Filipina, Kejayaan dan Obsesi pada Kontes Ratu Kecantikan
Selasa, 09 Juni 2020 - 16:23 WIB
JAKARTA - Filipina yang merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara bukan cuma terkenal lewat olahraga tinjunya, tapi juga dikenal sebagai negara 'super power' dalam ajang kontes kecantikan.
Tahun 2015 yang lalu jadi tahun kebanggaan bagi rakyat Filipina, bukan hanya karena pertarungan Many Pacquiao dan Floyd Maywather yang ikonik, tapi juga kemenangan Pia Alonso Wurtzbach dalam ajang Miss Universe pada tahun yang sama.
Pia merupakan Miss Universe ketiga dari Filipina setelah kemenangan Margarita Moran pada 1973.
Kemenangan Pia ini disambut dengan sukacita oleh rakyat Filipina, hal ini dapat dilihat dari meriahnya home coming party yang menyambut Pia sepulangnya dari kontes tersebut.
Euforia kemeriahan pesta penyambutan ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh politik Filipina. Pia juga mendapatkan ucapan selamat dari orang nomor satu di negara tersebut.
Gloria Diaz. Foto: missnews.com.br
Dkutip dari Rappler, ketertarikan rakyat Filipina terhadap kontes kecantikan diawali semenjak dinobatkannya Gloria Diaz menjadi Miss Universe pertama asal Filipinna pada 1969.
Kecintaan terhadap kontes kecantikan tersebut semakin bertambah ketika Catriona Grey membawa pulang kembali mahkota Miss Universe pada 2018 dan menjadi Miss Universe ke-empat dari Filipina.
Obsesi dan kecintaan rakyat Filipina terhadapt kontes kecantikan menurut Pilapil Jacobo yang merupakan seorang asisten profesor literatur komparatif di Universitas Ateneo De Manila mengatakan bahwa kontes kecantikan menjadi kesempatan bagi rakyat Filipina untuk keluar dari garis kemiskinan.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Janicel Lubina, yaitu Miss International asal Filipina tahun 2015, yang mengatakan bahwa kontes kecantikan adalah cara untuk membantu keluarganya yang kurang mampu.
Janicel yang dulu bekerja sebagai pembantu rumah tangga ditemukan oleh agen pencari bakat di desanya. Janicel juga menambahkan bahwa saat ini dia sudah bisa membelikan rumah untuk keluarganya dan menyekolahkan dua orang adiknya.
Obsesi yang luar biasa terhadap kontes kecantikan ini juga membawa tekanan bagi mereka yang memutuskan untuk terjun ke dunia kontes kecantikan.
Banyak komentar pedas warganet yang beredar di media sosial, mengkritik dan mencaci para ratu kontes kecantikan tersebut. Catriona Grey jadi salah satu yang sempat menjadi korban perundungan.
Miss Talangban 2018, kontes kecantikan lokal di Filipina. Foto: philippinesplus.com
Waktu itu, penampilannya dianggap gak layak ketika keluar dari bandara Soekarno-Hatta mengenakan baju kaus dan celana jins untuk menghadiri perhelatan Puteri Indonesia.
Kasus lainnya juga terjadi pada Maxine Medina yaitu kontestan Miss Universe tahun 2016 asal Filipina yang dirundung karena gak mampu mempertahankan mahkota yang udah diraih Pia pada tahun sebelumnya.
Walaupun menjadi seorang ratu kecantikan ada tekanan yang sangat besar, masyarakat Filipina masih sangat antusias untuk mengikuti kontes kecantikan.
Tahun 2015 yang lalu jadi tahun kebanggaan bagi rakyat Filipina, bukan hanya karena pertarungan Many Pacquiao dan Floyd Maywather yang ikonik, tapi juga kemenangan Pia Alonso Wurtzbach dalam ajang Miss Universe pada tahun yang sama.
Pia merupakan Miss Universe ketiga dari Filipina setelah kemenangan Margarita Moran pada 1973.
Kemenangan Pia ini disambut dengan sukacita oleh rakyat Filipina, hal ini dapat dilihat dari meriahnya home coming party yang menyambut Pia sepulangnya dari kontes tersebut.
Euforia kemeriahan pesta penyambutan ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh politik Filipina. Pia juga mendapatkan ucapan selamat dari orang nomor satu di negara tersebut.
Gloria Diaz. Foto: missnews.com.br
Dkutip dari Rappler, ketertarikan rakyat Filipina terhadap kontes kecantikan diawali semenjak dinobatkannya Gloria Diaz menjadi Miss Universe pertama asal Filipinna pada 1969.
Kecintaan terhadap kontes kecantikan tersebut semakin bertambah ketika Catriona Grey membawa pulang kembali mahkota Miss Universe pada 2018 dan menjadi Miss Universe ke-empat dari Filipina.
Obsesi dan kecintaan rakyat Filipina terhadapt kontes kecantikan menurut Pilapil Jacobo yang merupakan seorang asisten profesor literatur komparatif di Universitas Ateneo De Manila mengatakan bahwa kontes kecantikan menjadi kesempatan bagi rakyat Filipina untuk keluar dari garis kemiskinan.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Janicel Lubina, yaitu Miss International asal Filipina tahun 2015, yang mengatakan bahwa kontes kecantikan adalah cara untuk membantu keluarganya yang kurang mampu.
Janicel yang dulu bekerja sebagai pembantu rumah tangga ditemukan oleh agen pencari bakat di desanya. Janicel juga menambahkan bahwa saat ini dia sudah bisa membelikan rumah untuk keluarganya dan menyekolahkan dua orang adiknya.
Obsesi yang luar biasa terhadap kontes kecantikan ini juga membawa tekanan bagi mereka yang memutuskan untuk terjun ke dunia kontes kecantikan.
Banyak komentar pedas warganet yang beredar di media sosial, mengkritik dan mencaci para ratu kontes kecantikan tersebut. Catriona Grey jadi salah satu yang sempat menjadi korban perundungan.
Miss Talangban 2018, kontes kecantikan lokal di Filipina. Foto: philippinesplus.com
Waktu itu, penampilannya dianggap gak layak ketika keluar dari bandara Soekarno-Hatta mengenakan baju kaus dan celana jins untuk menghadiri perhelatan Puteri Indonesia.
Kasus lainnya juga terjadi pada Maxine Medina yaitu kontestan Miss Universe tahun 2016 asal Filipina yang dirundung karena gak mampu mempertahankan mahkota yang udah diraih Pia pada tahun sebelumnya.
Walaupun menjadi seorang ratu kecantikan ada tekanan yang sangat besar, masyarakat Filipina masih sangat antusias untuk mengikuti kontes kecantikan.
tulis komentar anda