Film Pendek Psycholoner, Bahayanya Menjadi Penyendiri

Jum'at, 18 Februari 2022 - 14:47 WIB
Film pendek Psycholoner menceritakan karakter yang mengalami gangguan kesehatan mental. Foto/Genflix
JAKARTA - Menurut John Watkins dan Helen Watkins dalam bukunya yang berjudul Ego States: Theory and Therapy (1997), kita sebenarnya tidak benar-benar sendiri.

Di dalam diri kita, terdapat beberapa pribadi yang aktif atau mengendalikan diri kita pada suatu saat tertentu yang disebut ego state.

Ego stateterbentuk dari pengalaman sepanjang hidup, membuat seseorang bisa memiliki beberapa sifat yang menyatu dalam dirinya. Seseorang bisa saja dianggap penurut oleh orang tuanya, tegas oleh anaknya, lucu oleh teman-temannya, pekerja keras oleh bosnya, dan semua itu normal.

Kita memang membutuhkan sekitar 4-5 “topeng” dalam sehari agar bertahan hidup. Kita tidak bisa menggunakan topeng yang sama saat berhadapan dengan orang tua dan anak kita. Ketika berinteraksi dengan teman, tentu kita memakai topeng yang berbeda dengan saat bersama bos.



Dengan kata lain, berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda membuat kita memakai beberapa topeng setiap hari, dan itulah yang menjadikan kita bisa bertahan. Jika kita terus menyendiri dalam jangka waktu yang cukup lama, maka topeng-topeng itu tidak terpakai.



Foto: Genflix

Akibatnya, kita hanya akan mengalami pertengkaran dengan diri sendiri. Ego state yang satu berkonflik dengan ego state yang lain dalam diri. Tentu ini bukan kondisi yang sehat secara mental karena kemajuan kita dihambat oleh diri sendiri.

Baca Juga: Film Pendek Subaja: Keadilan yang (Tidak) Diharapkan

Apa lagi, jika ego state itu muncul dari trauma akibat ego state yang sudah ada dianggap tidak mampu menyelesaikannya seperti yang dialami oleh Topan (Aldira Topan), tokoh utama dalam film pendek berdurasi 34 menit ini. Topan menderita skizofrenia dan insomnia, sehingga kesulitan membedakan antara fakta dan imajinasi.

Memang tidak mudah menemani seseorang dengan gangguan mental. Hal ini dialami Fira, pacar Topan, sehingga akhirnya hubungan mereka berantakan. Fira sangat sulit memahami Topan karena awam masalah kondisi mental ini.



Foto: Genflix

Sayangnya, keputusasaan juga mendera psikiater (Fahrizal Ma'ruf) yang menangani kasus Topan. Alih-alih bersimpati dan berusaha menemukan cara-cara baru untuk mendiagnosis Topan, sang psikiater justru sempat menuduh Topan berbohong. Ia bahkan menyalahkannya karena ia tidak ada perkembangan, dan akhirnya memutuskan sesi konsultasi serta mengusir Topan.

Hal ini membuat Topan hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Tidak, dirinya tentu bukan sekadar seorang pribadi yang satu. Dia dibantu oleh ego state dalam dirinya yang muncul akibat trauma.

Baca Juga: Detail Penting All of Us Are Dead yang Terlewat, akan Bikin Season 2 Jauh Berbeda?

Hal ini membuat Topan yang tadinya selalu berkonflik dengan ego state ini, akhirnya menerima keberadaannya dan menjadikannya sebagai ego state yang aktif mengendalikan sehari-hari. Ego state yang muncul dari trauma, apa hasil yang bisa kita harapkan darinya?

Jika kita masih punya rasa peduli, segera temani siapa pun orang di sekitarmu yang tampak mulai menjadi penyendiri. Bantulah dia tetap mengenali dirinya secara positif. Dia membutuhkan kita agar bisa menggunakan topeng-topengnya dengan benar.

Farida Pane (Semarang)

Penikmat film dan anggota komunitas ISP Community
(ita)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More