Review Film She Said: Kegigihan Wartawan Ungkap Pelecehan Seksual
Jum'at, 25 November 2022 - 06:06 WIB
She Said menyajikan cerita tentang usaha dua orang jurnalis The New York Times untuk mengungkap skandal pelecehan seksual terbesar di Hollywood. Diangkat dari kisah nyata yang terjadi pada 2017, She Said membawa penonton untuk tahu bagaimana perjuangan para jurnalis itu mendapatkan sebuah berita yang memberikan pengaruh besar terhadap dunia. Teamwork juga menjadi salah satu faktor yang menonjol di sini.
She Said mengisahkan tentang Jodi Kantor (Zoe Kazan) dan Megan Twohey (Carey Mulligan) yang menginvestigasi tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan produser kenamaan Harvey Weinstein terhadap sejumlah aktris. Jodi awalnya mendapatkan informasi kalau aktris Rose McGowan akan mengungkapkan hal itu lewat bukunya. Jodi kemudian berhasil mendapatkan komentar dari aktris Ashley Judd dan Gwyneth Paltrow.
Usaha Jodi dan Megan ini mendapatkan dukungan penuh dari kantor mereka. Para editor terus menyemangati dan memberikan tips kepada duo jurnalis itu untuk meneruskan investigasi mereka. Usaha mereka memang berat karena pada aktris itu tidak mau dikutip atau namanya dipakai sebagai sumber berita mereka. Selain itu, sejumlah mantan pegawai Miramax, tempat Harvey Weinstein dulu bekerja, yang juga menjadi korban pelecehan, juga menolak dikutip karena terbelit NDA atau perjanjian tutup mulut dan menerima kompensasi.
Usaha keras Jodi dan Megan membuahkan hasil. Pihak Weinstein terusik dengan investigasi mereka dan berusaha mengintimidasi. Untungnya, salah satu editor di The Times, Dean Baquet, tahu bagaimana menghadapi Weinstein dan membuat tim redaksi tidak terintimidasi. Selama melakukan penyelidikan, Jodi dan Megan juga selalu mengikuti prosedur demi menghindari masalah hukum ke depannya.
Foto: Los Angeles Times
She Said adalah salah satu film jurnalisme investigasi terbaik yang pernah dibuat. Film ini juga memperlihatkan kegigihan para jurnalis dalam mendapatkan berita eksklusif yang benar-benar punya dampak tanpa harus keluar dari koridor hukum. Mereka ngotot dan bersedia melakukan perjalanan jauh demi menemui narasumber yang mereka harapkan akan membantu investigasi mereka. Meskipun, mereka tahu risiko terburuknya.
Film ini juga mengangkat masalah kesehatan mental. Megan mengalami baby blues setelah melahirkan putri pertamanya. Dia kemudian mengalihkan semua masalah mentalnya itu dengan kembali bekerja. Dari duetnya dengan Jodi, kondisi mental Megan pun berangsur membaik.
Teamwork juga menjadi poin penting di film ini. Tidak hanya kerja sama antara Megan dan Jodi, tapi juga dengan tim editor mereka. Para editor ini langsung pasang badan dan bersedia menanggung semua konsekuensi yang akan diterima Megan dan Jodi dengan berita yang akan mereka tulis ini. Para editor ini sadar kalau apa yang mereka sajikan punya dampak yang sangat besar bagi masyarakat.
Foto: The New Yorker
Sayang, film ini terasa kurang mendalam dan lebih mirip dokumenter. Adegan-adegannya terasa saling bertubrukan dan ceritanya jadi kurang kohesif. Film itu juga kemudian terasa seperti sebuah penjelasan dengan asumsi penonton kurang mengenal kasus Weinstein ini. Jadi, dalam 2 jam 15 menit, lebih banyak penjelasannya ketimbang aksinya. Tapi, mungkin, inilah tujuannya.
Sementara, slice-of-life-nya relatable dengan kehidupan sehari-hari. Kehidupan keluarga Megan dan Jodi turut disorot di film ini. Ini menggambarkan bagaimana mereka berjuang untuk menyeimbangkan hidup mereka sebagai ibu dan juga jurnalis. Mereka beruntung karena suami mereka selalu mendukung mereka dan tidak protes.
Foto: Pop Sugar
She Said berusaha menggambarkan penderitaan para wanita yang menjadi korban Weinstein ini memberikan gambaran terhadap pelecehan seksual itu. Alih-alih menyajikan adegan pelecehan secara langsung, sutradara film ini, Maria Schrader memberikan rekaman suara dan gambaran tentang lokasi kejadian. Meski tidak terlalu memuaskan, tapi cukup menarik emosi.
Film ini juga tidak menyajikan bagaimana respons langsung Harvey Weinstein, tapi menggunakan karakternya nanti di film. Itu pun wajahnya tidak diperlihatkan, begitu juga dengan karakter Gwyneth Paltrow. Rose McGowan disajikan dalam bentuk suara. Sementara, hanya Ashley Judd yang benar-benar tampil sebagai dirinya.
Foto: The Hollywood Reporter
Film ini tidak berusaha memberikan tontonan yang detail dengan gambaran visual. Tapi, lebih menekankan pada apa yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Meski ini kurang memuaskan, tapi, cerita dan perjuangan para wanita untuk mengungkapkan kebenaran tetap bisa dinikmati. Selain itu, film ini juga mengapresiasi kerja para jurnalis investigasi yang tak jarang mendapatkan intimidasi dan hambatan dalam pekerjaan mereka menggali informasi.
She Said menyajikan cerita tentang kegigihan dan tekad jurnalis dalam mengungkapkan kebenaran. Meski tidak dijahit dengan rapi, film ini tetap bisa dipahami secara esensi. Mereka yang tertarik pada dunia jurnalisme dan investigasi akan menikmati film ini.
She Said bisa disaksikan di bioskop di seluruh Indonesia mulai hari ini, Jumat (25/11). Selalu jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
She Said mengisahkan tentang Jodi Kantor (Zoe Kazan) dan Megan Twohey (Carey Mulligan) yang menginvestigasi tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan produser kenamaan Harvey Weinstein terhadap sejumlah aktris. Jodi awalnya mendapatkan informasi kalau aktris Rose McGowan akan mengungkapkan hal itu lewat bukunya. Jodi kemudian berhasil mendapatkan komentar dari aktris Ashley Judd dan Gwyneth Paltrow.
Usaha Jodi dan Megan ini mendapatkan dukungan penuh dari kantor mereka. Para editor terus menyemangati dan memberikan tips kepada duo jurnalis itu untuk meneruskan investigasi mereka. Usaha mereka memang berat karena pada aktris itu tidak mau dikutip atau namanya dipakai sebagai sumber berita mereka. Selain itu, sejumlah mantan pegawai Miramax, tempat Harvey Weinstein dulu bekerja, yang juga menjadi korban pelecehan, juga menolak dikutip karena terbelit NDA atau perjanjian tutup mulut dan menerima kompensasi.
Usaha keras Jodi dan Megan membuahkan hasil. Pihak Weinstein terusik dengan investigasi mereka dan berusaha mengintimidasi. Untungnya, salah satu editor di The Times, Dean Baquet, tahu bagaimana menghadapi Weinstein dan membuat tim redaksi tidak terintimidasi. Selama melakukan penyelidikan, Jodi dan Megan juga selalu mengikuti prosedur demi menghindari masalah hukum ke depannya.
Foto: Los Angeles Times
She Said adalah salah satu film jurnalisme investigasi terbaik yang pernah dibuat. Film ini juga memperlihatkan kegigihan para jurnalis dalam mendapatkan berita eksklusif yang benar-benar punya dampak tanpa harus keluar dari koridor hukum. Mereka ngotot dan bersedia melakukan perjalanan jauh demi menemui narasumber yang mereka harapkan akan membantu investigasi mereka. Meskipun, mereka tahu risiko terburuknya.
Film ini juga mengangkat masalah kesehatan mental. Megan mengalami baby blues setelah melahirkan putri pertamanya. Dia kemudian mengalihkan semua masalah mentalnya itu dengan kembali bekerja. Dari duetnya dengan Jodi, kondisi mental Megan pun berangsur membaik.
Teamwork juga menjadi poin penting di film ini. Tidak hanya kerja sama antara Megan dan Jodi, tapi juga dengan tim editor mereka. Para editor ini langsung pasang badan dan bersedia menanggung semua konsekuensi yang akan diterima Megan dan Jodi dengan berita yang akan mereka tulis ini. Para editor ini sadar kalau apa yang mereka sajikan punya dampak yang sangat besar bagi masyarakat.
Foto: The New Yorker
Sayang, film ini terasa kurang mendalam dan lebih mirip dokumenter. Adegan-adegannya terasa saling bertubrukan dan ceritanya jadi kurang kohesif. Film itu juga kemudian terasa seperti sebuah penjelasan dengan asumsi penonton kurang mengenal kasus Weinstein ini. Jadi, dalam 2 jam 15 menit, lebih banyak penjelasannya ketimbang aksinya. Tapi, mungkin, inilah tujuannya.
Sementara, slice-of-life-nya relatable dengan kehidupan sehari-hari. Kehidupan keluarga Megan dan Jodi turut disorot di film ini. Ini menggambarkan bagaimana mereka berjuang untuk menyeimbangkan hidup mereka sebagai ibu dan juga jurnalis. Mereka beruntung karena suami mereka selalu mendukung mereka dan tidak protes.
Foto: Pop Sugar
She Said berusaha menggambarkan penderitaan para wanita yang menjadi korban Weinstein ini memberikan gambaran terhadap pelecehan seksual itu. Alih-alih menyajikan adegan pelecehan secara langsung, sutradara film ini, Maria Schrader memberikan rekaman suara dan gambaran tentang lokasi kejadian. Meski tidak terlalu memuaskan, tapi cukup menarik emosi.
Film ini juga tidak menyajikan bagaimana respons langsung Harvey Weinstein, tapi menggunakan karakternya nanti di film. Itu pun wajahnya tidak diperlihatkan, begitu juga dengan karakter Gwyneth Paltrow. Rose McGowan disajikan dalam bentuk suara. Sementara, hanya Ashley Judd yang benar-benar tampil sebagai dirinya.
Foto: The Hollywood Reporter
Film ini tidak berusaha memberikan tontonan yang detail dengan gambaran visual. Tapi, lebih menekankan pada apa yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Meski ini kurang memuaskan, tapi, cerita dan perjuangan para wanita untuk mengungkapkan kebenaran tetap bisa dinikmati. Selain itu, film ini juga mengapresiasi kerja para jurnalis investigasi yang tak jarang mendapatkan intimidasi dan hambatan dalam pekerjaan mereka menggali informasi.
She Said menyajikan cerita tentang kegigihan dan tekad jurnalis dalam mengungkapkan kebenaran. Meski tidak dijahit dengan rapi, film ini tetap bisa dipahami secara esensi. Mereka yang tertarik pada dunia jurnalisme dan investigasi akan menikmati film ini.
She Said bisa disaksikan di bioskop di seluruh Indonesia mulai hari ini, Jumat (25/11). Selalu jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
(alv)
tulis komentar anda