CERMIN: Clara Royer, 21 Tahun, Dibakar Hidup-hidup

Sabtu, 25 November 2023 - 08:50 WIB
loading...
CERMIN: Clara Royer, 21 Tahun, Dibakar Hidup-hidup
Film Prancis The Night of the 12th diangkat dari kisah nyata gadis berumur 21 tahun yang dibakar hidup-hidup. Foto/Haut et Court
A A A
JAKARTA - Tahun 2001. Faried, mahasiswa sekolah tinggi publisistik di Jakarta, menerobos kerumunan massa sekitar 50 orang. Di tengah kerumunan tergeletak tubuh seseorang yang tak berdaya.

Kelak kita tahu orang yang tak berdaya itu dipanggil sebagai Kebo yang menjadi tokoh dalam liputan panjang menggetarkan yang ditulis Linda Christanty. Kelak kita tahu Kebo dibakar hidup-hidup di sebuah tempat pembakaran sampah tak jauh dari Jl Tanjung Palapa, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, tempat Faried melihat Kebo terakhir kali masih bernyawa.

Kebo dalam Hikayat Kebo yang ditulis Linda bukanlah tokoh fiksi. Ia tokoh yang hidup dalam dunia nyata, ia bukan siapa-siapa, bahkan ia musuh bagi banyak orang di sekitar tempat tinggalnya yang tak jauh dari Mal Taman Anggrek.



Kebo menghabiskan hari-harinya dengan mabuk-mabukan, bercinta dengan para pelacur, gemar memalak siapa pun yang berada di dekatnya, dan tak bisa digolongkan sebagai suami yang baik bagi istrinya. Namun ia lembut pada anak-anak.

Tapi Clara Royer sama sekali tak bisa disamakan dengan Kebo. Sebagaimana cerita Stephanie, sahabat dekatnya, Clara seorang gadis baik-baik. Kesalahannya cuma satu, ia selalu jatuh cinta pada laki-laki yang salah.

CERMIN: Clara Royer, 21 Tahun, Dibakar Hidup-hidup

Foto:Haut et Court

Pada suatu malam ketika ia baru saja pulang dari rumah Stephanie setelah menghabiskan malam bersama gadis-gadis lainnya, Clara diserang.

Seseorang tak dikenal melemparkan material cair mudah terbakar ke tubuhnya, lalu api pun seketika dilemparkan padanya dan membuat Clara terbakar. Ia tak bisa menyelamatkan diri. Clara dibakar hidup-hidup dan kemudian meregang nyawa. Bisa jadi ia dibakar hidup-hidup hanya karena ia seorang perempuan.

Kisah Clara dalam film The Night of the 12th yang diputar secara daring sebagai bagian dari Festival Sinema Prancis 2023 di Klik Film adalah sebuah kisah fiksi. Ia terinspirasi dari kisah nyata yang ditulis novelis Pauline Guena dalam sebuah buku yang sama menggetarkannya dengan tulisan Hikayat Kebo berjudul 18.3: A Year at the Station.

Dalam laman Books From France, buku ini ditulis sebagai “sebuah kisah yang luar biasa: untuk pertama kalinya, sebuah kantor polisi membuka pintunya bagi seorang novelis, yang menghabiskan satu tahun bersama pasukannya".

Selama setahun, novelis Pauline Guéna magang di kantor polisi dekat Paris dalam regu kejahatan, narkoba, dan anti-kejahatan terorganisir. "Siang dan malam, dari kantor yang kotor hingga tempat kejadian perkara; dari penangkapan hingga interogasi; dari petugas koroner hingga ibu yang menangis, dia melihat dan mencatat semuanya. Hasilnya adalah sebuah kisah sastra yang luar biasa, karena kegeniusan kreatif para penulis dengan mudah menyaingi para penjahat”.

CERMIN: Clara Royer, 21 Tahun, Dibakar Hidup-hidup

Foto: Haut et Court

Dominic Moll merentang kisah Clara dalam sebuah penyelidikan yang meresahkan, membuat frustasi dan mengubah cara pandang kita tentang kemanusiaan. Yohan, polisi yang memimpin penyelidikan atas kasus Clara, awalnya seperti kita semua, ingin sesegera mungkin mengupas tuntas kasus kejahatan ini.

Bersama timnya, ia menyisir tempat kejadian perkara (TKP), mengumpulkan sejumlah bukti, mewawancarai banyak orang. Tak hanya orang tua Clara yang remuk dengan peristiwa mengerikan itu, tapi juga para pria yang dianggap menjadi kawanan “pria yang salah yang dijatuhi cinta oleh Clara”.

Dalam tim tersebut ada Marceau, polisi yang lebih senior, yang hidupnya sedang kacau balau dan menemukan dirinya terjerumus lebih dalam karena kasus Clara yang mengerikan itu.

Jika dalam kisah-kisah Agatha Christie atau Sherlock Holmes, petunjuk-petunjuk perlahan bisa menunjuk ke seseorang atau beberapa tersangka, sayangnya dalam kehidupan nyata tak selalu terjadi hal sedemikian. Hingga tiga tahun berlalu setelah Clara tewas, belum ada sedikit pun petunjuk yang bisa memberikesimpulan siapa yang bisa dijadikan tersangka. Marceau memutuskan keluar dari dinas kepolisian untuk mengejar mimpinya dan Yohan merasa kasus pembunuhan itu memakannya hidup-hidup.

Tapi orang waras mana yang bisa menerima seseorang bisa membenci orang lain dengan begitu kejamnya hingga merasa perlu membakarnya hidup-hidup? Kebo di Indonesia, Clara di Prancis, dan entah siapa lagi di negara lain yang juga harus merasakan hidupnya terenggut dengan cara paling kejam tak terbayangkan. Hukum dibuat di suatu negara agar seseorang tak menjadi hakim buat orang lain.

CERMIN: Clara Royer, 21 Tahun, Dibakar Hidup-hidup

Foto: Haut et Court

Tapi bagi sekelompok orang di Jakarta, Kebo hanyalah seonggok nyawa tak berarti yang bisa dilenyapkan begitu saja dari dunia ini tanpa memikirkan konsekuensinya. Bagi siapa pun yang menyerang Clara, entah apakah ia merasa bahagia dan tercapai keinginannya setelah melihat gadis 21 tahun itu terbakar hidup-hidup.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1194 seconds (0.1#10.140)