CERMIN: James Cameron Melakukannya Lagi!

Sabtu, 17 Desember 2022 - 08:03 WIB
Film Avatar 2 tak cuma dibekali teknologi visual yang menakjubkan tapi juga cerita yang universal. Foto/20th Century Studios
JAKARTA - Tahun 1997. Saya memasuki tahun kedua di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan James Cameron datang meluluhlantakkan hati penonton bioskop dengan Titanic.

Saya salah satu orang yang gemar sekali menonton film terutama di bioskop. Menonton ke bioskop terasa seperti ritual yang perlu dilakukan dengan khusyuk. Biasanya saya menyediakan waktu khusus nonton 1-2 film per minggu di bioskop. Sebelum menonton, saya melakukan beberapa hal agar tak terganggu menikmati keajaiban sinema di layar lebar.

Pada 1997, seluruh dunia dibuat terpukau oleh Titanic. Kisah tenggelamnya kapal pesiar mewah dengan 1001 cerita di baliknya itu digubah oleh James Cameron menjadi kisah tentang perbedaan kasta, pergulatan menghadapi bencana, dan pengorbanan berujung kematian.

Titanicmenjadi film pertama yang diproduksi dengan biaya superjumbo mencapai USD200 juta dan masih memegang rekor sebagai salah satu film terlaris sepanjang masa dengan perolehan USD1,8 miliar.





Foto: 20th Century Studios

James adalah salah satu sutradara yang percaya penuh dengan visinya, meski visi itu belum ditopang oleh teknologi mumpuni. Avataryang dirilis pada 2009 membuktikan betapa tekun dan sabarnya ia menunggu teknologi bisa mencapai visual yang diinginkannya. Avatar: The Way of Waterperlu 13 tahun untuk diwujudkan agar bisa memuaskan James.

Baca Juga: CERMIN: Segitiga Kesetaraan, Patriarki, dan Kapitalisme

Tapi Avatardan Avatar: The Way of Waterbukan sekadar film dengan teknologi canggih tak tertandingi. Film ini adalah sebuah protes keras dari James atas ulah manusia terhadap kerusakan lingkungan. Bumi baik-baik saja tanpa manusia tapi manusia menghancurkan Bumi sedikit demi sedikit hingga menjadikannya tak baik-baik saja.

Sebagai sesama sutradara, saya mengagumi betul bagaimana James memasukkan visinya soal lingkungan ke dalam film. Sementara saya baru dalam tahap selesai menamatkan buku yang ditulis Bill Gates, How to Avoid a Climate Disaster. Ia perlu waktu 13 tahun dan biaya lebih dari USD300 juta untuk menyampaikan pesannya ke seluruh dunia melalui medium yang paling dikuasainya.



Foto: 20th Century Studios

Avatar: The Way of Watertak hanya bercerita soal lingkungan tapi juga nilai-nilai keluarga. Sama seperti James, setelah memiliki anak yang cukup kritis, kami berpikir bagaimana cara mengintegrasikan pekerjaan kami dengan pesan-pesan baik untuk anak-anak kami kelak. Dan saya kira James melakukan pekerjaan yang luar biasa.

Jake dan Neytiri kini sudah punya empat anak dan hidup bahagia di Pandora. Mereka menjalani hidup yang tentram hingga suatu hari kebahagiaan itu dirusak oleh nafsu dendam. Jake yang menghindari konflik memilih memboyong keluarganya bermigrasi dari hutan ke laut.

Tak mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang sama sekali baru. Jake dan keluarga menghadapi tantangan hebat. Bukan saja masalah kebiasaan tapi terutama soal cara menjalani hidup. Dengan dua anak laki-laki yang beranjak remaja, terbayang betapa Jake mirip seperti James, saya atau kebanyakan bapak-bapak lainnya.



Foto: 20th Century Studios

Bagaimana mendidik mereka agar tak mencari masalah di tempat baru dan berbaur dengan harmonis. Jake harus memperlihatkan teladan terlebih dahulu kepada anak-anaknya.

Dengan cerita sesederhana ini, penonton memang bisa dengan mudah terpukau pada visualisasi menakjubkan yang bisa dicapai oleh James dan tim. Tapi visual hanya bisa dilihat dan ceritalah yang akan sampai ke hati. Avatar: The Way of Watermenunaikan tugasnya dengan baik. Inilah jenis film yang bisa ditonton sekeluarga dan bisa didiskusikan setelahnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More