Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore Lebih Banyak Politik, Sihir Kurang
Rabu, 13 April 2022 - 04:04 WIB
Franchise Fantastic Beasts dikenal dengan dunia makhluk-makhluk ajaib dan sihirnya. Setiap seri barunya dirilis, penggemar berharap bisa menyaksikan makhluk baru nan menawan dan fantastik. Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore memperkenalkan makhluk ajaib baru itu kepada para penggemar franchise ini.
Seri ketiga Fantastic Beasts ini memperkenalkan makhluk baru bernama Qilin. Dia berbentuk mirip rusa dengan kumis panjang. Konon, dia punya kemampuan memilih pemimpin yang dirasa akan membawa kebaikan baik untuk dunia sihir dan dunia manusia. Tak heran jika dia diburu.
Qilin akan menjadi makhluk sentral di film ini. Selain Qilin, seri ini juga menampilkan makhluk mirip campuran kepiting dan udang yang bisa menirukan gerakan manusia. Mereka adalah minion makhluk raksasa yang menghuni jurang dalam sebuah penjara bawah tanah.
Newt Scamander (Eddie Redmayne) memburu Qilin menjelang pemilihan pemimpin dunia sihir. Usahanya nyaris gagal karena kehadiran Credence (Ezra Miller) dan anak buah Gellert Grindelward (Mads Mikkelsen). Newt lantas kembali bertemu teman-temannya, seperti Bunty, Profesor Hicks, Jacob Kowalski, Yusuf Kama, Albus Dumbledore, dan kakaknya, Thesseus.
Mereka menyusun rencana untuk menghalau langkah Grindelwald yang ingin memicu perang antara dunia sihir dan manusia. Saat itulah, Newt mengetahui sejumlah hal yang disembunyikan Dumbledore dari banyak orang. Sebagian berkaitan dengan Grindelwald. Mereka dulu adalah pasangan kekasih dan kemudian putus karena beda prinsip.
Usaha Newt dan teman-temannya untuk mencegah langkah Grindelwald membawa mereka ke dunia politik para penyihir. Seperti politik dunia manusia, ada orang yang menggunakan segala cara untuk bisa berkuasa. Termasuk berbuat curang. Bedanya, kecurangan mereka melibatkan sihir.
Inilah yang kemudian membuat seri ketiga ini berbeda dari dua seri sebelumnya. Fantastic Beasts 3 ini lebih banyak muatan politiknya. Namun, karena muatan politik ini, film ini jadi tidak terlalu banyak mengungkapkan sihir, terutama sihir baru. Film ini sepertinya menyasar pada penonton Harry Potter yang lebih dewasa.
Hal yang menarik di film ini hanya terjadi di separuh awal. Dari pengungkapan hubungan Dumbledore dan Grindelwald, hingga kehadiran Qilin, semuanya ada di awal. Tapi, begitu masuk ke pertengahan hingga akhir, plotnya jadi terasa flat. Ya, memang banyak fan service di sini, terutama untuk penggemar Harry Potter. Tapi, secara cerita, ya, biasa saja.
Muatan politiknya pun tidak mendalam, hanya ada di permukaan. Tidak ada adegan balik layar yang serius. Tidak ada eksplorasi pada ketiga calon pemimpin dunia sihir itu. Mereka hanya diperkenalkan nama dan wajah. Bahkan, dari tiga orang itu, hanya Grindelwald yang mendapatkan eksposure paling besar. Dua lainnya? Hanya tempelan.
Tidak ada kampanye dari para kandidat ini terkait pandangan, program, dan mengapa mereka layak jadi pemimpin. Yang terekspos adalah rencana jahat Grindelwald, tidak lebih dari itu. Jadi, film ini kentang sekali. Tidak ada fokus yang benar-benar diekspos lebih dalam. Karena terlalu banyak adegan omong-omongan, sihir di film ini juga tidak banyak ditampakkan. Di satu adegan, entah mengapa, bagi saya, adegan ekspansi domain di Jujutsu Kaisen lebih seru dari film ini.
Selain itu, hubungan Dumbledore dan Grindelwald juga tidak terekspos secara lebih dalam luas. Film ini akhirnya terasa seperti sepasang kekasih yang mengalami masalah dalam hubungan mereka, lalu putus. Setelah itu, salah satunya, yang punya dendam membara, mengamuk dan melakukan apa pun yang dia mau. Satunya, seolah tidak berdaya karena terikat ikrar darah. Pada akhirnya, dia memang harus bertindak. Tapi, mengapa?
Film ini juga mengangkat tentang Credence, yang di film kedua terungkap sebagai Aurelius Dumbledore. Entah bagaimana, dia akhirnya menjadi anak buah Grindelwald. Meski mengikuti semua perintah Grindelwald, Credence masih ingin kembali ke pangkuan Dumbledore. Ini juga menjadi salah satu rahasia yang terungkap di film ini. Atau, justru rahasia inilah yang lebih penting ketimbang rahasia lainnya. Film ini memakai judul Secrets, jadi akan lebih dari satu rahasia yang terungkap.
Mad Mikkelsen yang menggantikan Johnny Depp sebagai Grindelwald malah membuat penyihir itu lebih seperti aristokrat tiran ketimbang penyihir yang terganggu. Penampilannya mirip seperti ketika dia memerankan Hannibal di serial televisi. Muka dan gerak geriknya mirip. Bedanya, dia punya tongkat sihir di Fantastic Beasts.
Berdurasi sepanjang 2 jam 22 menit, film ini mempertahankan kontinuitas ceritanya. Namun, film ini terlalu fokus pada Grindelwald dan rencana jahatnya. Karakter protagonisnya yang terlalu banyak yang disebar membuat cerita mereka jadi tidak fokus. Plotnya akan terasa kacau.
Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore memberikan closure bagi satu misteri. Tapi, film ini kehilangan fokus dan plotnya jadi kacau di tengah-tengah cerita. Durasi panjangnya malah bikin frustrasi yang menontonnya. Film ini lebih terasa seperti film orang yang baru putus cinta.
Fantastic Beast 3: The Secrets of Dumbledore sudah mulai tayang di bioskop kesayangan kalian. Selalu patuhi protokol kesehatan! Selamat menyaksikan!
Seri ketiga Fantastic Beasts ini memperkenalkan makhluk baru bernama Qilin. Dia berbentuk mirip rusa dengan kumis panjang. Konon, dia punya kemampuan memilih pemimpin yang dirasa akan membawa kebaikan baik untuk dunia sihir dan dunia manusia. Tak heran jika dia diburu.
Qilin akan menjadi makhluk sentral di film ini. Selain Qilin, seri ini juga menampilkan makhluk mirip campuran kepiting dan udang yang bisa menirukan gerakan manusia. Mereka adalah minion makhluk raksasa yang menghuni jurang dalam sebuah penjara bawah tanah.
Newt Scamander (Eddie Redmayne) memburu Qilin menjelang pemilihan pemimpin dunia sihir. Usahanya nyaris gagal karena kehadiran Credence (Ezra Miller) dan anak buah Gellert Grindelward (Mads Mikkelsen). Newt lantas kembali bertemu teman-temannya, seperti Bunty, Profesor Hicks, Jacob Kowalski, Yusuf Kama, Albus Dumbledore, dan kakaknya, Thesseus.
Mereka menyusun rencana untuk menghalau langkah Grindelwald yang ingin memicu perang antara dunia sihir dan manusia. Saat itulah, Newt mengetahui sejumlah hal yang disembunyikan Dumbledore dari banyak orang. Sebagian berkaitan dengan Grindelwald. Mereka dulu adalah pasangan kekasih dan kemudian putus karena beda prinsip.
Usaha Newt dan teman-temannya untuk mencegah langkah Grindelwald membawa mereka ke dunia politik para penyihir. Seperti politik dunia manusia, ada orang yang menggunakan segala cara untuk bisa berkuasa. Termasuk berbuat curang. Bedanya, kecurangan mereka melibatkan sihir.
Inilah yang kemudian membuat seri ketiga ini berbeda dari dua seri sebelumnya. Fantastic Beasts 3 ini lebih banyak muatan politiknya. Namun, karena muatan politik ini, film ini jadi tidak terlalu banyak mengungkapkan sihir, terutama sihir baru. Film ini sepertinya menyasar pada penonton Harry Potter yang lebih dewasa.
Hal yang menarik di film ini hanya terjadi di separuh awal. Dari pengungkapan hubungan Dumbledore dan Grindelwald, hingga kehadiran Qilin, semuanya ada di awal. Tapi, begitu masuk ke pertengahan hingga akhir, plotnya jadi terasa flat. Ya, memang banyak fan service di sini, terutama untuk penggemar Harry Potter. Tapi, secara cerita, ya, biasa saja.
Muatan politiknya pun tidak mendalam, hanya ada di permukaan. Tidak ada adegan balik layar yang serius. Tidak ada eksplorasi pada ketiga calon pemimpin dunia sihir itu. Mereka hanya diperkenalkan nama dan wajah. Bahkan, dari tiga orang itu, hanya Grindelwald yang mendapatkan eksposure paling besar. Dua lainnya? Hanya tempelan.
Tidak ada kampanye dari para kandidat ini terkait pandangan, program, dan mengapa mereka layak jadi pemimpin. Yang terekspos adalah rencana jahat Grindelwald, tidak lebih dari itu. Jadi, film ini kentang sekali. Tidak ada fokus yang benar-benar diekspos lebih dalam. Karena terlalu banyak adegan omong-omongan, sihir di film ini juga tidak banyak ditampakkan. Di satu adegan, entah mengapa, bagi saya, adegan ekspansi domain di Jujutsu Kaisen lebih seru dari film ini.
Selain itu, hubungan Dumbledore dan Grindelwald juga tidak terekspos secara lebih dalam luas. Film ini akhirnya terasa seperti sepasang kekasih yang mengalami masalah dalam hubungan mereka, lalu putus. Setelah itu, salah satunya, yang punya dendam membara, mengamuk dan melakukan apa pun yang dia mau. Satunya, seolah tidak berdaya karena terikat ikrar darah. Pada akhirnya, dia memang harus bertindak. Tapi, mengapa?
Film ini juga mengangkat tentang Credence, yang di film kedua terungkap sebagai Aurelius Dumbledore. Entah bagaimana, dia akhirnya menjadi anak buah Grindelwald. Meski mengikuti semua perintah Grindelwald, Credence masih ingin kembali ke pangkuan Dumbledore. Ini juga menjadi salah satu rahasia yang terungkap di film ini. Atau, justru rahasia inilah yang lebih penting ketimbang rahasia lainnya. Film ini memakai judul Secrets, jadi akan lebih dari satu rahasia yang terungkap.
Mad Mikkelsen yang menggantikan Johnny Depp sebagai Grindelwald malah membuat penyihir itu lebih seperti aristokrat tiran ketimbang penyihir yang terganggu. Penampilannya mirip seperti ketika dia memerankan Hannibal di serial televisi. Muka dan gerak geriknya mirip. Bedanya, dia punya tongkat sihir di Fantastic Beasts.
Berdurasi sepanjang 2 jam 22 menit, film ini mempertahankan kontinuitas ceritanya. Namun, film ini terlalu fokus pada Grindelwald dan rencana jahatnya. Karakter protagonisnya yang terlalu banyak yang disebar membuat cerita mereka jadi tidak fokus. Plotnya akan terasa kacau.
Fantastic Beasts 3: The Secrets of Dumbledore memberikan closure bagi satu misteri. Tapi, film ini kehilangan fokus dan plotnya jadi kacau di tengah-tengah cerita. Durasi panjangnya malah bikin frustrasi yang menontonnya. Film ini lebih terasa seperti film orang yang baru putus cinta.
Fantastic Beast 3: The Secrets of Dumbledore sudah mulai tayang di bioskop kesayangan kalian. Selalu patuhi protokol kesehatan! Selamat menyaksikan!
(alv)
Lihat Juga :
tulis komentar anda