Film Pendek Baju Lebaran, Haruskah Baru?
Jum'at, 01 April 2022 - 14:39 WIB
JAKARTA - Ramadan sudah di depan mata. Segala hiruk-pikuknya siap menanti, baik di awal, lebih-lebih di pengujungnya.
Fenomena berburu baju baru untuk lebaran sudah menjadi tradisi setiap tahun. Hal ini yang tergambar dalam film pendek Baju Lebaran yang ditulis Sifa Sultanika dan disutradarai Gelora Yudhaswara.
Ada banyak hadis maupun kisah sahabat Nabi SAW yang menggambarkan bahwa berhias saat hari raya merupakan kebiasaan di antara mereka yang dianjurkan Rasulullah. Salah satunya sebagaimana yang diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA.
"Rasulullah Salallahu alayhi wasalam telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan". (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).
Foto: Genflix
Anjuran berhias dengan pakaian terbaik ini bukan berarti harus memakai pakaian baru. Masih bisa memilih di antara pakaian layak yang kita punya. Yang penting, kita tahu bahwa esensi memakai pakaian terbaik pada hari raya merupakan bentuk penghormatan kepada hari yang diagungkan serta rasa syukur kita.
Jangan sampai rasa syukur ini justru dinodai dengan perasaan kesal karena tidak bisa memiliki baju baru. Apa lagi jika disertai dengan keinginan menyombongkan diri di hadapan orang lain.
Baca Juga: Film Pendek Sebelum Mencicipi Kematian: Takut, Flight or Fight?
Tentu ini sudah jauh melenceng dari tujuan yang sebenarnya kala mengenakan pakaian terbaik. Terdapat sebuah kata bijak yang perlu kita ingat, "Bukanlah hari raya bagi orang yang memakai pakaian baru. Akan tetapi, hari raya adalah bagi mereka yang takut terhadap hari pembalasan".
Namun, Joko sang tokoh utama dalam film ini hanyalah seorang anak kelas 4 SD. Demikian pula teman-temannya. Cara berpikirnya yang masih sederhana dan konkret membuatnya merasa tersisih saat tidak bisa ikut memamerkan pakaian baru saat Hari Raya Idulfitri.
Foto: Genflix
Di sinilah peran para orang dewasa di sekitar anak-anak untuk tak kenal lelah menanamkan hakikat kebahagiaan pada hari raya, bahwa sejatinya tidak terpaku dengan ada tidaknya pakaian baru. Saat hati bisa tetap bersabar dan bersyukur dalam ketaatan, itulah kebahagiaan sejati.
Baca Juga: 4 Aktris Top Korea yang Jarang Muncul tapi Dramanya Selalu Sukses
Untuk memudahkan mereka memahaminya, tidak ada salahnya para orang dewasa pun terus memacu kreativitas dengan menunjukkan bukti konkret bahwa bahagia itu sederhana.
Sekadar masih bisa menyaksikan betapa kerasnya usaha orang tua menyenangkan hati anak, sudah bisa menyentuh hati dan akalnya untuk ikhlas merayakan hari raya dalam kondisi apa pun.
Farida Pane (Semarang)
Penikmat film dan anggota komunitas ISP Community
Fenomena berburu baju baru untuk lebaran sudah menjadi tradisi setiap tahun. Hal ini yang tergambar dalam film pendek Baju Lebaran yang ditulis Sifa Sultanika dan disutradarai Gelora Yudhaswara.
Ada banyak hadis maupun kisah sahabat Nabi SAW yang menggambarkan bahwa berhias saat hari raya merupakan kebiasaan di antara mereka yang dianjurkan Rasulullah. Salah satunya sebagaimana yang diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA.
"Rasulullah Salallahu alayhi wasalam telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan". (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).
Foto: Genflix
Anjuran berhias dengan pakaian terbaik ini bukan berarti harus memakai pakaian baru. Masih bisa memilih di antara pakaian layak yang kita punya. Yang penting, kita tahu bahwa esensi memakai pakaian terbaik pada hari raya merupakan bentuk penghormatan kepada hari yang diagungkan serta rasa syukur kita.
Jangan sampai rasa syukur ini justru dinodai dengan perasaan kesal karena tidak bisa memiliki baju baru. Apa lagi jika disertai dengan keinginan menyombongkan diri di hadapan orang lain.
Baca Juga: Film Pendek Sebelum Mencicipi Kematian: Takut, Flight or Fight?
Tentu ini sudah jauh melenceng dari tujuan yang sebenarnya kala mengenakan pakaian terbaik. Terdapat sebuah kata bijak yang perlu kita ingat, "Bukanlah hari raya bagi orang yang memakai pakaian baru. Akan tetapi, hari raya adalah bagi mereka yang takut terhadap hari pembalasan".
Namun, Joko sang tokoh utama dalam film ini hanyalah seorang anak kelas 4 SD. Demikian pula teman-temannya. Cara berpikirnya yang masih sederhana dan konkret membuatnya merasa tersisih saat tidak bisa ikut memamerkan pakaian baru saat Hari Raya Idulfitri.
Foto: Genflix
Di sinilah peran para orang dewasa di sekitar anak-anak untuk tak kenal lelah menanamkan hakikat kebahagiaan pada hari raya, bahwa sejatinya tidak terpaku dengan ada tidaknya pakaian baru. Saat hati bisa tetap bersabar dan bersyukur dalam ketaatan, itulah kebahagiaan sejati.
Baca Juga: 4 Aktris Top Korea yang Jarang Muncul tapi Dramanya Selalu Sukses
Untuk memudahkan mereka memahaminya, tidak ada salahnya para orang dewasa pun terus memacu kreativitas dengan menunjukkan bukti konkret bahwa bahagia itu sederhana.
Sekadar masih bisa menyaksikan betapa kerasnya usaha orang tua menyenangkan hati anak, sudah bisa menyentuh hati dan akalnya untuk ikhlas merayakan hari raya dalam kondisi apa pun.
Farida Pane (Semarang)
Penikmat film dan anggota komunitas ISP Community
(ita)
tulis komentar anda