-technical yang memengaruhi perjalanan market. Selama dua tahun gak ada bioskop dan film Hollywood bingung mendistribusikan filmnya ke mana. Nah, beberapa langsung ke Disney+ Hotstar, Hulu, dan lain-lain. Pada akhirnya waktu market buka, inventory film Hollywood gak sebesar biasanya,“ ujarnya sebagaimana dikutip dari IDN Times.
Tahun 2022 menjadi puncak pencapaian film Indonesia dari sisi box office. Selama setahun tercatat 57 juta lembar tiket film Indonesia terjual dan kembali mengulang pencapaian yang diraih pada 2019.
Yang paling menarik adalah dari total sekitar 86 juta lembar tiket yang terjual di bioskop Tanah Air, 61% di antaranya berasal dari film Indonesia. Jumlah ini memang masih setengah dari rekor total penjualan 150 juta lembar tiket pada 2019, tapi hal ini menunjukkan bahwa film Indonesia sudah berhasil menjadi tuan rumah di bioskop negerinya sendiri.
Film Budi Pekerti. Foto: Rakata Studio
Sayangnya hingga Mei 2023, perolehan box office film Indonesia baru mencapai angka lima belas juta. Hingga Mei 2023 tercatat baru empat film Indonesia yang beroleh penonton di atas satu juta orang. Apakah pencapaian tahun 2022 dengan tiga belas film yang menembus satu juta penonton masih bisa terlampaui pada 2023?
Ternyata sekali lagi, Indonesian cinema did it again! Dengan sekitar 103 judul film Indonesia yang dirilis sepanjang tahun lalu bisa mendatangkan hingga 53,3 juta penonton ke bioskop.
Dikutip dari Deadline, tahun ini bioskop di seluruh Indonesia bisa menjual 114,5 juta lembar tiket dengan tingkat pertumbuhan 14,5% dari tahun sebelumnya. Pencapaian ini adalah sebuah penanda bahwa industri bioskop di Indonesia berada di jalur yang benar. Namun memang pencapaian ini masih lebih rendah 24% dari rekor 152 juta lembar tiket yang terjual pada 2019.
Tahun lalu rekor film Indonesia terlaris sepanjang masa dicetak oleh KKN di Desa Penari dengan perolehan 10 juta penonton. Sedangkan tahun 2023 untuk pertama kalinya industri film kita memiliki 18 judul film yang berhasil menembus angka box officesatu juta penonton. Dari delapan belas judul film tersebut hanya lima judul bergenre nonhoror, sisanya masih dikuasai oleh setan/hantu/iblis/jin dan beragam makhluk halus lainnya.
Film Sewu Dino. Foto: MD Pictures
MD Pictures yang mencoba mengulang formula sukses KKN di Desa Penaripada 2022 sayangnya tak berhasil melakukannya dalam Sewu Dino. Bisa jadi karena seperti kata Angga, banyak faktor X yang membuat penonton berjubel di bioskop pascapandemi selama dua tahun.
Bisa jadi juga karena memang formula tak bisa diulang. Juga bisa jadi karena film horor terlalu banyak diproduksi hingga over supply.
Meski production value Sewu Dino di atas rata-rata, tapi kualitas produk hingga strategi promosinya sesungguhnya tak istimewa amat-amat. Karena itulah MD Pictures mesti puas dengan Sewu Dino yang 'cuma' beroleh 4.886.406 penonton, tertinggal sekitar 50% dari pencapaian KKN di Desa Penari.
Sewu Dino bisa saja menjadi 'kejutan' yang mengecewakan, tapi Di Ambang Kematian justru menjadi kejutan menarik terutama bagi rumah produksi MVP Pictures. Rumah produksi yang memiliki lisensi seriKuntilanak tersebut sebelumnya tampak tak agresif memproduksi film termasuk genre horor sekalipun. Namun melihat pencapaian Di Ambang Kematian yang bisa beroleh hingga 3.302.047 penonton membuat MVP Pictures kembali menggeliat.
Tahun ini juga memberi catatan penting bagi kebangkitan rumah produksi baru/independen (di luar rumah produksi besar seperti MD Pictures, Starvision, Falcon Pictures, Visinema Pictures, dan lainnya). Terdapat empat judul film dari rumah produksi baru/independen yang berhasil menembus predikat box officesatu juta penonton.
FilmAir Mata di Ujung Sajadah. Foto:Beehave Pictures
Beehave Pictures yang dikomandoi Ronny Irawan dengan film Air Mata di Ujung Sajadah menjadi kejutan paling menyenangkan di tengah serbuan horor dengan perolehan 3.127.671 penonton. Sebelumnya Ronny dengan bendera rumah produksi berbeda memproduseri dwilogi Trinity Traveler, Nini Thowok, dan Sesuai Aplikasi.
Tiga judul lain dari rumah produksi baru/independen yang beroleh lebih dari satu juta penonton adalah Ketika Berhenti Di Sini dari Sinemaku Pictures dengan perolehan 1.611.005 penonton, Saranjana: Kota Ghaib dari Darihati Films dengan perolehan 1.240.959 penonton dan Sosok Ketiga dari Leo Pictures dengan perolehan 1.162.291 penonton.