Hammersonic: 9 Lagu Slipknot Ini Enak buat Headbanging
loading...
A
A
A
Slipknot pastinya membuat para Maggot—sebutan untuk band asal Iowa itu—puas ber-headbanging di puncak Hammersonic malam ini, Minggu (19/3), di Ancol, Jakarta. Berbagai lagu yang sudah dikenal akan dilantunkan dan serentak para Maggot pun ber-headbanging bareng. Momen ini tentu tidak akan terlupakan.
Slipknot dikenal dengan lagu-lagunya yang memang enak buat headbanging. Iramanya yang menghentak dengan vokal yang terkadang terdengar liar, penuh emosi, dan kadang melodik membuat kepala susah berhenti menghentak-hentak. Belum lagi dengan lirik yang penuh makna.
Slipknot yang digawangi Corey Taylor (vokal), Shawn “Clown” Crahan (perkusi), Craig Jones (gitar, keyboard), Mick Thomson (gitar), Sid Wilson (DJ), Jim Root (gitar), Alessandro Venturella (basis), Jay Weinberg (drum), dan Michael Pfaff (perkusi) juga dikenal tidak pernah mengecewakan Maggot di setiap penampilan mereka. Bagi yang bisa menonton, itu sebuah kepuasan tersendiri. Bagi yang tidak, tidak perlu kecewa. Meski tidak bisa menonton langsung, lagu Slipknot selalu bisa menemani ber-headbanging setiap saat. Apa saja lagu Slipknot yang enak buat headbanging? Simak rekomendasi GenSINDO berikut ini!
Disasterpiece adalah salah satu lagu dari album Iowa. Menurut vokalis Corey Taylor, lagu ini adalah tentang seorang pem-bully yang dulu suka merundungnya. Lagu ini sangat emosional bagi Corey yang sering membahas betapa jijiknya dia terhadap perundung dan siapa pun yang menggunakan kekuatan mereka untuk menyakiti orang yang tidak layak mendapatkannya. Di lagu ini, dia akhirnya tidak tahan dan membiarkan agresinya keluar.
Di lagu ini, Corey mengutarakan keinginannya untuk membunuh orang itu dan membuatnya merasakan rasa sakit yang dia timbulkan. Related? Well, bagi sebagian besar orang yang pernah dirundung, pastinya merasa related dengan lagu ini. Tapi, lagu ini harus dimaknai secara dewasa. Karena kalau tidak, bisa membawa petaka. Seperti yang terjadi pada sejumlah kasus pembunuhan dengan pelaku mengklaim terinspirasi lagu ini.
Wait and Bleed adalah single pertama Slipknot dari debut album mereka pada 1999. Setelah di-remix untuk menggantikan vokal berteriak-teriak di syairnya dengan lantunan vokal yang lebih melodic, lagu ini dirilis pada Juli 1999 dan nangkring di posisi 34 di American Billboard Hot Mainstream Rock Track pada Februari 2000. Sampai saat ini, lagu itu tetap menjadi salah satu lagu khas band itu.
Lagu itu adalah hasil kerja sama mendiang Joey Jordinson (drummer Slipknot) dan Corey Taylor. Mereka berdua menulis lirik lagu tersebut. Lagu tersebut adalah tentang seseorang yang sebenarnya baik tapi berubah menjadi orang yang bisa melakukan tindakan mengerikan. “Saya selalu kagum pada fakta kalau kita merepresentasikan diri sebagai orang beradab ketika, kapan pun, kita bisa menjadi binatang,” ujar Corey dalam sebuah wawancara dengan Kerrang!
Before I Forget dirilis sebagai single ketiga dari album Vol 3: (The Subliminal Verses) pada 2004. Lagu ini disebut AOL sebagai lagi metal paling top pada dekade itu. Before I Forget juga mempersembahkan Grammy untuk Slipknot di kategori Penampilan Metal Terbaik pada 2006.
Before I Forget meminjam elemen dari lagu tua Slipknot, Carve, yang direkam sebelum mereka merilis album berjudul nama band itu. Versi aslinya direkam pada 1996 dengan Anders Colsefni sebagai vokal. Menurut Corey, lagu itu adalah tentang bagaimana mempertahankan diri sendiri dan memutuskan untuk menjadi orang baik, apa pun kata orang. Lagu ini tampil di sejumlah video game seperti MotorStorm, Rock Band 3, Guitar Hero III: Legends of Rock, dan Guitar Hero Live.
The Heretic Anthem merupakan single promosi dari album kedua Slipknot, Iowa. Lagu ini dirilis sebagai Heretic Song sebagai single. Majalah Revolver memuji lagu ini dan menyebut lagu ini menggoda dengan death metal full hingga ekstrem, baik suara dan temanya.
Lagu ini bercerita tentang label rekaman yang awalnya tidak tertarik mengontrak band itu. Secara umum, lagu itu menggambarkan kondisi industri rekaman di Hollywood di mana semakin besar nama mereka, maka mereka akan jadi lebih mainstream. Terkadang, apa yang diinginkan industri tidak akan sejalan dengan idealisme band tersebut.
Psychosicial adalah single kedua dari album keempat Slipknot, All Hope Is Gone, yang dirilis pada 2008. Lagu ini adalah salah soundtrack film Punisher: War Zone, yang diproduksi Marvel. Bersama Duality dan Sulfur, lagu itu dirilis sebagai konten yang bisa diunduh untuk Rock Band and Rock Band 2 pada 2009. Lagu itu juga tampil sebagai lagu yang bisa dimainkan di Guitar Hero: Warriors of Rock.
Lirik lagu ini ditulis Corey Taylor dan musiknya dibuat Joey Jordison dan mendiang Paul Gray (bass). Menurut Shawn Crahan alias Clown, lagu itu adala tentang anxiety sosial dengan tempo yang baik, asyik dan berbeda. Namun, hanya Corey yang tahu apa arti Psychosocial itu. Rolling Stone memuji lagu itu karena temponya yang bikin terlena.
Duality dirilis sebagai single pertama dari album ketiga Slipknot, Vol 3: (The Sublimal Verses) pada 2004. Tak seperti sebagian besar lagu di album itu, Duality tidak mengandung kata tidak senonoh. Menurut Mick Thomson pada 2008, Corey Taylor bergantung pada konten eksplisit di lirik itu dan ingin mencoba sesuatu yang berbeda.
Duality lahir dari rasa amarah dan kekacauan dalam hidup yang dialami Corey dalam beberapa tahun belakangan. Menurut Joey Jordison, Duality adalah salah satu groove terberat di band itu. Lagu itu gelap, tapi, reff-nya sangat liberal sejauh nada yang pernah mereka buat. Vokal Corey di lagu ini juga benar-benar liar.
Surfacing merupakan lagu dari album pertama Slipknot yang dirilis pada 1999. Lagu itu dipilih pembaca Metal Hammer sebagai lagu terbaik era 90-an dan mengalahkan banyak lagu metal populer di era tersebut. Lagu itu muncul ketika band itu pergi ke Los Angeles untuk CD Mate. Feed. Kill. Repeat. Mereka datang ke sebuah pesta dan di sana ada sejumlah orang terjebak di sana. Jadi, Slipknot memberitahu betapa gilanya Midwest.
Menurut Corey Taylor, Surfacing adalah lagu kebangsaan internasional mereka. Lagu itu adalah tentang pendirian, tidak peduli pada orang yang menghalangi jalan kalian dan tidak peduli dengan apa kata orang. Surfacing memberikan bahu bagi anak-anak muda yang tersingkirkan dan tidak dihargai. Lagu ini bertahan di tengah gempuran waktu dengan masih mengemban bobot yang sama seperti ketika pertama kali dirilis.
Unsainted adalah single pertama yang dirilis dari album keenam Slipknot, We Are Not Your Kind, pada 2019. Ini merupakan single pertama Slipknot yang dirilis sejak All Out Life pada 2018. Unsainted juga merupakan lagu pertama band itu tanpa Chris Fehn yang dipecat dari band tersebut pada awal 2019 sebagai buntut gugatannya terhadap band tersebut.
Unsainted mendapatkan penerimaan yang baik dari penggemar. Rolling Stone menyebut lagu itu sebagai headbanger tanpa tanding yang dibuka dengan vokal paduan suara yang indah dari Angel City Chorale. Vokal itu mengapung di atas suara gebukan drum, gitar, dan vokal Taylor Corey sebelum double bass drum menggelegar. Revolver menyebut lagu itu lebih bisa diakses dan ramah radio ketimbang All Out Life dengan menilai kalau lagu itu eksplosif.
The Dying Song (Time to Sing) merupakan single kedua dari album ketujuh Slipknot, The End, So Far, yang dirilis pada 2022. Band itu membuat album tersebut di masa pandemi Covid-19 dengan Corey Taylor merekam suaranya di rumahnya di Las Vegas. Sementara, anggota band lainnya mengerjakan musiknya di Los Angeles.
Lagu itu ditulis Corey Taylor sebagai ungkapan tentang perspektifnya atas masalah sosial dan akhir dunia. Dia percaya kalau orang-orang begitu terobsesi pada cancel culture sampai mengabaikan fakta kalau mereka sedang menuju kehancuran. Dia menyoroti betapa orang-orang sekarang gampang tersinggung pada hal-hal sepele sementara mengabaikan masalah yang lebih besar. Menurut Corey, akhir dunia adalah kesalahan manusia.
Slipknot dikenal dengan lagu-lagunya yang memang enak buat headbanging. Iramanya yang menghentak dengan vokal yang terkadang terdengar liar, penuh emosi, dan kadang melodik membuat kepala susah berhenti menghentak-hentak. Belum lagi dengan lirik yang penuh makna.
Slipknot yang digawangi Corey Taylor (vokal), Shawn “Clown” Crahan (perkusi), Craig Jones (gitar, keyboard), Mick Thomson (gitar), Sid Wilson (DJ), Jim Root (gitar), Alessandro Venturella (basis), Jay Weinberg (drum), dan Michael Pfaff (perkusi) juga dikenal tidak pernah mengecewakan Maggot di setiap penampilan mereka. Bagi yang bisa menonton, itu sebuah kepuasan tersendiri. Bagi yang tidak, tidak perlu kecewa. Meski tidak bisa menonton langsung, lagu Slipknot selalu bisa menemani ber-headbanging setiap saat. Apa saja lagu Slipknot yang enak buat headbanging? Simak rekomendasi GenSINDO berikut ini!
1. Disasterpiece
Disasterpiece adalah salah satu lagu dari album Iowa. Menurut vokalis Corey Taylor, lagu ini adalah tentang seorang pem-bully yang dulu suka merundungnya. Lagu ini sangat emosional bagi Corey yang sering membahas betapa jijiknya dia terhadap perundung dan siapa pun yang menggunakan kekuatan mereka untuk menyakiti orang yang tidak layak mendapatkannya. Di lagu ini, dia akhirnya tidak tahan dan membiarkan agresinya keluar.
Di lagu ini, Corey mengutarakan keinginannya untuk membunuh orang itu dan membuatnya merasakan rasa sakit yang dia timbulkan. Related? Well, bagi sebagian besar orang yang pernah dirundung, pastinya merasa related dengan lagu ini. Tapi, lagu ini harus dimaknai secara dewasa. Karena kalau tidak, bisa membawa petaka. Seperti yang terjadi pada sejumlah kasus pembunuhan dengan pelaku mengklaim terinspirasi lagu ini.
2. Wait and Bleed
Wait and Bleed adalah single pertama Slipknot dari debut album mereka pada 1999. Setelah di-remix untuk menggantikan vokal berteriak-teriak di syairnya dengan lantunan vokal yang lebih melodic, lagu ini dirilis pada Juli 1999 dan nangkring di posisi 34 di American Billboard Hot Mainstream Rock Track pada Februari 2000. Sampai saat ini, lagu itu tetap menjadi salah satu lagu khas band itu.
Lagu itu adalah hasil kerja sama mendiang Joey Jordinson (drummer Slipknot) dan Corey Taylor. Mereka berdua menulis lirik lagu tersebut. Lagu tersebut adalah tentang seseorang yang sebenarnya baik tapi berubah menjadi orang yang bisa melakukan tindakan mengerikan. “Saya selalu kagum pada fakta kalau kita merepresentasikan diri sebagai orang beradab ketika, kapan pun, kita bisa menjadi binatang,” ujar Corey dalam sebuah wawancara dengan Kerrang!
3. Before I Forget
Before I Forget dirilis sebagai single ketiga dari album Vol 3: (The Subliminal Verses) pada 2004. Lagu ini disebut AOL sebagai lagi metal paling top pada dekade itu. Before I Forget juga mempersembahkan Grammy untuk Slipknot di kategori Penampilan Metal Terbaik pada 2006.
Before I Forget meminjam elemen dari lagu tua Slipknot, Carve, yang direkam sebelum mereka merilis album berjudul nama band itu. Versi aslinya direkam pada 1996 dengan Anders Colsefni sebagai vokal. Menurut Corey, lagu itu adalah tentang bagaimana mempertahankan diri sendiri dan memutuskan untuk menjadi orang baik, apa pun kata orang. Lagu ini tampil di sejumlah video game seperti MotorStorm, Rock Band 3, Guitar Hero III: Legends of Rock, dan Guitar Hero Live.
4. The Heretic Anthem
The Heretic Anthem merupakan single promosi dari album kedua Slipknot, Iowa. Lagu ini dirilis sebagai Heretic Song sebagai single. Majalah Revolver memuji lagu ini dan menyebut lagu ini menggoda dengan death metal full hingga ekstrem, baik suara dan temanya.
Lagu ini bercerita tentang label rekaman yang awalnya tidak tertarik mengontrak band itu. Secara umum, lagu itu menggambarkan kondisi industri rekaman di Hollywood di mana semakin besar nama mereka, maka mereka akan jadi lebih mainstream. Terkadang, apa yang diinginkan industri tidak akan sejalan dengan idealisme band tersebut.
5. Psychosocial
Psychosicial adalah single kedua dari album keempat Slipknot, All Hope Is Gone, yang dirilis pada 2008. Lagu ini adalah salah soundtrack film Punisher: War Zone, yang diproduksi Marvel. Bersama Duality dan Sulfur, lagu itu dirilis sebagai konten yang bisa diunduh untuk Rock Band and Rock Band 2 pada 2009. Lagu itu juga tampil sebagai lagu yang bisa dimainkan di Guitar Hero: Warriors of Rock.
Lirik lagu ini ditulis Corey Taylor dan musiknya dibuat Joey Jordison dan mendiang Paul Gray (bass). Menurut Shawn Crahan alias Clown, lagu itu adala tentang anxiety sosial dengan tempo yang baik, asyik dan berbeda. Namun, hanya Corey yang tahu apa arti Psychosocial itu. Rolling Stone memuji lagu itu karena temponya yang bikin terlena.
6. Duality
Duality dirilis sebagai single pertama dari album ketiga Slipknot, Vol 3: (The Sublimal Verses) pada 2004. Tak seperti sebagian besar lagu di album itu, Duality tidak mengandung kata tidak senonoh. Menurut Mick Thomson pada 2008, Corey Taylor bergantung pada konten eksplisit di lirik itu dan ingin mencoba sesuatu yang berbeda.
Duality lahir dari rasa amarah dan kekacauan dalam hidup yang dialami Corey dalam beberapa tahun belakangan. Menurut Joey Jordison, Duality adalah salah satu groove terberat di band itu. Lagu itu gelap, tapi, reff-nya sangat liberal sejauh nada yang pernah mereka buat. Vokal Corey di lagu ini juga benar-benar liar.
7. Surfacing
Surfacing merupakan lagu dari album pertama Slipknot yang dirilis pada 1999. Lagu itu dipilih pembaca Metal Hammer sebagai lagu terbaik era 90-an dan mengalahkan banyak lagu metal populer di era tersebut. Lagu itu muncul ketika band itu pergi ke Los Angeles untuk CD Mate. Feed. Kill. Repeat. Mereka datang ke sebuah pesta dan di sana ada sejumlah orang terjebak di sana. Jadi, Slipknot memberitahu betapa gilanya Midwest.
Menurut Corey Taylor, Surfacing adalah lagu kebangsaan internasional mereka. Lagu itu adalah tentang pendirian, tidak peduli pada orang yang menghalangi jalan kalian dan tidak peduli dengan apa kata orang. Surfacing memberikan bahu bagi anak-anak muda yang tersingkirkan dan tidak dihargai. Lagu ini bertahan di tengah gempuran waktu dengan masih mengemban bobot yang sama seperti ketika pertama kali dirilis.
8. Unsainted
Unsainted adalah single pertama yang dirilis dari album keenam Slipknot, We Are Not Your Kind, pada 2019. Ini merupakan single pertama Slipknot yang dirilis sejak All Out Life pada 2018. Unsainted juga merupakan lagu pertama band itu tanpa Chris Fehn yang dipecat dari band tersebut pada awal 2019 sebagai buntut gugatannya terhadap band tersebut.
Unsainted mendapatkan penerimaan yang baik dari penggemar. Rolling Stone menyebut lagu itu sebagai headbanger tanpa tanding yang dibuka dengan vokal paduan suara yang indah dari Angel City Chorale. Vokal itu mengapung di atas suara gebukan drum, gitar, dan vokal Taylor Corey sebelum double bass drum menggelegar. Revolver menyebut lagu itu lebih bisa diakses dan ramah radio ketimbang All Out Life dengan menilai kalau lagu itu eksplosif.
9. The Dying Song (Time to Sing)
The Dying Song (Time to Sing) merupakan single kedua dari album ketujuh Slipknot, The End, So Far, yang dirilis pada 2022. Band itu membuat album tersebut di masa pandemi Covid-19 dengan Corey Taylor merekam suaranya di rumahnya di Las Vegas. Sementara, anggota band lainnya mengerjakan musiknya di Los Angeles.
Lagu itu ditulis Corey Taylor sebagai ungkapan tentang perspektifnya atas masalah sosial dan akhir dunia. Dia percaya kalau orang-orang begitu terobsesi pada cancel culture sampai mengabaikan fakta kalau mereka sedang menuju kehancuran. Dia menyoroti betapa orang-orang sekarang gampang tersinggung pada hal-hal sepele sementara mengabaikan masalah yang lebih besar. Menurut Corey, akhir dunia adalah kesalahan manusia.
(alv)