10 Film Ini Nekat Ambil Risiko, tapi Hasilnya Rungkad Abis!
loading...
A
A
A
Ada banyak produser dan studio yang nekat mengambil risiko besar saat membuat sebuah film . Mereka berusaha membuat film itu sebaik dan sespektakuler mungkin untuk menarik audiens. Terkadang, usaha itu tidak selalu berhasil.
Ambisi besar studio dalam membuat film sering kali tidak diekskusi dengan baik di layar. Belum lagi masalah promosi atau marketing yang buruk turut mempengaruhi keberhasilan film itu di mata audiens. Pertaruhan lain yang dihadapi studio ketika membuat film berdana besar adalah pemilihan sutradara dan ceritanya.
Ada banyak film yang mengambil pertaruhan besar dan akhirnya gagal secara finansial dan kritis. Baik penonton maupun kritikus sama-sama tidak menyukai film itu meskipun studionya telah menjanjikan tontonan epik nan spektakuler. Hasil buruk itu tak jarang membuat studio harus melupakan rencana meneruskan ceritanya. Apa saja film dengan risiko tinggi, tapi berakhir sebagai film jelek? Simak ulasannya berikut!
Foto: Salon.com
Ada banyak cerita anak-anak yang tampil mengagumkan di layar besar. Film-film seperti Willy Wonka and the Chocolate Factory dan Matilda adalah contohnya. Tapi, tentu saja, tidak semua cerita itu bisa diterjemahkan dengan baik di layar meskipun dibesut sutradara terkenal sekalipun.
Pada 2016, Steven Spielberg berusaha membuat The BFG menjadi film animasi. Tentu saja, ini adalah sebuah film yang seharusnya tidak bisa salah. Tapi, masalah terbesarnya di film ini adalah risiko besar CGI Big Friendly Giant. Namun, penonton tidak menemukan semangat Spielberg di film itu.
Foto: Movie Nation
Peter Pan adalah dongeng anak-anak yang sering kali difilmkan. Pada 2017, Warner Bros. memutuskan mempertaruhkan banyak hal untuk menceritakan asal usul Peter di sebuah film live-action. Dengan deretan aktor terkenal, studio itu cukup percaya diri dengan film itu.
Sayang, penonton tidak suka, begitu juga dengan kritikus. Film itu memakan dana USD150 juta untuk biaya pembuatan dan hanya meraup USD128 juta di box office. Mereka juga mengambil risiko dengan membuat Hugh Jackman secara acak menyanyikan Smell Like Teen Spirit. Adegan adalah salah satu adegan yang paling keluar jalur.
Foto: Wired
Exodus: Gods and Kings punya deretan cast yang menjanjikan. Sutradaranya, Ridley Scott, tentu sudah tidak lagi diragukan kemampuannya. Tapi, film ini menghadapi banyak masalah ketika dirilis. Film ini gagal membuat penonton dan kritikus terkesan.
Di film ini, para pemeran berkulit putihnya punya wajah yang digelapkan. Ceritanya yang dianggap bodoh tidak mampu membuatnya menjadi film perang yang bagus. Pemilihan Ridley sebagai sutradara menjadi risiko tersendiri. Sutradara yang sukses dengan film tentang makhluk luar angkasa itu adalah pilihan berani untuk menukangi film epik yang sepertinya membuat tersinggung semua orang.
Foto: NPR
Film pertama Wonder Woman tergolong sukses besar dan disukai kritikus serta audiens. Penampilan Gal Gadot cukup memukau penggemar dan mereka pun jadi ingin terus menikmati aksinya. Bukan sebuah kemustahilan kalau Warner Bros. kemudian membuat sekuelnya. Sayang, Wonder Woman 1984 tidak bisa mengikuti kesuksesan pendahulunya.
Nyaris seperti sebuah kesepakatan kalau act ketiga Wonder Woman itu tidak bekerja dengan baik. Tapi, pelajaran itu tidak diambil di sekuelnya. Sekuel itu mengambil banyak risiko membuat skenarionya jadi lebih kocak dan keputusan yang dipertanyakan dengan karakter Diana Prince yang dibenci penggemar.
Foto: The Hollywood Reporter
Waterworld adalah sebuah pertaruhan besar. Tidak hanya bagi studionya, tapi juga aktornya. Kevin Costner bahkan menolak berperan sebagai Andy Dufresne di The Shawshank Redemption demi Waterworld. Keputusan ini masih disesalinya sampai sekarang.
Waterworld bisa dianggap sebagai salah satu kehancuran besar pertama box office. Meskipun angka kerugiannya tidak sebesar seperti sekarang. Film ini sebenarnya punya adegan yang mengagumkan dan mencengangkan, tapi audiens tidak pernah merasa terkoneksi dengan film itu seperti dengan film besar lainnya.
Foto: Forbes
Ambisi besar studio dalam membuat film sering kali tidak diekskusi dengan baik di layar. Belum lagi masalah promosi atau marketing yang buruk turut mempengaruhi keberhasilan film itu di mata audiens. Pertaruhan lain yang dihadapi studio ketika membuat film berdana besar adalah pemilihan sutradara dan ceritanya.
Ada banyak film yang mengambil pertaruhan besar dan akhirnya gagal secara finansial dan kritis. Baik penonton maupun kritikus sama-sama tidak menyukai film itu meskipun studionya telah menjanjikan tontonan epik nan spektakuler. Hasil buruk itu tak jarang membuat studio harus melupakan rencana meneruskan ceritanya. Apa saja film dengan risiko tinggi, tapi berakhir sebagai film jelek? Simak ulasannya berikut!
10. The BFG
Foto: Salon.com
Ada banyak cerita anak-anak yang tampil mengagumkan di layar besar. Film-film seperti Willy Wonka and the Chocolate Factory dan Matilda adalah contohnya. Tapi, tentu saja, tidak semua cerita itu bisa diterjemahkan dengan baik di layar meskipun dibesut sutradara terkenal sekalipun.
Pada 2016, Steven Spielberg berusaha membuat The BFG menjadi film animasi. Tentu saja, ini adalah sebuah film yang seharusnya tidak bisa salah. Tapi, masalah terbesarnya di film ini adalah risiko besar CGI Big Friendly Giant. Namun, penonton tidak menemukan semangat Spielberg di film itu.
9. Pan
Foto: Movie Nation
Peter Pan adalah dongeng anak-anak yang sering kali difilmkan. Pada 2017, Warner Bros. memutuskan mempertaruhkan banyak hal untuk menceritakan asal usul Peter di sebuah film live-action. Dengan deretan aktor terkenal, studio itu cukup percaya diri dengan film itu.
Sayang, penonton tidak suka, begitu juga dengan kritikus. Film itu memakan dana USD150 juta untuk biaya pembuatan dan hanya meraup USD128 juta di box office. Mereka juga mengambil risiko dengan membuat Hugh Jackman secara acak menyanyikan Smell Like Teen Spirit. Adegan adalah salah satu adegan yang paling keluar jalur.
8. Exodus: Gods and Kings
Foto: Wired
Exodus: Gods and Kings punya deretan cast yang menjanjikan. Sutradaranya, Ridley Scott, tentu sudah tidak lagi diragukan kemampuannya. Tapi, film ini menghadapi banyak masalah ketika dirilis. Film ini gagal membuat penonton dan kritikus terkesan.
Di film ini, para pemeran berkulit putihnya punya wajah yang digelapkan. Ceritanya yang dianggap bodoh tidak mampu membuatnya menjadi film perang yang bagus. Pemilihan Ridley sebagai sutradara menjadi risiko tersendiri. Sutradara yang sukses dengan film tentang makhluk luar angkasa itu adalah pilihan berani untuk menukangi film epik yang sepertinya membuat tersinggung semua orang.
7. Wonder Woman 1984
Foto: NPR
Film pertama Wonder Woman tergolong sukses besar dan disukai kritikus serta audiens. Penampilan Gal Gadot cukup memukau penggemar dan mereka pun jadi ingin terus menikmati aksinya. Bukan sebuah kemustahilan kalau Warner Bros. kemudian membuat sekuelnya. Sayang, Wonder Woman 1984 tidak bisa mengikuti kesuksesan pendahulunya.
Nyaris seperti sebuah kesepakatan kalau act ketiga Wonder Woman itu tidak bekerja dengan baik. Tapi, pelajaran itu tidak diambil di sekuelnya. Sekuel itu mengambil banyak risiko membuat skenarionya jadi lebih kocak dan keputusan yang dipertanyakan dengan karakter Diana Prince yang dibenci penggemar.
6. Waterworld
Foto: The Hollywood Reporter
Waterworld adalah sebuah pertaruhan besar. Tidak hanya bagi studionya, tapi juga aktornya. Kevin Costner bahkan menolak berperan sebagai Andy Dufresne di The Shawshank Redemption demi Waterworld. Keputusan ini masih disesalinya sampai sekarang.
Waterworld bisa dianggap sebagai salah satu kehancuran besar pertama box office. Meskipun angka kerugiannya tidak sebesar seperti sekarang. Film ini sebenarnya punya adegan yang mengagumkan dan mencengangkan, tapi audiens tidak pernah merasa terkoneksi dengan film itu seperti dengan film besar lainnya.
5. Black Adam
Foto: Forbes