Review Film Saw X: Kembalinya Teror Mengerikan John Kramer
loading...
A
A
A
Franchise Saw dilihat sebagai franchise sekarat yang terus memburuk seiring bertambahnya seri barunya. Saw X disambut dengan skeptisme setelah gagalnya seri kesembilan mereka, Spiral. Tidak banyak yang menganggap film ini sebagai sesuatu yang menjanjikan.
Kehadiran kembali John Kramer di film itu malah menimbulkan pertanyaan. Di sejumlah seri sebelumnya, John sudah mati. Jadi, akan membingungkan kalau dia tiba-tiba muncul lagi di film terbaru tersebut. Tapi, itu tidak perlu menjadi kekhawatiran.
Saw X terjadi setelah peristiwa di film Saw pertama. Film ini mengekplorasi bagaimana usaha John untuk mengobati kanker otak yang menggerogotinya. Dia berharap pada keajaiban dan melakukan usaha apa pun agar sembuh.
Usaha itu membawanya bertemu seorang dokter yang mengklaim bisa menyembuhkannya. John bahkan terbang jauh dari rumahnya dan menghabiskan tabungannya. Alih-alih sembuh, John malah tertipu. Dia pun membalik permainan dan balas dendam.
Foto: Digital Spy
Saw X membawa kembali teror berdarah yang mengerikan ke layar lebar. Orang kembali disuguhi dengan metode sadis Jigsaw dalam membunuh korbannya. Tapi, Jigsaw tetap menjaga tangannya “tetap bersih” dengan membiarkan korbannya mati di setiap permainan yang dia berikan.
Sama seperti yang sudah-sudah, permainan yang ditawarkan Jigsaw selalu berujung maut. Korban sudah di-set untuk tidak selamat. Bahkan, yang selamat dari permainannya pun tidak akan bertahan hidup lama.
Selain mengekplorasi usaha John untuk sembuh, film ini juga menampilkan anak magangnya, Amanda. Dia membantu John dalam setiap permainan yang dia buat. Karena film ini adalah sekuel langsung Saw pertama, maka ini menandai awal keterlibatan Amanda dalam setiap aksi Jigsaw.
Foto: Men’s Health
John harus berkali-kali mengingatkan Amanda tentang misi mereka dan juga kesiapan Amanda untuk beraksi. Film ini adalah saksi kalau Amanda masih ada dalam kebimbangan ketika berhadapan dengan korban. Terutama, ketika dia merasa simpati pada korban itu. Dalam “peraturan” pembunuh berantai, rasa simpati bisa membahayakan mereka.
Sisi emosi Amanda ini memberikan sentuhan lain pada Saw X. Tidak hanya Amanda, tapi juga John. Usaha John untuk sembuh bisa membuat orang simpati. Ketika dia ditipu, orang pun bisa ikut emosi.
Di sisi lain, di film itu, John masih menunjukkan rasa kemanusiaannya pada seorang bocah bernama Carlos. Ikatan John dan Carlos di film itu cukup dalam sampai orang akan ikut emosi. Yang menarik, Carlos bukanlah korban John. Dia adalah seorang bocah yang dibantu John.
Adanya sentuhan emosi dan cerita yang mengalir di film ini menjadikan Saw X jadi enak ditonton. Film ini bisa jauh dari kesan sekadar film gore tanpa cerita. Sutradara Kevin Greutert mampu menghadirkan sesuatu yang lain di franchise Saw lewat sentuhan emosi. Sementara duo penulis Peter Goldfinger dan Josh Stolberg bisa memberikan cerita yang benar-benar bisa dinikmati.
Foto: Bloody Disgusting
Penampilan Tobin Bell sebagai John Kramer masih sangat meyakinkan. Dia bisa tampil sebagai kakek-kakek lemah yang penyakitan, tapi kemudian berubah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin yang sulit dibaca lawannya. Shawnee Smith masih memerankan Amanda di film ini dan penggemar pasti bisa mengenali perkembangan karakternya.
Dibandingkan film-film sebelumnya, penyiksaan di Saw X tidak begitu mengerikan. Gore-nya masih ada, tapi tidak terlalu ekstrem. Permainan emosi tetap dipertahankan di sini. Tapi, film ini juga lebih menonjolkan pada sisi karakter yang tampil. Inilah yang membuat film ini jadi punya cerita yang masuk akal, tak sekadar menumpahkan darah.
Saw X tidak seberdarah-darah film sebelumnya. Tapi, film ini tetap menegangkan dan memberikan alur cerita yang lebih masuk akal. Alur ceritanya yang kuat bisa menimbulkan emosi bagi penontonnya, tak sekadar menyajikan penyiksaan tak bertepi. Sepertinya, Saw X adalah seri terbaik di franchise ini.
Saw X mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (11/10). Film ini diberi rating Dewasa atau 17 tahun ke atas karena adegan penuh kekerasan. Durasi film ini 118 menit atau 1 jam 58 menit. Ada satu adegan pascakredit. Selamat menyaksikan!
Kehadiran kembali John Kramer di film itu malah menimbulkan pertanyaan. Di sejumlah seri sebelumnya, John sudah mati. Jadi, akan membingungkan kalau dia tiba-tiba muncul lagi di film terbaru tersebut. Tapi, itu tidak perlu menjadi kekhawatiran.
Saw X terjadi setelah peristiwa di film Saw pertama. Film ini mengekplorasi bagaimana usaha John untuk mengobati kanker otak yang menggerogotinya. Dia berharap pada keajaiban dan melakukan usaha apa pun agar sembuh.
Usaha itu membawanya bertemu seorang dokter yang mengklaim bisa menyembuhkannya. John bahkan terbang jauh dari rumahnya dan menghabiskan tabungannya. Alih-alih sembuh, John malah tertipu. Dia pun membalik permainan dan balas dendam.
Foto: Digital Spy
Saw X membawa kembali teror berdarah yang mengerikan ke layar lebar. Orang kembali disuguhi dengan metode sadis Jigsaw dalam membunuh korbannya. Tapi, Jigsaw tetap menjaga tangannya “tetap bersih” dengan membiarkan korbannya mati di setiap permainan yang dia berikan.
Sama seperti yang sudah-sudah, permainan yang ditawarkan Jigsaw selalu berujung maut. Korban sudah di-set untuk tidak selamat. Bahkan, yang selamat dari permainannya pun tidak akan bertahan hidup lama.
Selain mengekplorasi usaha John untuk sembuh, film ini juga menampilkan anak magangnya, Amanda. Dia membantu John dalam setiap permainan yang dia buat. Karena film ini adalah sekuel langsung Saw pertama, maka ini menandai awal keterlibatan Amanda dalam setiap aksi Jigsaw.
Foto: Men’s Health
John harus berkali-kali mengingatkan Amanda tentang misi mereka dan juga kesiapan Amanda untuk beraksi. Film ini adalah saksi kalau Amanda masih ada dalam kebimbangan ketika berhadapan dengan korban. Terutama, ketika dia merasa simpati pada korban itu. Dalam “peraturan” pembunuh berantai, rasa simpati bisa membahayakan mereka.
Sisi emosi Amanda ini memberikan sentuhan lain pada Saw X. Tidak hanya Amanda, tapi juga John. Usaha John untuk sembuh bisa membuat orang simpati. Ketika dia ditipu, orang pun bisa ikut emosi.
Di sisi lain, di film itu, John masih menunjukkan rasa kemanusiaannya pada seorang bocah bernama Carlos. Ikatan John dan Carlos di film itu cukup dalam sampai orang akan ikut emosi. Yang menarik, Carlos bukanlah korban John. Dia adalah seorang bocah yang dibantu John.
Adanya sentuhan emosi dan cerita yang mengalir di film ini menjadikan Saw X jadi enak ditonton. Film ini bisa jauh dari kesan sekadar film gore tanpa cerita. Sutradara Kevin Greutert mampu menghadirkan sesuatu yang lain di franchise Saw lewat sentuhan emosi. Sementara duo penulis Peter Goldfinger dan Josh Stolberg bisa memberikan cerita yang benar-benar bisa dinikmati.
Foto: Bloody Disgusting
Penampilan Tobin Bell sebagai John Kramer masih sangat meyakinkan. Dia bisa tampil sebagai kakek-kakek lemah yang penyakitan, tapi kemudian berubah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin yang sulit dibaca lawannya. Shawnee Smith masih memerankan Amanda di film ini dan penggemar pasti bisa mengenali perkembangan karakternya.
Dibandingkan film-film sebelumnya, penyiksaan di Saw X tidak begitu mengerikan. Gore-nya masih ada, tapi tidak terlalu ekstrem. Permainan emosi tetap dipertahankan di sini. Tapi, film ini juga lebih menonjolkan pada sisi karakter yang tampil. Inilah yang membuat film ini jadi punya cerita yang masuk akal, tak sekadar menumpahkan darah.
Saw X tidak seberdarah-darah film sebelumnya. Tapi, film ini tetap menegangkan dan memberikan alur cerita yang lebih masuk akal. Alur ceritanya yang kuat bisa menimbulkan emosi bagi penontonnya, tak sekadar menyajikan penyiksaan tak bertepi. Sepertinya, Saw X adalah seri terbaik di franchise ini.
Saw X mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (11/10). Film ini diberi rating Dewasa atau 17 tahun ke atas karena adegan penuh kekerasan. Durasi film ini 118 menit atau 1 jam 58 menit. Ada satu adegan pascakredit. Selamat menyaksikan!
(alv)