CERMIN: Belajar Islam yang (Memang) Memanusiakan Manusia
Rabu, 23 November 2022 - 14:40 WIB
Di lain kesempatan, di hadapan seorang pengawas santriwati yang menggeluti dunia seni, pimpinan pesantren, Nyai Hj Masriyah Amva, mengutip sebuah hadis: “Sesungguhnya Allah Maha-indah dan mencintai keindahan.” Beliau mengaitkan dengan seni yang diajarkan di pesantren termasuk seni angklung, dan bahwa seni itu termasuk hal yang indah dan melembutkan hati.
Meski dikemas secara sederhana, Shalahuddin mencoba bereksperimen dengan pengemasan gambar. Dengan pemaparan soal kajian gender dalam adegan sebelumnya, pemaparan tersebut terasa lebih nyaring bunyinya ketika sutradara menempatkan gambar kemeriahan pentas Kongres Ulama Perempuan Indonesia berdampingan dengan adegan para laki-laki sedang mencuci piring bekas hajatan acara tersebut. Kajian itu tak sekadar diucapkan tapi langsung dipraktikkan.
Baca Juga: 5 Alasan untuk Nonton Weak Hero Class 1, Drakor yang Lagi Hype
Yang paling penting, kita melihat para guru menawarkan pemikiran terbuka kepada para santri bahwa siapa saja boleh berpendapat dan siapa saja juga boleh tak setuju dengan suatu pendapat. Namun bukan berarti ketidaksetujuan adalah tanda permusuhan. Karena sesungguhnya hal ini sekedar memperlihatkan bahwa Al-Qur’an dan Hadis tak sekadar dibaca tapi amun juga dikaji secara mendalam.
Saya pulang dari menonton Pesantrendi bioskop dengan hati membuncah. Bahwa Islam sedang dikembalikan ke khittah-nya sebagai agama yang memanusiakan manusia. Bahwa Islam tak seperti yang digambarkan melalui pemahaman media Barat.
Bahwa Islam sesungguhnya progresif dan lentur. Dan terutama, Islam adalah rahmat bagi semesta, bukan bagi suatu kaum saja.
PESANTREN
Produser: Shalahuddin Siregar
Sutradara: Shalahuddin Siregar
Penulis Skenario: Shalahuddin Siregar
Pemain: Diding, Bibah, Kyai Husein Muhammad, Nyai Hj Masriyah Amva
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Meski dikemas secara sederhana, Shalahuddin mencoba bereksperimen dengan pengemasan gambar. Dengan pemaparan soal kajian gender dalam adegan sebelumnya, pemaparan tersebut terasa lebih nyaring bunyinya ketika sutradara menempatkan gambar kemeriahan pentas Kongres Ulama Perempuan Indonesia berdampingan dengan adegan para laki-laki sedang mencuci piring bekas hajatan acara tersebut. Kajian itu tak sekadar diucapkan tapi langsung dipraktikkan.
Baca Juga: 5 Alasan untuk Nonton Weak Hero Class 1, Drakor yang Lagi Hype
Yang paling penting, kita melihat para guru menawarkan pemikiran terbuka kepada para santri bahwa siapa saja boleh berpendapat dan siapa saja juga boleh tak setuju dengan suatu pendapat. Namun bukan berarti ketidaksetujuan adalah tanda permusuhan. Karena sesungguhnya hal ini sekedar memperlihatkan bahwa Al-Qur’an dan Hadis tak sekadar dibaca tapi amun juga dikaji secara mendalam.
Saya pulang dari menonton Pesantrendi bioskop dengan hati membuncah. Bahwa Islam sedang dikembalikan ke khittah-nya sebagai agama yang memanusiakan manusia. Bahwa Islam tak seperti yang digambarkan melalui pemahaman media Barat.
Bahwa Islam sesungguhnya progresif dan lentur. Dan terutama, Islam adalah rahmat bagi semesta, bukan bagi suatu kaum saja.
PESANTREN
Produser: Shalahuddin Siregar
Sutradara: Shalahuddin Siregar
Penulis Skenario: Shalahuddin Siregar
Pemain: Diding, Bibah, Kyai Husein Muhammad, Nyai Hj Masriyah Amva
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
(ita)
tulis komentar anda