Mengajar hingga ke Thailand demi Pendidikan yang Bermutu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Apakah kamu tahu tentang program Sustainable Development Goals (SDGs) dan organisasi bernama AIESEC?
Mengutip dari situs web un.org, SDGs adalah kesepakatan pembangunan berkelanjutan yang disepakati para pemimpin dunia pada 2015.
Kesepakatan ini adalah untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik dengan menghapus kemiskinan, kesetaraan gender, mengurangi kesenjangan, dan menjaga lingkungan hidup.
SDGs punya 17 poin utama dan 169 target dalam program pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai pada 2030.
Foto: Instagram @aiesec_unj
Ke-17 poin utama tersebut, yaitu menghapus kemiskinan, menghindari kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, pendidikan bermutu, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi.
Lalu energi bersih dan terjangkau, pekerjaan yang layak, industri inovasi dan infrastruktur, mengurangi ketimpangan, kota yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang berkesinambungan, penanganan perubahan iklim, menjaga ekosistem laut, menjaga ekosistem darat, perdamaian, dan kemitraan.
Menurut laporan Sustainable Development Solutions Network, Indonesia berada pada peringkat 101 dari 166 negara, naik dari sebelumnya peringkat 102 dari 166 negara dalam pencapaian SDG Index 2020.
Nah, lalu apa hubungannya dengan mengajar di Thailand? Rupanya, dalam mewujudkan program ini, pemerintah juga mengajak para mahasiswa dari seluruh dunia.
Foto: Instagram @aiesec_unj
Salah satu mahasiswa yang ikut serta dalam program ini adalah Adlina Iskandar Polem. Dia menjadi salah satu partisipan pertukaran (exchange participant) dalam kegiatan sukarelawan untuk SDGs bidang pendidikan bermutu.
Pada awal 2018, dia mengikuti program sukarelawan ke Thailand lewat proyek yang dibuat oleh LSM AIESEC.
AIESEC adalah akronim dari bahasa Prancis, Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (International Association of Students in Economic and Commercial Sciences).
Dalam program yang disebut "Sawasdee Thailand 27" tersebut, Adlina menjadi guru bahasa Inggris untuk siswa usia 5-12 tahun di sebuah sekolah di Thailand selama enam minggu.
Foto: Dok.Adlina Iskandar Polem
"Di tempatku mengajar, latar belakang orang tua siswa di sana adalah petani yang hidup jauh dari perkotaan. Akses menuju sekolah cukup jauh," cerita Adlina.
Kata Adlina, masyarakat di sana menganggap bahasa Inggris susah dipahami dan terkesan menakutkan.
"Jadi aku mencoba untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa dengan metode yang fun. Selain itu, aku berusaha meyakinkan mereka bahwa gak ada kata terlambat untuk belajar dan memotivasi mereka supaya lebih semangat dalam belajar," katanya.
Dari pengalaman singkatnya itu, Adlina bilang bahwa menjadi seorang guru bukanlah sekadar mengajar. "Teaching isn’t only teach but also touch,” katanya.
Foto: Dok.Adlina Iskandar Polem
Mengutip dari situs web un.org, SDGs adalah kesepakatan pembangunan berkelanjutan yang disepakati para pemimpin dunia pada 2015.
Kesepakatan ini adalah untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik dengan menghapus kemiskinan, kesetaraan gender, mengurangi kesenjangan, dan menjaga lingkungan hidup.
SDGs punya 17 poin utama dan 169 target dalam program pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai pada 2030.
Foto: Instagram @aiesec_unj
Ke-17 poin utama tersebut, yaitu menghapus kemiskinan, menghindari kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, pendidikan bermutu, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi.
Lalu energi bersih dan terjangkau, pekerjaan yang layak, industri inovasi dan infrastruktur, mengurangi ketimpangan, kota yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang berkesinambungan, penanganan perubahan iklim, menjaga ekosistem laut, menjaga ekosistem darat, perdamaian, dan kemitraan.
Menurut laporan Sustainable Development Solutions Network, Indonesia berada pada peringkat 101 dari 166 negara, naik dari sebelumnya peringkat 102 dari 166 negara dalam pencapaian SDG Index 2020.
Nah, lalu apa hubungannya dengan mengajar di Thailand? Rupanya, dalam mewujudkan program ini, pemerintah juga mengajak para mahasiswa dari seluruh dunia.
Foto: Instagram @aiesec_unj
Salah satu mahasiswa yang ikut serta dalam program ini adalah Adlina Iskandar Polem. Dia menjadi salah satu partisipan pertukaran (exchange participant) dalam kegiatan sukarelawan untuk SDGs bidang pendidikan bermutu.
Pada awal 2018, dia mengikuti program sukarelawan ke Thailand lewat proyek yang dibuat oleh LSM AIESEC.
AIESEC adalah akronim dari bahasa Prancis, Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales (International Association of Students in Economic and Commercial Sciences).
Dalam program yang disebut "Sawasdee Thailand 27" tersebut, Adlina menjadi guru bahasa Inggris untuk siswa usia 5-12 tahun di sebuah sekolah di Thailand selama enam minggu.
Foto: Dok.Adlina Iskandar Polem
"Di tempatku mengajar, latar belakang orang tua siswa di sana adalah petani yang hidup jauh dari perkotaan. Akses menuju sekolah cukup jauh," cerita Adlina.
Kata Adlina, masyarakat di sana menganggap bahasa Inggris susah dipahami dan terkesan menakutkan.
"Jadi aku mencoba untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa dengan metode yang fun. Selain itu, aku berusaha meyakinkan mereka bahwa gak ada kata terlambat untuk belajar dan memotivasi mereka supaya lebih semangat dalam belajar," katanya.
Dari pengalaman singkatnya itu, Adlina bilang bahwa menjadi seorang guru bukanlah sekadar mengajar. "Teaching isn’t only teach but also touch,” katanya.
Foto: Dok.Adlina Iskandar Polem