CERMIN AWARDS: 10 Aktor dan Aktris Internasional Terbaik 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menonton film dan serial berkualitas cemerlang, serta menyaksikan seorang aktor bertransformasi menjadi karakter yang diperankannya menjadi sebuah bonus yang saya dapatkan sejak menerbitkan kolom CERMIN sejak Mei tahun lalu.
Film dan serial berkualitas cemerlang tak hanya menjadi vitamin pemulih energi setelah menjalani hari-hari kurang menyenangkan. Menyaksikan kecemerlangan akting seorang aktor dalam film atau serial yang diperankannya juga seakan memberi energi tambahan karena bisa melihat betapa rapuh, rumit, dan tak terdefinisikannya manusia hari-hari ini.
CERMIN yang hanya bisa mengulas dua film dan serial setiap minggunya mau tak mau juga melakukan seleksi ketat terlebih dahulu. Artinya sebagian besar yang akhirnya bisa diulas memang punya kualitas jempolan dan termasuk di dalamnya sosok para aktor yang berperan besar membuat film menjadi sebuah karya sinematik cemerlang.
Inilah 1st CERMIN AWARDS 2023 edisi 10 aktor dan aktris internasional terbaik 2023. Nama aktor dan aktris disusun berdasarkan alfabet.
Foto: Netflix
Annette berlatih selama 4-8 jam setiap hari di dalam air, dan pada akhirnya ia melakukan sendiri semua adegan renangnya tanpa memerlukan pemeran pengganti. “Tidak, orang-orang akan melihat cara saya berenang. Mereka akan mengenali jika itu milik orang lain. Saya sudah berlatih selama setahun untuk memiliki cara berenang seperti ini, “ ujarnya sebagaimana diungkapkan oleh IndieWire.
Sebelum Nyad, Annette sudah dinominasikan meraih piala Oscar sebanyak empat kali, masing-masing untuk The Grifters (1991), American Beauty (2000), Being Julia (2005), dan The Kids Are All Right (2011). Khusus untuk Nyad, Annette tak hanya berakting dengan wajah dan suara, tapi juga melalui caranya berenang. Ketika menontonnya, kita tahu ruh Diana Nyad sudah merasuk jauh ke dalam raga Annette dan kita bisa melihat betapa kompleks, rapuh, dan kegigihan yang dimilikinya.
Dalam Golden Globe 2024, Annette berhasil menjebol kategori Best Performance by a Female Actor in a Motion Picture Drama.
Foto:Netflix
Dari A Star Is Born (yang memberinya nomine Oscar) ke Maestro adalah lompatan luar biasa jauh bagi Bradley. Ia kini mendorong dirinya ke luar dari kenyamanan, masuk menelikung ke dalam kehidupan Lenny (panggilan Leonard Bernstein, maestro dirijen Amerika pertama) dan istrinya, Felicia, yang tak banyak diketahui orang.
Di tangan Bradley, kita melihat sosok flamboyan Lenny sejak awal. Mudah sekali akrab dengan siapa pun berkat pembawaannya yang ceria dan sekaligus karismatik, juga tentu saja dengan kepiawaiannya melakoni beragam peran (sebagaimana Bradley). Lenny adalah seorang dirigen, komposer, dan pencipta lagu.
Tapi Lenny juga adalah seorang suami bagi Felicia yang sangat mencintainya, dan tiga orang anak yang sangat mengidolakan ayahnya. Kita tahu ada 'musim panas' yang terus menggelegak dalam diri Lenny yang sudah dilihat Felicia sejak awal. 'Musim panas' itulah yang membuatnya hidup sekaligus mengisinya dengan musik.
Foto: Universal Pictures
Akhirnya Cillian mendapat sorotan terkait keaktorannya. Dua filmnya yang sama-sama masuk sirkuit penghargaan film pada 2006, yaitu The Wind that Shakes the Barley dan Breakfast on Pluto, anehnya malah tak dilirik Golden Globe maupun Academy Awards. Perlu waktu hingga 15 tahun setelahnya barulah Cillian dikenal Golden Globe berkat aktingnya yang intens sebagai Bapak Bom Atom, Robert J Oppenheimer.
Dalam sebuah wawancara, Cillian mengaku bahwa ia melakukan riset selama enam bulan demi perannya kali ini. Ia mengorbankan banyak hal dan melakukan persiapan sesempurna mungkin. Begitupun menurutnya sering kali riset tak banyak membantu ketika tiba saatnya berakting di depan kamera.
“Anda bisa melakukan semua riset, dan saya melakukannya untuk Oppenheimer. Saya melakukan riset selama enam bulan, tetapi ketika saatnya tiba, hanya Anda dan aktor lain serta sutradara, dan yang penting adalah kejujuran dan momen di dalamnya,” ujar Cillian.
“Semua riset di dunia (pada akhirnya) tidak akan membantu Anda dalam hal ini. Saya menjadi lebih baik dalam melakukan hal itu hanya karena bersikap terbuka”.
Foto: Netflix
Kita tahu bahwa perubahan selalu datang dari para pemberani. Seperti Bayard yang yang tak pernah takut dengan yang pernah terjadi pada masa lalunya sebagai mantan anggota partai komunis, tak pernah takut mengakui identitasnya sebagai seorang homoseksual, dan selalu memperlihatkan dirinya sebagai seorang flamboyan.
Namun ada masa ketika ia tak bisa menahan haru saatdirinya dibela oleh orang-orang yang dikaguminya, termasuk Martin Luther King melalui siaran televisi. Pawai damai yang direncanakan mendatangkan 100 ribu orang itu ternyata bisa membawa massa hingga 250 ribu orang.
Pawai damai terbesar yang berjalan dengan tertib dan belum tertandingi hingga hari ini. Pawai damai yang membawa banyak pengaruh bagi Amerika hingga puluhan tahun setelahnya, termasuk membawa Barack Obama memimpin Amerika sebagai presiden.
Mungkin itulah penyebabnya pasangan suami istri Obama merasa perlu memberikan penghormatan yang pantas untuk Bayard melalui film panjang. Kita sebagai penonton juga merasa perlu memberi keplokan panjang dan meriah untuk Colman Domingo yang berperan cemerlang sebagai Bayard Rustin.
Foto: CJ ENM
Kita melihat Greta tampil cemerlang dalamdua karya tahun ini, yaitu dalam serial The Morning Show (tayang di Apple TV) yang memasuki musim ketiganya dan dalam film yang melambungkan namanya sebagai salah satu Oscar contender, Past Lives.
Perannya dalam Past Lives sesungguhnya bukan peran luar biasa. Greta hanya perlu menjadi seorang imigran dari Korea yang lantas merintis karier sebagai penulis di Amerika, jatuh cinta dengan pria Amerika, dan menikahinya untuk kemudian tahu bahwa ada lelaki Korea yang diam-diam memelihara cinta untuknya sejak mereka masih kanak-kanak.
Skenario yang sublim dan penyutradaraan yang solid dari Celine Song bisa jadi sedikit banyak membantu Greta mentransfer segala energi yang diperlukan untuk menjadi seorang perempuan biasa seperti Nora menjadi tampak luar biasa di mata juri festival dan kritikus film.
Foto: Apple TV+
Siapa yang tak jatuh hati dengan sosok Ted? Ia tampak menyenangkan, selalu berusaha melucu dalam situasi apa pun, tak mudah menampakkan emosinya. Ted Lasso tampak seperti Robin Williams dalam kehidupan nyata.
Namun itu pula akar masalahnya. Ted selalu berusaha memperlihatkan hidupnya yang baik-baik saja meskipun ia tengah bergelut dengan masalah rumah tangganya, kesulitan hidup jauh dari putranya, dan menyembunyikan rapat soal depresinya. Kita tahu semua masalah-masalah ini tinggal menunggu waktu untuk meledak.
Di tangan Jason Sudeikis, Ted lantas menjelma sebagai salah satu peran ikonis dalam sejarah serial di Amerika yang membuatnya beroleh SAG Awards, Golden Globe, Critics Choice Awards hingga Primetime Emmy.
Foto: Apple TV+
Berada di samping salah satu aktor terdepan Hollywood, Leonardo DiCaprio, siapa kiranya yang tak gentar? Tapi Lily Gladstone menjawab tantangan itu, dan berbagi beban bersama Leo memandu penonton selama 3,5 jam menyusuri peristiwa kelam yang menimpa bangsa Osage sejak minyak ditemukan di lahan mereka.
Lily juga menjadi pilihan cerdik dari Martin Scorsese untuk mendudukkan peristiwa ini dalam kacamata paling autentik yang bisa dikejar oleh sebuah film. Darah Indian yang dimilikinya mungkin menjadi kartu As bagi Lily untuk beroleh simpati dari penonton, juga dari para juri dan kritikus film.
Foto: Amazon Studios
Apa yang terjadi pada 1984? Pada tahun itu, seorang revolusioner bernama Sonny Vaccaro tengah gelisah. Kecintaannya terhadap olahraga basket membuatnya ditarik masuk ke divisi olahraga sepatu Nike.
Namun selama beberapa waktu, Sonny merasa tak berbuat apa pun. Ia merasa seperti menyaksikan keruntuhan Nike akan terjadi di depan matanya tak lama lagi. Tapi ia tak ingin itu terjadi. Ia ingin berbuat sesuatu.
Sejak awal film diperlihatkan bagaimana Sonny yang 'berbeda'. Ketika rekan sekerjanya tampil rapi berjas di kantor, ia malah selalu tampil kasual hanya dengan polo shirt. Kita melihat bagaimana cara berpikir Sonny yang berbeda.
Ia mencari jalan agar Nike tak selalu menjadi pilihan terakhir setelah Converse dan Adidas. Kita pun lantas memahami kembali betapa Matt Damon yang berperan sebagai Sonny adalah seorang aktor brilian.
Foto: Prime Video
Pada2003, Rachel Weisz tampil dalam sebuah peran dalam The Shape of Things. Peran yang sekilas biasa-biasa saja tapi pelan-pelan mengubah tone film secara keseluruhan. Tiga tahun setelah The Shape of Things dirilis, Rachel membawa pulang piala Oscar pertamanya dari film besutan Fernando Meirelles berjudul The Constant Gardener.
Salah satu kehebatan Rachel yang mungkin jarang dimiliki oleh aktris seangkatannya adalah kemampuan untuk memainkan peran-peran nyentrik, sinting, dan aneh di balik wajah cantiknya.
Namun anehnya kita masih bisa memahami segala motivasi yang dilakukan di balik keeksentrikan itu. Pada tahun ini, kita tak hanya melihat 1 Rachel Weisz, tapi sekaligus 2 Rachel Weisz dalam miniseri Dead Ringers.
Dalam miniseri yang tayang di Prime Video tersebut, Rachel memainkan dua peran sekaligus: ia menjadi kakak beradik kembar identik, sepasang dokter kebidanan bernama Elliot dan Beverly Mantle. Bersiaplah untuk menikmati pertunjukan enam episode dari sebuah ekshibisi dengan jangkauan akting luar biasa dari Rachel.
Foto: Warner Bros. Pictures
Sebagaimana Lily Gladstone dalam Killers of the Flower Moon, Ryan Gosling juga menyandang beban luar biasa berat tatkala bermain sebagai Ken dalam Barbie. Bagi pemilik Barbie, Ken hanyalah pelengkap. Tanpa adanya Ken pun, toh mereka tetap bisa memainkan boneka yang sering diidentikkan dengan glorifikasi terhadap kesempurnaan perempuan itu.
Tapi Ryan berhasil berkelit dari menjadi 'sekadar Ken'. Ryan memang dibantu oleh skenario dan sutradara, tapi ia juga mengambil peran penting dalam mengolah karakter Ben yang tampak polos, sering kali terlihat bodoh, tapi tak pernah kehilangan kekenesannya.
Yang paling penting, di dunia yang didominasi perempuan, di tangan Ryan, Ken bukanlah 'sekadar Ken'.
Film dan serial berkualitas cemerlang tak hanya menjadi vitamin pemulih energi setelah menjalani hari-hari kurang menyenangkan. Menyaksikan kecemerlangan akting seorang aktor dalam film atau serial yang diperankannya juga seakan memberi energi tambahan karena bisa melihat betapa rapuh, rumit, dan tak terdefinisikannya manusia hari-hari ini.
CERMIN yang hanya bisa mengulas dua film dan serial setiap minggunya mau tak mau juga melakukan seleksi ketat terlebih dahulu. Artinya sebagian besar yang akhirnya bisa diulas memang punya kualitas jempolan dan termasuk di dalamnya sosok para aktor yang berperan besar membuat film menjadi sebuah karya sinematik cemerlang.
Inilah 1st CERMIN AWARDS 2023 edisi 10 aktor dan aktris internasional terbaik 2023. Nama aktor dan aktris disusun berdasarkan alfabet.
1. Annete Bening (Film: Nyad)
Foto: Netflix
Annette berlatih selama 4-8 jam setiap hari di dalam air, dan pada akhirnya ia melakukan sendiri semua adegan renangnya tanpa memerlukan pemeran pengganti. “Tidak, orang-orang akan melihat cara saya berenang. Mereka akan mengenali jika itu milik orang lain. Saya sudah berlatih selama setahun untuk memiliki cara berenang seperti ini, “ ujarnya sebagaimana diungkapkan oleh IndieWire.
Sebelum Nyad, Annette sudah dinominasikan meraih piala Oscar sebanyak empat kali, masing-masing untuk The Grifters (1991), American Beauty (2000), Being Julia (2005), dan The Kids Are All Right (2011). Khusus untuk Nyad, Annette tak hanya berakting dengan wajah dan suara, tapi juga melalui caranya berenang. Ketika menontonnya, kita tahu ruh Diana Nyad sudah merasuk jauh ke dalam raga Annette dan kita bisa melihat betapa kompleks, rapuh, dan kegigihan yang dimilikinya.
Dalam Golden Globe 2024, Annette berhasil menjebol kategori Best Performance by a Female Actor in a Motion Picture Drama.
2. Bradley Cooper (Film: Maestro)
Foto:Netflix
Dari A Star Is Born (yang memberinya nomine Oscar) ke Maestro adalah lompatan luar biasa jauh bagi Bradley. Ia kini mendorong dirinya ke luar dari kenyamanan, masuk menelikung ke dalam kehidupan Lenny (panggilan Leonard Bernstein, maestro dirijen Amerika pertama) dan istrinya, Felicia, yang tak banyak diketahui orang.
Di tangan Bradley, kita melihat sosok flamboyan Lenny sejak awal. Mudah sekali akrab dengan siapa pun berkat pembawaannya yang ceria dan sekaligus karismatik, juga tentu saja dengan kepiawaiannya melakoni beragam peran (sebagaimana Bradley). Lenny adalah seorang dirigen, komposer, dan pencipta lagu.
Tapi Lenny juga adalah seorang suami bagi Felicia yang sangat mencintainya, dan tiga orang anak yang sangat mengidolakan ayahnya. Kita tahu ada 'musim panas' yang terus menggelegak dalam diri Lenny yang sudah dilihat Felicia sejak awal. 'Musim panas' itulah yang membuatnya hidup sekaligus mengisinya dengan musik.
3. Cillian Murphy (Film: Oppenheimer)
Foto: Universal Pictures
Akhirnya Cillian mendapat sorotan terkait keaktorannya. Dua filmnya yang sama-sama masuk sirkuit penghargaan film pada 2006, yaitu The Wind that Shakes the Barley dan Breakfast on Pluto, anehnya malah tak dilirik Golden Globe maupun Academy Awards. Perlu waktu hingga 15 tahun setelahnya barulah Cillian dikenal Golden Globe berkat aktingnya yang intens sebagai Bapak Bom Atom, Robert J Oppenheimer.
Dalam sebuah wawancara, Cillian mengaku bahwa ia melakukan riset selama enam bulan demi perannya kali ini. Ia mengorbankan banyak hal dan melakukan persiapan sesempurna mungkin. Begitupun menurutnya sering kali riset tak banyak membantu ketika tiba saatnya berakting di depan kamera.
“Anda bisa melakukan semua riset, dan saya melakukannya untuk Oppenheimer. Saya melakukan riset selama enam bulan, tetapi ketika saatnya tiba, hanya Anda dan aktor lain serta sutradara, dan yang penting adalah kejujuran dan momen di dalamnya,” ujar Cillian.
“Semua riset di dunia (pada akhirnya) tidak akan membantu Anda dalam hal ini. Saya menjadi lebih baik dalam melakukan hal itu hanya karena bersikap terbuka”.
4. Colman Domingo (Film: Rustin)
Foto: Netflix
Kita tahu bahwa perubahan selalu datang dari para pemberani. Seperti Bayard yang yang tak pernah takut dengan yang pernah terjadi pada masa lalunya sebagai mantan anggota partai komunis, tak pernah takut mengakui identitasnya sebagai seorang homoseksual, dan selalu memperlihatkan dirinya sebagai seorang flamboyan.
Namun ada masa ketika ia tak bisa menahan haru saatdirinya dibela oleh orang-orang yang dikaguminya, termasuk Martin Luther King melalui siaran televisi. Pawai damai yang direncanakan mendatangkan 100 ribu orang itu ternyata bisa membawa massa hingga 250 ribu orang.
Pawai damai terbesar yang berjalan dengan tertib dan belum tertandingi hingga hari ini. Pawai damai yang membawa banyak pengaruh bagi Amerika hingga puluhan tahun setelahnya, termasuk membawa Barack Obama memimpin Amerika sebagai presiden.
Mungkin itulah penyebabnya pasangan suami istri Obama merasa perlu memberikan penghormatan yang pantas untuk Bayard melalui film panjang. Kita sebagai penonton juga merasa perlu memberi keplokan panjang dan meriah untuk Colman Domingo yang berperan cemerlang sebagai Bayard Rustin.
5. Greta Lee (Film: Past Lives)
Foto: CJ ENM
Kita melihat Greta tampil cemerlang dalamdua karya tahun ini, yaitu dalam serial The Morning Show (tayang di Apple TV) yang memasuki musim ketiganya dan dalam film yang melambungkan namanya sebagai salah satu Oscar contender, Past Lives.
Perannya dalam Past Lives sesungguhnya bukan peran luar biasa. Greta hanya perlu menjadi seorang imigran dari Korea yang lantas merintis karier sebagai penulis di Amerika, jatuh cinta dengan pria Amerika, dan menikahinya untuk kemudian tahu bahwa ada lelaki Korea yang diam-diam memelihara cinta untuknya sejak mereka masih kanak-kanak.
Skenario yang sublim dan penyutradaraan yang solid dari Celine Song bisa jadi sedikit banyak membantu Greta mentransfer segala energi yang diperlukan untuk menjadi seorang perempuan biasa seperti Nora menjadi tampak luar biasa di mata juri festival dan kritikus film.
6. Jason Sudeikis (Serial: Ted Lasso)
Foto: Apple TV+
Siapa yang tak jatuh hati dengan sosok Ted? Ia tampak menyenangkan, selalu berusaha melucu dalam situasi apa pun, tak mudah menampakkan emosinya. Ted Lasso tampak seperti Robin Williams dalam kehidupan nyata.
Namun itu pula akar masalahnya. Ted selalu berusaha memperlihatkan hidupnya yang baik-baik saja meskipun ia tengah bergelut dengan masalah rumah tangganya, kesulitan hidup jauh dari putranya, dan menyembunyikan rapat soal depresinya. Kita tahu semua masalah-masalah ini tinggal menunggu waktu untuk meledak.
Di tangan Jason Sudeikis, Ted lantas menjelma sebagai salah satu peran ikonis dalam sejarah serial di Amerika yang membuatnya beroleh SAG Awards, Golden Globe, Critics Choice Awards hingga Primetime Emmy.
7. Lily Gladstone (Film: Killers of the Flower Moon)
Foto: Apple TV+
Berada di samping salah satu aktor terdepan Hollywood, Leonardo DiCaprio, siapa kiranya yang tak gentar? Tapi Lily Gladstone menjawab tantangan itu, dan berbagi beban bersama Leo memandu penonton selama 3,5 jam menyusuri peristiwa kelam yang menimpa bangsa Osage sejak minyak ditemukan di lahan mereka.
Lily juga menjadi pilihan cerdik dari Martin Scorsese untuk mendudukkan peristiwa ini dalam kacamata paling autentik yang bisa dikejar oleh sebuah film. Darah Indian yang dimilikinya mungkin menjadi kartu As bagi Lily untuk beroleh simpati dari penonton, juga dari para juri dan kritikus film.
8. Matt Damon (Film: Air)
Foto: Amazon Studios
Apa yang terjadi pada 1984? Pada tahun itu, seorang revolusioner bernama Sonny Vaccaro tengah gelisah. Kecintaannya terhadap olahraga basket membuatnya ditarik masuk ke divisi olahraga sepatu Nike.
Namun selama beberapa waktu, Sonny merasa tak berbuat apa pun. Ia merasa seperti menyaksikan keruntuhan Nike akan terjadi di depan matanya tak lama lagi. Tapi ia tak ingin itu terjadi. Ia ingin berbuat sesuatu.
Sejak awal film diperlihatkan bagaimana Sonny yang 'berbeda'. Ketika rekan sekerjanya tampil rapi berjas di kantor, ia malah selalu tampil kasual hanya dengan polo shirt. Kita melihat bagaimana cara berpikir Sonny yang berbeda.
Ia mencari jalan agar Nike tak selalu menjadi pilihan terakhir setelah Converse dan Adidas. Kita pun lantas memahami kembali betapa Matt Damon yang berperan sebagai Sonny adalah seorang aktor brilian.
9. Rachel Weisz (Serial: Dead Ringers)
Foto: Prime Video
Pada2003, Rachel Weisz tampil dalam sebuah peran dalam The Shape of Things. Peran yang sekilas biasa-biasa saja tapi pelan-pelan mengubah tone film secara keseluruhan. Tiga tahun setelah The Shape of Things dirilis, Rachel membawa pulang piala Oscar pertamanya dari film besutan Fernando Meirelles berjudul The Constant Gardener.
Salah satu kehebatan Rachel yang mungkin jarang dimiliki oleh aktris seangkatannya adalah kemampuan untuk memainkan peran-peran nyentrik, sinting, dan aneh di balik wajah cantiknya.
Namun anehnya kita masih bisa memahami segala motivasi yang dilakukan di balik keeksentrikan itu. Pada tahun ini, kita tak hanya melihat 1 Rachel Weisz, tapi sekaligus 2 Rachel Weisz dalam miniseri Dead Ringers.
Dalam miniseri yang tayang di Prime Video tersebut, Rachel memainkan dua peran sekaligus: ia menjadi kakak beradik kembar identik, sepasang dokter kebidanan bernama Elliot dan Beverly Mantle. Bersiaplah untuk menikmati pertunjukan enam episode dari sebuah ekshibisi dengan jangkauan akting luar biasa dari Rachel.
10. Ryan Gosling (Film: Barbie)
Foto: Warner Bros. Pictures
Sebagaimana Lily Gladstone dalam Killers of the Flower Moon, Ryan Gosling juga menyandang beban luar biasa berat tatkala bermain sebagai Ken dalam Barbie. Bagi pemilik Barbie, Ken hanyalah pelengkap. Tanpa adanya Ken pun, toh mereka tetap bisa memainkan boneka yang sering diidentikkan dengan glorifikasi terhadap kesempurnaan perempuan itu.
Tapi Ryan berhasil berkelit dari menjadi 'sekadar Ken'. Ryan memang dibantu oleh skenario dan sutradara, tapi ia juga mengambil peran penting dalam mengolah karakter Ben yang tampak polos, sering kali terlihat bodoh, tapi tak pernah kehilangan kekenesannya.
Yang paling penting, di dunia yang didominasi perempuan, di tangan Ryan, Ken bukanlah 'sekadar Ken'.
(ita)