CERMIN: Kisah Ayah, Anak, dan Sebuah Pintu Merah

Jum'at, 14 Juli 2023 - 14:49 WIB
loading...
CERMIN: Kisah Ayah, Anak, dan Sebuah Pintu Merah
Film horor Insidious: The Red Door menampilkan perjalanan dan hubungan ayah-anak yang kini menjadi lebih kompleks. Foto/Sony Pictures
A A A
JAKARTA - Tahun 2010. Dunia diperkenalkan dengan sebuah keluarga, Josh dan Renai Lambert beserta dua anak mereka, Dalton dan Foster. Teror demi teror akan mengguncang mereka, dan juga penonton, bertahun-tahun setelahnya.

Horor selalu punya tempat spesial di hati penonton negeri ini. Keseharian kita yang akrab dengan dunia spiritual dan klenik membuat kita lebih mudah memahami yang terjadi dalam semesta horor. Menjual ketakutan demi ketakutan hingga kengerian pada tingkat maksimal menjadi salah satu alasan yang membuat penonton kembali berduyun-duyun memenuhi kursi bioskop.

Sejak datang pertama kali 13 tahun lalu, film Insidiousberhasil memenuhi ekspektasi penonton akan sebuah film horor: kengerian demi kengerian yang terus menggedor, membuat bulu kuduk berdiri, penonton menjerit sekeras-kerasnya, dan membuat jantung berdegup kencang. Padahal formulanya sesungguhnya tidak baru. Namun Insidiousberhasil menyuguhkan sebuah kisah menarik tentang ayah dan anak yang bisa bertualang jauh ke sebuah tempat yang diberi nama The Further.



Sesuai namanya, The Further adalah sebuahlokasi yang jauh tempat arwah-arwah yang masih punya misi tak terselesaikan mencari cara untuk sebuah akhir. Sebuah tempat yang tak pernah ingin kita datangi. Namun dengan kemampuan proyeksi astral, duo ayah-anak Josh dan Dalton, justru harus bertualang berkali-kali ke tempat mengerikan tersebut.

CERMIN: Kisah Ayah, Anak, dan Sebuah Pintu Merah

Foto: Sony Pictures

Tapi petualangan itu tak sekadar mencekam, tapi juga potensial merenggut nyawa. Dalam sebuah jilid Insidious, Dalton yang masih berusia 10 tahun sempat mengalami koma hingga setahun karenanya. Pengalaman traumatik yang justru tak diingatnya sama sekali karena seakan dihapus begitu saja dari benaknya.

Kita tahu trauma, sebagaimana arwah, senantiasa bisa datang menghantui kapan saja. Keluarga Lambert mengalami kesulitan demi kesulitan justru karena keistimewaan dari ayah-anak itu. Banyak misteri yang disimpan rapat oleh keluarga terbuka begitu saja ketika tubuh mereka bertualang jauh ke The Further.

Dalam Insidious: The Red Door, Dalton sudah menjelma menjadi remaja ganteng. Kini ia sudah memasuki bangku kuliah. Ia ingin menjajal babak baru dalam hidupnya di tengah pengalaman pahit keluarga yang tercerai berai. Ibunya akhirnya tak tahan dengan apa yang terus menerus dialami sang ayah dan memutuskan untuk berpisah.

Sayangnya memang cerita tak menyempatkan diri mengulik bagaimana perceraian ini menggores luka dalam bagi Dalton. Hanya secuplik dialog yang dilontarkan oleh Renai yang membuat kita tahu mengapa perceraian itu terjadi. Kita juga hanya tahu sedikit mengapa hidup Josh berantakan setelahnya dan kini ia mencoba memungutnya serpihan demi serpihan.

CERMIN: Kisah Ayah, Anak, dan Sebuah Pintu Merah

Foto: Sony Pictures

Padahal kisah tentang perceraian ini bisa menjadi peluru baru bagi Insidious untuk merebut penonton baru, mereka yang baru saja menginjak remaja dan akhirnya bisa menonton film di bioskop bersama teman-temannya. Perceraian ini bisa menjadi semacam penghubung antara film dengan penonton baru dan bisa merasakan apa yang dirasakan Dalton sebagai korban. Pengalaman pahit yang membuat remaja ganteng ini hampir selalu murung.

Tapi Insidious: The Red Doormemilih berfokus pada bagaimana Dalton akan kembali bertemu dengan pintu merah yang sudah diperkenalkan di jilid Insidioussebelumnya. Bagaimana pintu itu muncul dari alam bawah sadarnya ketika ia diminta oleh guru seninya untuk merakit kepingan demi kepingan pengalaman dan menggoreskannya ke kanvas.

Sayangnya memang yang justru muncul adalah pengalaman traumatik masa kecilnya yang sempat hilang dari benaknya. Juga bagaimana kenangan yang kabur soal sosok ayah yang menjadi fotokopi dirinya dan bagaimana keduanya berperang dengan keistimewaan mereka.

Sayang betul film ini tak mengeksplorasi lebih jauh hubungan ayah-anak yang potensial mengundang iba. Dua manusia yang tak pernah minta diberi keistimewaan tapi malah menderita karenanya. Seorang ayah yang menolak menjadi cerminan dari sikap ayahnya yang brengsek dan seorang anak yang menganggap ayahnya adalah seorang ayah yang brengsek.

CERMIN: Kisah Ayah, Anak, dan Sebuah Pintu Merah

Foto: Sony Pictures

Jika saja skenario garapan Scott Teems mau sedikit repot membongkar hubungan pelik keduanya, kita akan bisa mendapatkan tontonan komplit tentang sebuah keluarga yang tercerai berai, ayah dan anak yang berjuang memperbaiki hubungan mereka, dan sebuah pintu merah yang bisa menjadi simbol tentang bagaimana mereka ingin menutup hubungan masa lalu yang buruk.

Genre horor selama ini hampir selalu dipandang buruk oleh kritikus justru karena kemalasan sineasnya untuk mengolah tema atau isu menarik ke dalam cerita yang membuat penonton lebih merasakan kedekatan. Relevansi pada hari ini menjadi kunci bagaimana para penonton baru memenuhi kursi bioskop.



Tanpa semangat itu, mereka hanya akan melihat jalinan kisah Insidioussebagai kisah masa lalu yang mungkin memang sudah kehilangan gairahnya untuk terus bertumbuh. Tapi kita tahu selalu ada pintu merah yang bisa dibuka untuk memunculkan kengerian demi kengerian baru hingga kejutan demi kejutan menarik bagi penonton.


Insidious: The Red Door
Produser: Jason Blum, Oren Peli, James Wan, Leigh Whannell
Sutradara: Patrick Wilson
Penulis Skenario: Scott Teems
Pemain: Ty Simpkins, Patrick Wilson, Sinclair Daniel

Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)