Review Film Thor: Love and Thunder: Dramatis dan Full Guns N Roses

Rabu, 06 Juli 2022 - 06:35 WIB
Thor: Love and Thunder menyuguhkan sebuah tontonan dramatis dan emosional di tengah atmosfir kocak. Dengan iringan Guns N Roses, film ini jadi terasa lebih fun. (Foto-Foto: Marvel)
Thor: Love and Thunder akhirnya tayang di Indonesia pada Rabu (6/7). Salah satu film yang paling diantisipasi dari Marvel Cinematic Universe (MCU) ini meneruskan petualangan Dewa Petir Thor setelah apa yang dia lalui di Avengers: Endgame. Disutradarai Taika Waititi, film solo keempat Thor ini menjanjikan tontonan seru.

Thor: Love and Thunder mengisahkan tentang Thor yang ingin pensiun sebagai superhero. Dewa Petir itu ingin mencari perdamaian diri dan hanya akan beraksi begitu ada orang yang minta tolong. Namun, rencananya itu terusik dengan kemunculan Gorr the God Butcher. Orang dengan tampang mengerikan ini meneror dengan membunuh para dewa. Thor pun turun tangan dengan bantuan Raja Valkyrie, Korg, dan juga Mighty Thor.

Film ini menandai kembalinya Natalie Portman ke MCU setelah 9 tahun absen. Di film ini, Natalie memerankan peran lamanya sebagai Jane Foster, pacar Thor. Di film ini, Jane berubah menjadi Mighty Thor, pemegang palu keramat Asgard, Mjolnir. Mengingat telah 9 tahun absen dan diharuskan mengekarkan tubuhnya, penampilan Natalie tidak mengecewakan.



Di film ini, Jane masih belum berubah. Dia masih menjadi cewek yang bersemangat untuk melakukan penelitian astrofisika meski pun menderita kanker. Jane tidak memberitahu banyak orang tentang penyakit yang dia derita ini. Namun, karena telah mencapai stadium 4, tidak banyak yang bisa dilakukan. Sampai kepergiannya ke New Asgard mengubah nasibnya. Jane menemukan semangat baru untuk hidup.





Foto: Marvel Studios

Di sisi lain, Christian Bale debut di MCU lewat film ini sebagai Gorr the God Butcher, antagonis utamanya. Penampilan Christian sama sekali tidak mengecewakan. Dimunculkan sejak awal, Thor: Love and Thunder mengajak penontonnya merasakan rasa sakit, penderitaan, dan kekecewaan yang dirasakan Gorr. Planetnya gersang dan tandus, semua penduduknya mati, dan hanya dia yang tersisa.

Doanya kepada dewa yang dia sembah agar mengangkat penderitaan mereka sia-sia. Dewanya korup, suka seenaknya, dan tidak peduli pada umatnya. Mereka bahkan tidak menolongnya ketika dia berdoa untuk putrinya yang akhirnya meregang nyawa. Kecewa dan putus asa, Gorr kemudian menjalankan misi untuk membunuh para dewa yang dia anggap tidak becus dan korup. Misi inilah yang mempertemukannya dengan Thor.

Dibantu makeup dan pemilihan warna yang dilakukan Taika Waititi, penampilan Christian sebagai Gorr benar-benar mengganggu. Bahkan sebelum dia terikat dengan Necrosword, Gorr sudah membuat orang bergidik di tengah rasa iba kepadanya. Christian tidak punya rem untuk mempresentasikan Gorr sebagai orang yang putus asa, kecewa, dan marah.



Foto: Marvel Studios

Teror yang ditebar Gorr membuat Thor: Love and Thunder punya nuansa gelap dan sedikit horor. Warna hitam putih yang menyelimuti Gorr karena dia tinggal di alam bayangan tanpa warna membuat kengerian itu jadi bertambah. Sepertinya, Taika tidak mau menyia-nyiakan bakat besar Christian di film ini. Bahkan, ketika Gorr mencoba melucu pun, dia tetap mengerikan.

Chris Hemsworth sepertinya juga semakin menikmati perannya sebagai Thor di bawah arahan Taika. Di film ini, Thor masih seperti Thor di Ragnarok dan film setelahnya. Dia konyol, sok bijak, sok jadi pemimpin, arogan, tapi canggung di hadapan wanita. Di film ini, Thor mengalami krisis hubungan personal.

Thor senang dan canggung ketika kembali bertemu Jane. Tapi, rasa canggung itu jadi berlebihan ketika dia bertemu Mjolnir. Thor masih berharga bagi Mjolnir, tapi, palu itu sudah punya majikan baru, Jane. Hubungan Thor dan Mjolnir membuat Stormbreaker cemburu. Kisah “cinta segitiga” ini menjadi salah satu sumber kekocakan film ini. Mirip seperti kalian yang sudah punya pacar baru, tapi ternyata belum move on ketika bertemu mantan.

Thor: Love and Thunder berada di level lain di MCU. Dengan durasi yang lumayan pendek, 1 jam 59 menit atau 119 menit, film ini tidak bertele-tele. Sejak awal, film ini tidak membuang-buang waktu dengan memperkenalkan Gorr, mengisahkan tentang Thor, dan juga Jane, serta apa yang terjadi di New Asgard tanpa terlalu banyak gimmick. Film ini pas dengan durasinya karena tidak terasa terlalu pendek atau panjang. Mungkin, akan terasa lebih bertele-tele jika durasinya ditambah.



Foto: Marvel Studios

Terlebih, muatan film ini cukup padat. Meski didominasi unsur komedi, di dalamnya ada emosi yang mungkin tidak disangka penonton. Film ini juga menampilkan banyak adegan dramatis. Dengan vibrasi Thor: Ragnarok yang masih terasa, film ini dengan baik mencampurkan komedi, aksi, dan unsur gelap menjadi tontonan superhero yang sedikit berbeda dari sejawatnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More