6 Fakta Tengoku Daimakyou, Anime Underrated Spring 2023

Tengoku Daimakyou dirilis sebagai bagian slot Spring 2023. Anime ini membawa cerita yang cukup berbeda dari yang lainnya dalam periode perilisan yang sama. Sayang, penerimaan anime ini tidak seheboh seperti Oshi no Ko yang menjadi gebrakan pada musim ini.

Tengoku Daimakyou atau Heavenly Delusion punya konsep cerita yang unik. Anime ini mengambil sudut pandang dari dua karakter yang hidup di dua tempat yang berbeda. Mereka terlihat tidak punya kaitan satu sama lain. Tapi, seiring berjalannya cerita, ternyata kaitan itu sebenarnya ada.

Secara garis besar, anime ini cukup seru karena menghadirkan aksi pertarungan dan juga cara untuk bertahan hidup. Karakter-karakter di dalamnya pun menarik untuk disimak. Sementara, anime ini terlihat seperti tontonan anak-anak, serial ini lebih cocok ditonton orang dewasa. Seperti apa sebenarnya Tengoku Daimakyou? Simak fakta-faktanya berikut!

Baca Juga

Panduan Sinopsis, Karakter, dan Lokasi Nonton Tengoku Daimakyou

1. Diadaptasi dari Manga Seinen

^{Foto: Kombo/Japanese Book Store}

Tengoku Daimakyou diadaptasi dari manga karya Masakazu Ishiguro. Manga seinen ini awalnya diterbitkan di majalah Monthly Afternoon, sebuah majalah seinen milik Kodansha. Hingga saat ini, manga itu sudah punya 8 volume.

Manga ini mulai terbit pada 28 Januari 2018. Volume pertamanya dirilis pada Juli di tahun yang sama. Kompilasi serialnya juga hanya dilakukan Kodansha. Manga ini masih berjalan sehingga masih banyak yang akan terungkap.

2. Mengisahkan Kehidupan di Bumi Pascakehancuran

^{Foto: Anime Corner}

Tengoku Daimakyou berlatar 15 tahun setelah kehancuran bumi. Jepang menjadi negara yang porak poranda dengan populasi manusia yang berkurang. Monster-monster aneh pun bermunculan. Sementara, orang-orang yang masih hidup berusaha mempertahankan hidup mereka.

Di sisi lain, ada sekelompok anak yang dibesarkan di balik tembok raksasa. Mereka diasuh robot canggih dan terisolasi dari dunia luar. Meski begitu, itu tidak mengurangi rasa penasaran mereka dengan dunia di luar sana.

Anak-anak itu hidup di tempat yang disebut Surga, di mana mereka bisa hidup enak. Sementara, dunia di luar sana disebut Neraka karena kekacauan yang melanda. Protagonis serial ini hidup di Neraka dan diberi misi menemukan Surga.

3. Diceritakan dari Dua Sudut Pandang

^{Foto: Kombo/Lost in Anime/Epicstream}

Tengoku Daimakyou menampilkan Maru, seorang cowok ABG berusia 15 tahun sebagai protagonisnya. Dia hidup di Neraka dan diutus mencari Surga. Dalam misinya itu, dia didampingi Kiruko, seorang cewek berusia awal 20-an yang dirasuki roh adiknya, Haruki.

Misi Maru sebenarnya adalah mencari seseorang yang punya wajah mirip dengannya di Surga. Dia harus mencari orang itu untuk diberi obat penyembuh. Perjalanannya mencari Surga bersama Kiruko adalah cerita utama di serial ini. Penonton akan diperlihatkan seperti apa kerasnya kehidupan yang dihadapi Maru di tengah kekacauan.

Sementara, di Surga, ada seorang ABG bernama Tokio yang wajahnya mirip dengan Maru. Hidup enak di Surga, tidak menjamin Tokio bahagia. Cewek androgini itu penasaran dengan dunia luar.

Tokio akan membawa penonton untuk mengeksplorasi Surga. Ketika ingin melihat dunia luar, Tokio malah menemukan hal aneh di Surga. Dia menemukan sebuah bayi berbentuk monster tersimpan di dalam tabung di tempat itu.

4. Bertema Gelap dan Dewasa

^{Foto: SportsKeeda}

Premis Tengoku Daimakyou sudah memperlihatkan kalau serial ini bukanlah sebuah serial yang punya banyak keriaan di dalamnya. Menjelajahi dunia yang kacau balau dengan ancaman kehadiran monster sudah membuat ceritanya jadi gelap. Belum lagi misteri yang terjadi di dalam Surga.

Latar belakang para karakternya pun terlalu gelap. Maru dan Kiruko sama-sama menjalani kehidupan keras yang membentuk mereka hingga seperti sekarang. Sementara, adegan-adegannya terlalu dewasa untuk ditonton anak-anak.

Ada banyak fan service yang hanya bisa dimengerti orang dewasa kenapa bisa seperti itu. Sementara, di dalam Surga, kehidupan yang damai bisa dengan cepat berubah menjadi muram. Hubungan Tokio dan Kona menjadi pelajaran bagi pentingnya pendidikan seks sejak dini.