10 Film yang Dikira bakal Cuan Gede, eh, Malah Boncos!
loading...
A
A
A
Ada calon pemula franchise, dan lalu ada The Mummy. Film itu menjadi kiamat seluruh semesta sinematiknya. Di permukaan, The Mummy jelas sangat menjanjikan. Film itu gelap dan merupakan reboot serial film yang disukai, dengan dibintangi salah satu bintang film Hollywood yang menguntungkan, yaitu Tom Cruise. Selain itu, film itu tidak punya pesaing berat ketika dirilis. Sayang, kenyataan tidak seperti yang diharapkan.
The Mummy beranggaran USD125 juta untuk produksinya. Di box office, film itu meraup USD409 juta. Tapi, angka itu tidak memuaskan Universal Pictures karena The Mummy dimaksudkan sebagai awal Dark Universe yang menampilkan semua properti monster film itu. Makanya, studio itu menggelontorkan dana besar-besaran untuk marketing. Tapi, pendapatan box office domestik film itu tidak menjanjikan. Ketika semuanya selesai, film itu pada dasarnya berakhir dengan kegagalan. The Mummy akhirnya menjadi film petama dan terakhir Dark Universe. Universal akhirnya melanjutkan bermitra dengan Blumhouse untuk merilis film monster dengan dana lebih murah untuk semesta horor mereka, yang terlihat lebih baik.
Foto: The Hollywood Reporter
Sejumlah usaha telah dilakukan untuk mengadaptasi novel Barsoom karya Edyar Rice Burroughs ke layar. Tapi, tidak ada yang berhasil. Sampai akhirnya kemajuan CGI dan anggaran besar dari studio membuat cerita itu sepertinya bisa dibuat dengan baik dan berpotensi sukses. Diterbitkan di awal abad 20, novel itu berkisah tentang seorang veteran Perang Sipil bernama John Carter yang dikirim ke Mars. Di sana, dia terlibat pertarungan akibat perebutan sumber daya di antara penduduk planet.
Pada 2012, Disney mengadaptasi novel pertamanya, A Princess of Mars. Adaptasi ini bisa memulai franchise peraup uang kalau ditangani dengan tepat. Faktanya, film itu memang tidak jelek, tapi dorongan marketing-nya adalah bagian dari masalahnya. Trailer samar dengan aksi tanpa elemen plot tidak memberikan petunjuk apa pun terkait cerita yang akan ditonton orang dan mengapa mereka harus nonton. Itu adalah satu waktu ketika mesin marketing kuat Disney sama sekali gagal. Film beranggaran USD250 juta itu hanya meraup USD284 juta di seluruh dunia. John Carter pun menjadi salah satu film paling jeblok sepanjang masa. Setelah biaya marketing, sejumlah sumber mengatakan, film itu membuat Disney rugi hingga USD200 juta.
Foto: Wired
Novel kondang karya Stephen King, The Dark Tower, selalu menjadi properti yang sulit untuk diadaptasi ke layar. Dua studio, Universal Pictures dan Warner Bros., menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan perwujudan berbeda pada proyek ini. Sutradara JJ Abrams dan Ron Howard sempat dikontak untuk menukangi film ini. Pada 2015, Sony Pictures mengadaptasi The Dark Tower menjadi satu film, yang membuat orang yang tahu novel itu bingung dengan bagaimana itu akan berhasil.
Jawabannya simple, film itu gagal. Terlepas dari kampanya marketing menarik yang berpusat pada kehadiran Idris Elba sebagai karakter utama, Roland Deschai, film itu gagal total karena ucapan dari mulut ke mulut orang yang menonton. Ini mengonfirmasi kalau setiap cuil film itu kacau dan membingungkan sehingga penggemar King berharap film itu tidak pernah dibuat. Meski hanya beranggaran USD60 juta, pendapatan USD113 juta The Dark Tower di box office memastikan kalau Sony rugi. Studio itu pun batal membuat sekuelnya. Amazon akhirnya memberikan perlakuan yang layak pada serial itu dengan mengadaptasinya menjadi serial TV pada 2020.
Foto: Slash Film
First Family Marvel, Fantastic Four, terbukti sulit diadaptasi ke layar. Dua film produksi Fox pada 2005 dan 2007 menghasilkan box office yang biasa-biasa saja dan bahkan menciptakan reaksi beragam dari penggemar. Tapi, reboot Fantastic Four atau Fant4stic pada 2015 menawarkan keterlibatan sutradara muda, Josh Trank, dan bahkan bintang-bintang muda yang menawan, seperti Michael B Jordan, Miles Teller, serta Kate Mara. Iklannya menjanjikan kalau properti ini akan diberi perlakukan yang sangat serius dengan body horror.
Tapi, hasilnya mengecewakan. Josh menyalahkan campur tangan studio dan studio menyalahkan Josh atas nasib film itu yang gagal total. Fantastic Four menjadi salah satu film superhero paling jelek sepanjang masa dan hanya meraup USD167 juta di box office. Angka itu tergolong kecil dibandingkan penghasilan film superhero yang dirilis di masa itu. Film itu disebut membuat Fox rugi hingga sekitar USD60 juta. Film itu memang jelek dan membuat pengamat mengira-ira apakah salah satu tim superhero utama Marvel itu tidak bisa diadaptasi. Jawabannya ada di 2025 ketika Marvel Cinematic Universe (MCU) merilis adaptasi mereka atas karakter ini.
Foto: Games Radar
Dark Phonenix merupakan pamitan franchise X-Men yang panjang di Fox Studio. Film ini dirilis setelah Fox diakuisisi Disney. Ini menjadikan film itu jadi pertaruhan tinggi sebelum tayang di layar. Penonton setia tahu betul kalau karakter-karakter di film itu bakal di-reboot di MCU dan entri sebelumnya di Fox, X-Men: Apocalypse, gagal memuaskan penggemar.
Beberapa saat sebelum film itu dirilis, diketahui secara luas kalau ending-nya harus disyuting ulang karena kesamaan yang tidak disengaja dengan Captain Marvel, yang dirilis sebelum Dark Phoenix. Trailer film itu terlihat menggoda, padat aksi dan penampilan yang solid dari bintang-bintangnya seperti Sophie Turner dan James McAvoy. Tapi, hype yang dibangun dan harapan tinggi terhadap film itu segera runtuh begitu film itu dirilis. Dark Phoenix jeblok. Ending ini adalah pamitan terburuk bagi franchise itu. X-Men layak mendapatkan yang lebih baik. Mereka bisa mendapatkannya di Marvel Cinematic Universe (MCU).
The Mummy beranggaran USD125 juta untuk produksinya. Di box office, film itu meraup USD409 juta. Tapi, angka itu tidak memuaskan Universal Pictures karena The Mummy dimaksudkan sebagai awal Dark Universe yang menampilkan semua properti monster film itu. Makanya, studio itu menggelontorkan dana besar-besaran untuk marketing. Tapi, pendapatan box office domestik film itu tidak menjanjikan. Ketika semuanya selesai, film itu pada dasarnya berakhir dengan kegagalan. The Mummy akhirnya menjadi film petama dan terakhir Dark Universe. Universal akhirnya melanjutkan bermitra dengan Blumhouse untuk merilis film monster dengan dana lebih murah untuk semesta horor mereka, yang terlihat lebih baik.
4. John Carter
Foto: The Hollywood Reporter
Sejumlah usaha telah dilakukan untuk mengadaptasi novel Barsoom karya Edyar Rice Burroughs ke layar. Tapi, tidak ada yang berhasil. Sampai akhirnya kemajuan CGI dan anggaran besar dari studio membuat cerita itu sepertinya bisa dibuat dengan baik dan berpotensi sukses. Diterbitkan di awal abad 20, novel itu berkisah tentang seorang veteran Perang Sipil bernama John Carter yang dikirim ke Mars. Di sana, dia terlibat pertarungan akibat perebutan sumber daya di antara penduduk planet.
Pada 2012, Disney mengadaptasi novel pertamanya, A Princess of Mars. Adaptasi ini bisa memulai franchise peraup uang kalau ditangani dengan tepat. Faktanya, film itu memang tidak jelek, tapi dorongan marketing-nya adalah bagian dari masalahnya. Trailer samar dengan aksi tanpa elemen plot tidak memberikan petunjuk apa pun terkait cerita yang akan ditonton orang dan mengapa mereka harus nonton. Itu adalah satu waktu ketika mesin marketing kuat Disney sama sekali gagal. Film beranggaran USD250 juta itu hanya meraup USD284 juta di seluruh dunia. John Carter pun menjadi salah satu film paling jeblok sepanjang masa. Setelah biaya marketing, sejumlah sumber mengatakan, film itu membuat Disney rugi hingga USD200 juta.
3. The Dark Tower
Foto: Wired
Novel kondang karya Stephen King, The Dark Tower, selalu menjadi properti yang sulit untuk diadaptasi ke layar. Dua studio, Universal Pictures dan Warner Bros., menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan perwujudan berbeda pada proyek ini. Sutradara JJ Abrams dan Ron Howard sempat dikontak untuk menukangi film ini. Pada 2015, Sony Pictures mengadaptasi The Dark Tower menjadi satu film, yang membuat orang yang tahu novel itu bingung dengan bagaimana itu akan berhasil.
Jawabannya simple, film itu gagal. Terlepas dari kampanya marketing menarik yang berpusat pada kehadiran Idris Elba sebagai karakter utama, Roland Deschai, film itu gagal total karena ucapan dari mulut ke mulut orang yang menonton. Ini mengonfirmasi kalau setiap cuil film itu kacau dan membingungkan sehingga penggemar King berharap film itu tidak pernah dibuat. Meski hanya beranggaran USD60 juta, pendapatan USD113 juta The Dark Tower di box office memastikan kalau Sony rugi. Studio itu pun batal membuat sekuelnya. Amazon akhirnya memberikan perlakuan yang layak pada serial itu dengan mengadaptasinya menjadi serial TV pada 2020.
2. Fantastic Four
Foto: Slash Film
First Family Marvel, Fantastic Four, terbukti sulit diadaptasi ke layar. Dua film produksi Fox pada 2005 dan 2007 menghasilkan box office yang biasa-biasa saja dan bahkan menciptakan reaksi beragam dari penggemar. Tapi, reboot Fantastic Four atau Fant4stic pada 2015 menawarkan keterlibatan sutradara muda, Josh Trank, dan bahkan bintang-bintang muda yang menawan, seperti Michael B Jordan, Miles Teller, serta Kate Mara. Iklannya menjanjikan kalau properti ini akan diberi perlakukan yang sangat serius dengan body horror.
Tapi, hasilnya mengecewakan. Josh menyalahkan campur tangan studio dan studio menyalahkan Josh atas nasib film itu yang gagal total. Fantastic Four menjadi salah satu film superhero paling jelek sepanjang masa dan hanya meraup USD167 juta di box office. Angka itu tergolong kecil dibandingkan penghasilan film superhero yang dirilis di masa itu. Film itu disebut membuat Fox rugi hingga sekitar USD60 juta. Film itu memang jelek dan membuat pengamat mengira-ira apakah salah satu tim superhero utama Marvel itu tidak bisa diadaptasi. Jawabannya ada di 2025 ketika Marvel Cinematic Universe (MCU) merilis adaptasi mereka atas karakter ini.
1. X-Men: Dark Phoenix
Foto: Games Radar
Dark Phonenix merupakan pamitan franchise X-Men yang panjang di Fox Studio. Film ini dirilis setelah Fox diakuisisi Disney. Ini menjadikan film itu jadi pertaruhan tinggi sebelum tayang di layar. Penonton setia tahu betul kalau karakter-karakter di film itu bakal di-reboot di MCU dan entri sebelumnya di Fox, X-Men: Apocalypse, gagal memuaskan penggemar.
Beberapa saat sebelum film itu dirilis, diketahui secara luas kalau ending-nya harus disyuting ulang karena kesamaan yang tidak disengaja dengan Captain Marvel, yang dirilis sebelum Dark Phoenix. Trailer film itu terlihat menggoda, padat aksi dan penampilan yang solid dari bintang-bintangnya seperti Sophie Turner dan James McAvoy. Tapi, hype yang dibangun dan harapan tinggi terhadap film itu segera runtuh begitu film itu dirilis. Dark Phoenix jeblok. Ending ini adalah pamitan terburuk bagi franchise itu. X-Men layak mendapatkan yang lebih baik. Mereka bisa mendapatkannya di Marvel Cinematic Universe (MCU).
(alv)