Review Film Spider-Man: No Way Home: Fun dan Emosional
Kamis, 16 Desember 2021 - 15:15 WIB
Spider-Man: No Way Home menutup trilogi Homecoming di Marvel Cinematic Universe (MCU). Sebagai penutup, film ini tidak mengecewakan. Sebaliknya, film ini memenuhi harapan banyak penggemar untuk mendapatkan sebuah film terbaik Spider-Man.
Dirilis di tengah gempuran rumor, spoiler dan kebocoran yang tidak pernah terkonfirmasi secara resmi, Spider-Man: No Way Home meluncur ke layar bioskop dengan antisipasi tinggi. Film ini tidak banyak basa basi di menit awal. Dia langsung melanjutkan cerita yang ditinggalkan di Spider-Man: Far From Home.
Meski terlihat berpacu dengan cepat, secepat ayunan jaring laba-laba Spidey, tempo film ini melambat dalam 3 menit awal. Konflik yang mulai terlihat dari menit awal, terus membesar dan melibatkan banyak pihak. Peter Parker (Tom Holland) pun galau. Dia tidak tahan melihat orang-orang di sekitarnya ikut terseret masalah yang menurut dia hanya melibatkan dirinya sendiri.
Galau dan putus asa, Peter pergi ke Sanctum Santorum di New York yang dijaga Stephen Strange. Kepada Doctor Strange, dia meminta bantuan. Berharap penyihir itu bisa merapal mantra untuk melenyapkan apa yang sudah terjadi. Mantra kuat dirapal. Tapi ikut campurnya Peter membuat semuanya jadi kacau. Multiverse retak.
Para penjahat dari dunia Spider-Man lain masuk lini masa utama Marvel Cinematic Universe (MCU). Mereka memburu Spider-Man MCU ini dan inign membunuhnya. Semua ini membuat Peter bingung. Strange menjelaskan karena mantranya rusak, semua penjahat itu pun masuk ke dunia mereka. Karenanya, mereka harus dikembalikan. Di dunia asal mereka, penjahat itu sebagian besar mati di tangan Spider-Man.
Ucapan Strange mengusik moralitas Spider-Man. Sebagai pahlawan ramah lingkungan, Spider-Man menentang ide itu. Dia ingin menyelamatkan mereka. Sayang, semua keputusan Peter itu punya konsekuensi. Ada harga besar yang akhirnya harus dia bayar.
Spider-Man: No Way Home adalah puncak perjalanan seorang Peter Parker untuk menemukan jati dirinya sebagai seorang superhero. Film ini menjadikan Peter Parker sebagai Peter Parker. Bukan seorang pengganti Iron Man—seperti yang dia harapkan di Far From Home. Spider-Man telah menemukan dirinya dan kini melangkah sendiri.
Dalam perjalanan itu, tentu, banyak aral melintang di hadapannya. Perjalanan emosi Peter di sini cukup naik turun. Hingga suatu saat, Doctor Strange sempat mengatakan kadang dia lupa kalau Peter hanyalah seorang bocah. Dari sini, bisa diukur kedewasaan Peter di saat itu. Namun, perjalanannya di No Way Home adalah penentu semuanya.
Ada banyak titik dalam kehidupan Peter di No Way Home yang membuatnya mengambil keputusan yang mungkin tidak disangka sebelumnya. Keputusan itu cukup berani dan kemungkinan akan mengubah arah MCU ke depannya. Ini terutama dengan keberlanjutan Avengers.
Meski banyak lubang dalam plot film ini, tapi Spider-Man: No Way Home menghidupkan hype dan juga judulnya. No Way Home alias tidak mungkin pulang cukup menggambarkan apa yang dialami Peter di film ini. Bahwa, dia tidak bisa kembali ke masa lalu. Dia harus move on dan berjalan.
Sutradara film ini, Jon Watts, berhasil membuat No Way Home sebagai filmnya Peter Parker. Tom Holland pun tampil dengan sangat bagus di sini. Dia bisa menampilkan Peter Parker sebagai remaja galau, lugu dan kurang pengalaman, sampai Peter yang sangat emosional dan heroik.
Spider-Man: No Way Home bukanlah film yang sangat serius. Meski ceritanya, aslinya, sangat dalam dan menyentuh, film ini tampil dengan fun dan mengasyikkan. Hampir setiap bagian film ini selalu mengundang gelak tawa.
Chemistry kuat di antara para pemeran film ini adalah kuncinya. Chemistry antara Tom, Zendaya dan Jacob Batalon membuat film ini jadi mengasyikkan. Tektokan mereka terlihat natural dengan Ned, karakter yang diperankan Jacob Batalon, berperan menjadi pemecah tembok. Di film ini, MJ (Zendaya) dan Ned adalah comic relief-nya. Ada saja tingkah mereka yang membuat tertawa meski situasinya serius.
Spider-Man: No Way Home terasa lain dari film Spider-Man sebelumnya. Di film ini, dia tidak lagi bergantung pada teknologi, tapi lebih pada kemampuannya sendiri. Tidak ada lagi Iron Man, meski ada teknologinya yang masih dipakai Peter. Doctor Strange pun perannya tidak terlalu besar. Di sini, dia bukan mentor, tapi benar-benar sebagai orang yang dimintai tolong.
Sementara, Spider-Man: No Way Home juga menampilkan banyak aksi menarik. Dari Peter yang dikejar-kejar Doctor Octavius di jalanan, dunia cermin Strange sampai adegan di Patung Liberty, semua cukup seru. Ini menampilkan tak hanya kepiawaian Peter bertarung, tapi juga kecerdasan otak dan logikanya untuk mencari jalan keluar.
Spider-Man: No Way Home adalah perjalanan hidup dan emosional Peter Parker untuk menentukan Spider-Man seperti apakah dirinya. Resolusinya membuat film ini mengasyikkan untuk ditonton. Ini adalah film live-action Spider-Man terbaik yang pernah dibuat sebelumnya.
Spider-Man: No Way Home sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan kalian. Abaikan spoiler! Nonton langsung lebih memberikan pengalaman daripada hanya memikirkan spoiler—meski bocorannya benar. Tetap patuhi protokol kesehatan selama film ini diputar! Selamat menyaksikan!
Dirilis di tengah gempuran rumor, spoiler dan kebocoran yang tidak pernah terkonfirmasi secara resmi, Spider-Man: No Way Home meluncur ke layar bioskop dengan antisipasi tinggi. Film ini tidak banyak basa basi di menit awal. Dia langsung melanjutkan cerita yang ditinggalkan di Spider-Man: Far From Home.
Meski terlihat berpacu dengan cepat, secepat ayunan jaring laba-laba Spidey, tempo film ini melambat dalam 3 menit awal. Konflik yang mulai terlihat dari menit awal, terus membesar dan melibatkan banyak pihak. Peter Parker (Tom Holland) pun galau. Dia tidak tahan melihat orang-orang di sekitarnya ikut terseret masalah yang menurut dia hanya melibatkan dirinya sendiri.
Galau dan putus asa, Peter pergi ke Sanctum Santorum di New York yang dijaga Stephen Strange. Kepada Doctor Strange, dia meminta bantuan. Berharap penyihir itu bisa merapal mantra untuk melenyapkan apa yang sudah terjadi. Mantra kuat dirapal. Tapi ikut campurnya Peter membuat semuanya jadi kacau. Multiverse retak.
Para penjahat dari dunia Spider-Man lain masuk lini masa utama Marvel Cinematic Universe (MCU). Mereka memburu Spider-Man MCU ini dan inign membunuhnya. Semua ini membuat Peter bingung. Strange menjelaskan karena mantranya rusak, semua penjahat itu pun masuk ke dunia mereka. Karenanya, mereka harus dikembalikan. Di dunia asal mereka, penjahat itu sebagian besar mati di tangan Spider-Man.
Ucapan Strange mengusik moralitas Spider-Man. Sebagai pahlawan ramah lingkungan, Spider-Man menentang ide itu. Dia ingin menyelamatkan mereka. Sayang, semua keputusan Peter itu punya konsekuensi. Ada harga besar yang akhirnya harus dia bayar.
Spider-Man: No Way Home adalah puncak perjalanan seorang Peter Parker untuk menemukan jati dirinya sebagai seorang superhero. Film ini menjadikan Peter Parker sebagai Peter Parker. Bukan seorang pengganti Iron Man—seperti yang dia harapkan di Far From Home. Spider-Man telah menemukan dirinya dan kini melangkah sendiri.
Dalam perjalanan itu, tentu, banyak aral melintang di hadapannya. Perjalanan emosi Peter di sini cukup naik turun. Hingga suatu saat, Doctor Strange sempat mengatakan kadang dia lupa kalau Peter hanyalah seorang bocah. Dari sini, bisa diukur kedewasaan Peter di saat itu. Namun, perjalanannya di No Way Home adalah penentu semuanya.
Ada banyak titik dalam kehidupan Peter di No Way Home yang membuatnya mengambil keputusan yang mungkin tidak disangka sebelumnya. Keputusan itu cukup berani dan kemungkinan akan mengubah arah MCU ke depannya. Ini terutama dengan keberlanjutan Avengers.
Meski banyak lubang dalam plot film ini, tapi Spider-Man: No Way Home menghidupkan hype dan juga judulnya. No Way Home alias tidak mungkin pulang cukup menggambarkan apa yang dialami Peter di film ini. Bahwa, dia tidak bisa kembali ke masa lalu. Dia harus move on dan berjalan.
Sutradara film ini, Jon Watts, berhasil membuat No Way Home sebagai filmnya Peter Parker. Tom Holland pun tampil dengan sangat bagus di sini. Dia bisa menampilkan Peter Parker sebagai remaja galau, lugu dan kurang pengalaman, sampai Peter yang sangat emosional dan heroik.
Spider-Man: No Way Home bukanlah film yang sangat serius. Meski ceritanya, aslinya, sangat dalam dan menyentuh, film ini tampil dengan fun dan mengasyikkan. Hampir setiap bagian film ini selalu mengundang gelak tawa.
Chemistry kuat di antara para pemeran film ini adalah kuncinya. Chemistry antara Tom, Zendaya dan Jacob Batalon membuat film ini jadi mengasyikkan. Tektokan mereka terlihat natural dengan Ned, karakter yang diperankan Jacob Batalon, berperan menjadi pemecah tembok. Di film ini, MJ (Zendaya) dan Ned adalah comic relief-nya. Ada saja tingkah mereka yang membuat tertawa meski situasinya serius.
Spider-Man: No Way Home terasa lain dari film Spider-Man sebelumnya. Di film ini, dia tidak lagi bergantung pada teknologi, tapi lebih pada kemampuannya sendiri. Tidak ada lagi Iron Man, meski ada teknologinya yang masih dipakai Peter. Doctor Strange pun perannya tidak terlalu besar. Di sini, dia bukan mentor, tapi benar-benar sebagai orang yang dimintai tolong.
Sementara, Spider-Man: No Way Home juga menampilkan banyak aksi menarik. Dari Peter yang dikejar-kejar Doctor Octavius di jalanan, dunia cermin Strange sampai adegan di Patung Liberty, semua cukup seru. Ini menampilkan tak hanya kepiawaian Peter bertarung, tapi juga kecerdasan otak dan logikanya untuk mencari jalan keluar.
Spider-Man: No Way Home adalah perjalanan hidup dan emosional Peter Parker untuk menentukan Spider-Man seperti apakah dirinya. Resolusinya membuat film ini mengasyikkan untuk ditonton. Ini adalah film live-action Spider-Man terbaik yang pernah dibuat sebelumnya.
Spider-Man: No Way Home sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan kalian. Abaikan spoiler! Nonton langsung lebih memberikan pengalaman daripada hanya memikirkan spoiler—meski bocorannya benar. Tetap patuhi protokol kesehatan selama film ini diputar! Selamat menyaksikan!
(alv)
tulis komentar anda