Review Film Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem: Lebih Fresh dan Relatable

Rabu, 09 Agustus 2023 - 08:56 WIB
loading...
Review Film Teenage...
Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem menawarkan pendekatan yang fresh dan relatable kepada penonton baru, sementara mempertahankan semangat kepahlawanan. (Foto: Variety)
A A A
Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem menjadi reboot properti kondang era 80-an tersebut. Tidak lagi berbentuk live-action, film animasi berdurasi 1 jam 40 menit atau 100 menit ini menampilkan aksi terbaru para kura-kura ninja (KKN) dengan setting dan cerita yang lebih fresh. Film ini mengikuti perkembangan masa kini.

Sejumlah usaha membawa properti ini ke layar lebar sering kali gagal. Yang terakhir adalah film live-action yang dirilis pada 2016 silam. Dibintangi Megan Fox, Teenage Mutant Ninja Turtles: Out of the Shadows adalah lanjutan Teenage Mutant Ninja Turtles yang dirilis pada 2014. Meskipun di box office kedua film itu mendapatkan pendapatan lumayan, tapi keduanya sama-sama mendapatakn respons buruk dari kritikus.

Kini, properti tersebut tampil dengan pendekatan baru. Alih-alih tampil dalam bentuk live-action, Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhemmelakukan reboot dengan bentuk animasi. Sutradaranya, Jeff Rowe, sepertinya tahu betul bagaimana cara menangani properti ini. Terlebih, kesuksesan dua film animasi Spider-Man, Into the Spider-Verse dan Across the Spider-Verse, bisa menjadi faktor pengaruhnya.



Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem membuka ceritanya dengan asal usul para mutan, termasuk bagaimana empat sekawan kura-kura ninja mutan itu lahir. Mereka memperkenalkan Techno Cosmic Research Institute (TCRI), sebuah organisasi jahat yang memburu Baxter Stockman. Dia adalah ilmuwan yang sukses membuat mutagen untuk membentuk keluarga hewan mutannya.
Review Film Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem: Lebih Fresh dan Relatable

Foto: Collider

Namun, usaha itu dihadapi dengan penolakan Baxter. Laboratoriumnya kacau balau, sejumlah hewan mutannya kabur dan cairan mutagen-nya pecah dan tumpah ke gorong-gorong di bawahnya. Seekor tikus yang menyelamatkan empat ekor anak kura-kura yang terkena cairan itu akhirnya berubah menjadi mutan. Tikus itu adalah Splinter. Dia menamai empat ekor kura-kura itu sebagai Leonardo, Donatello, Raphael, dan Michelangelo.

Cerita asal usul kura-kura mutan itu diceritakan dari narasi Splinter. Dan, tidak terjadi di awal cerita, tapi sudah agak ke tengah. Ini membuat film tersebut tidak terlalu fokus pada cerita asal usul, tapi setelahnya. Namun, ini masih menjadi cara yang terbaik untuk memperkenalkan kura-kura mutan itu, terutama kepada penonton baru.

Ketiadaan Shredder, musuh bebuyutan KKN, menjadikan film ini terasa lebih fresh. Di film ini, Superfly menjadi antagonis utamanya. Dia punya kaitan lebih dekat dengan para kura-kura remaja itu karena berasal dari tangan yang sama, Baxter. Sebelum berubah menjadi mutan jahat, dia adalah kreasi yang paling disayang Baxter.
Review Film Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem: Lebih Fresh dan Relatable

Foto: Polygon

Di sisi lain, adaptasi April O’Neill sebagai remaja juga terasa lebih relatable dengan para kura-kura ninja itu. Dengan membuat April sebaya dengan Leonardo dkk, karakternya jauh lebih relatable ketimbang sebagai cewek berusia 20-an yang berprofesi sebagai reporter televisi. Di film ini, April masih duduk di bangku SMA dan sedang berusaha menjadi seorang jurnalis. Dengan begini, hubungan antara April dan KKN itu jadi lebih nyambung dan masuk akal.

Tema eksistensi dan usaha untuk diterima lingkungan sekitar yang diangkat TMNT: Mutant Mayhem ini juga pas. Sebagai remaja, para kura-kura itu menghadapi krisis eksistensi dengan keinginan dianggap normal dan bisa diterima semua orang. Sementara, mereka punya orang tua protektif yang tidak ingin anak-anaknya celaka karena dunia luar yang dia anggap tidak bersahabat.

Para kura-kura ini juga merangkul kehidupan Gen-Z masa kini. Mereka menghabiskan waktu di smartphone mereka, menonton YouTube, main game, dan lain sebagainya. Mereka juga mengenal komik dan karakternya serta menonton filmnya. Film ini tidak segan memakai referensi film budaya pop seperti Avengers: Endgame. Bahkan, para kura-kura itu membandingkan nasib mereka dengan Hulk.
Review Film Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem: Lebih Fresh dan Relatable

Foto: With Ashley And Company

Sementara, gaya animasi Mutant Mayhem ini juga berkelas. Meski didominasi warna gelap, visualnya tetap enak dinikmati. Orang akan diajak menyaksikan kehidupan kelam di bawah gorong-gorong raksasa New York, suasana malam yang kacau, dan juga kehancuran yang terjadi. Sementara, warna cerah yang ditampilkan seolah merepresentasikan harapan sebuah masa depan yang menjanjikan.

Film ini juga memasukkan sejumlah cuplikan film live-action di dalamnya. Entah apa pun tujuannya, ini membuatnya jadi lebih menghibur. Yang agak aneh, meski bertajuk Ninja, tapi apa yang diajarkan Splinter kepada anak-anaknya itu adalah kung fu. Mungkin ini ada kaitannya dengan Splinter yang disulihsuarakan Jackie Chan.



Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem menawarkan pendekatan yang fresh dan relatable kepada penonton baru, sementara mempertahankan semangat kepahlawanan yang selama ini dikenal. Film ini tampil dengan visual yang enak ditonton. Ceritanya sederhana, tapi banyak orang yang mengalaminya. Film ini juga kocak dengan dialog sehari-hari ala remaja yang dibalut dengan emosi mendalam.

Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia hari ini, Rabu (9/8). Film ini punya rating untuk Semua Umur. Selamat menyaksikan!

(alv)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2377 seconds (0.1#10.140)