Survei: 9 dari 10 Fans K-Pop Minta Industri Hiburan Ikut Selamatkan Bumi dari Krisis Iklim
Jum'at, 23 Juli 2021 - 19:53 WIB
JAKARTA - Kpop4planet, sebagai platform aksi iklim yang diinisiasi oleh para penggemar K-pop, meluncurkan kampanye “No K-pop on a Dead Planet” yang menyerukan kepada para praktisi di dalam industri K-pop untuk melakukan aksi nyata terhadap krisis iklim.
Kampanye ini mencoba mendengarkan para penggemar K-pop dan mendorong industri K-pop untuk melakukan perubahan dalam menjalankan bisnis mereka. Kampanye ini menargetkan para raksasa hiburan K-pop seperti HYBE (sebelumnya Big Hit Entertainment), YG Entertainment , SM Entertainment , dan JYP Entertainment agar tidak hanya mengejar kesuksesan musik secara global, tapi juga mau bertindak untuk mengatasi krisis iklim yang mengancam keselamatan manusia, planet bumi, sekaligus industri K-pop dan seluruh penggemar K-pop di seluruh dunia.
Kampanye ini sejalan dengan agenda perundingan perubahan iklim (UNFCCC) COP-26 di Glasgow, Inggris, yang akan akan digelar pada 1 November mendatang. Dalam pertemuan ini akan dibahas komitmen para pemimpin-pemimpin negara untuk menyatakan target penanganan krisis iklim mereka.
Dalam survei yang dilakukan Kpop4planet pada Juni-Juli 2021, sebanyak 367 penggemar K-pop dari berbagai negara memberikan suara mereka untuk masalah krisis iklim dunia. Responden sebanyak 102 orang berasal Korea Selatan, dan sisanya berasal dari berbagai negara, juga fandom. Hasil survei menemukan, sebanyak 9 dari 10 penggemar K-pop setuju perlu adanya budaya yang lebih ramah lingkungan dalam komunitas K-pop.
Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images
Dalam pertanyaan survei yang diajukan mengenai siapa yang berperan penting dalam membawa industri K-pop menjadi lebih ramah lingkungan, sebanyak 95,6% suara menyebut perusahaan hiburan sebagai pemain utama untuk menunjukkan perubahan positif, kemudian 59,4% oleh para penggemar, dan 39,5% menyatakan harus dilakukan oleh para artis.
“Dulu korban bencana iklim sering berada di negara-negara berkembang saja, tetapi kali ini berbeda. Rangkaian kebakaran hutan dan gelombang panas yang serius di Amerika Utara dan banjir di Eropa Barat, China dan Afrika telah menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman dari dampak krisis iklim,” ungkap Nurul Sarifah, penyelenggara Kpop4planet, mengutip dari siaran pers.
“Kami fans K-pop tidak ingin menjadi ‘generasi terakhir’ yang bisa menikmati K-pop. Kami ingin bernyanyi dan bertemu idola kami dengan saling menguatkan dan berjuang melawan krisis iklim. Yang seharusnya juga didukung penuh oleh perusahaan tempat para idola kami bernaung,” lanjut Nurul.
BLINK sebutan untuk fandom BLACKPINK , belakangan diketahui semakin banyak terlibat dalam aksi-aksi iklim melalui kegiatan daringmaupun luring. Hal ini dipicu setelah grup ini dipilih sebagai duta resmi COP 26 tahun ini.
Baca Juga: Mengapa Video Latihan Tari BLACKPINK Bisa Ditonton Lebih dari 500 Juta Kali?
Yang Perlu Dilakukan Industri K-Pop
Kpop4planet memberikan beberapa rekomendasi untuk perusahaan hiburan, seperti meminimalkan penggunaan dan konsumsi plastik serta menggunakan barang dan melakukan beberapa kegiatan rendah karbon untuk konser dan tur.
Foto: Exonavertrans
Sebuah contoh yang baik telah dilakukan Coldplay yang mempromosikan album terakhir mereka, "Everyday Life". Band ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi melakukan tur "jika itu tidak karbon netral."
Paul McCartney lewat lagu "Despite Repeated Warnings" dan "One Earth", yang merupakan sebuah proyek musik yang mengajak beberapa artis pop terkenal seperti Justin Bieber, Ariana Grande, dan Ed Sheeran juga termasuk bagian dari kontribusi tersebut.
Aksi iklim melalui musik bersama para penggemar memang bukanlah hal baru. Pada 2019, Music Declare Emergency (MDE) menjadi sebuah gerakan untuk mendorong “Darurat Iklim dan Ekologis” yang dideklarasikan oleh lebih dari 1.300 organisasi musik, 2.900 artis, dan 1.400 individu.
“Musik dan budaya memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mengubah politik dan inilah saatnya untuk perubahan itu,” kata Fay Milton, Co-founder Music Declares Emergency dan juga anggota band Savages. “Fandom K-pop adalah beberapa komunitas musik terluas dan terkuat di bumi dan kekuatan mereka tidak boleh diremehkan,” tegas Milton.
Kampanye ini mencoba mendengarkan para penggemar K-pop dan mendorong industri K-pop untuk melakukan perubahan dalam menjalankan bisnis mereka. Kampanye ini menargetkan para raksasa hiburan K-pop seperti HYBE (sebelumnya Big Hit Entertainment), YG Entertainment , SM Entertainment , dan JYP Entertainment agar tidak hanya mengejar kesuksesan musik secara global, tapi juga mau bertindak untuk mengatasi krisis iklim yang mengancam keselamatan manusia, planet bumi, sekaligus industri K-pop dan seluruh penggemar K-pop di seluruh dunia.
Kampanye ini sejalan dengan agenda perundingan perubahan iklim (UNFCCC) COP-26 di Glasgow, Inggris, yang akan akan digelar pada 1 November mendatang. Dalam pertemuan ini akan dibahas komitmen para pemimpin-pemimpin negara untuk menyatakan target penanganan krisis iklim mereka.
Dalam survei yang dilakukan Kpop4planet pada Juni-Juli 2021, sebanyak 367 penggemar K-pop dari berbagai negara memberikan suara mereka untuk masalah krisis iklim dunia. Responden sebanyak 102 orang berasal Korea Selatan, dan sisanya berasal dari berbagai negara, juga fandom. Hasil survei menemukan, sebanyak 9 dari 10 penggemar K-pop setuju perlu adanya budaya yang lebih ramah lingkungan dalam komunitas K-pop.
Foto: Chung Sung-Jun/Getty Images
Dalam pertanyaan survei yang diajukan mengenai siapa yang berperan penting dalam membawa industri K-pop menjadi lebih ramah lingkungan, sebanyak 95,6% suara menyebut perusahaan hiburan sebagai pemain utama untuk menunjukkan perubahan positif, kemudian 59,4% oleh para penggemar, dan 39,5% menyatakan harus dilakukan oleh para artis.
“Dulu korban bencana iklim sering berada di negara-negara berkembang saja, tetapi kali ini berbeda. Rangkaian kebakaran hutan dan gelombang panas yang serius di Amerika Utara dan banjir di Eropa Barat, China dan Afrika telah menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman dari dampak krisis iklim,” ungkap Nurul Sarifah, penyelenggara Kpop4planet, mengutip dari siaran pers.
“Kami fans K-pop tidak ingin menjadi ‘generasi terakhir’ yang bisa menikmati K-pop. Kami ingin bernyanyi dan bertemu idola kami dengan saling menguatkan dan berjuang melawan krisis iklim. Yang seharusnya juga didukung penuh oleh perusahaan tempat para idola kami bernaung,” lanjut Nurul.
BLINK sebutan untuk fandom BLACKPINK , belakangan diketahui semakin banyak terlibat dalam aksi-aksi iklim melalui kegiatan daringmaupun luring. Hal ini dipicu setelah grup ini dipilih sebagai duta resmi COP 26 tahun ini.
Baca Juga: Mengapa Video Latihan Tari BLACKPINK Bisa Ditonton Lebih dari 500 Juta Kali?
Yang Perlu Dilakukan Industri K-Pop
Kpop4planet memberikan beberapa rekomendasi untuk perusahaan hiburan, seperti meminimalkan penggunaan dan konsumsi plastik serta menggunakan barang dan melakukan beberapa kegiatan rendah karbon untuk konser dan tur.
Foto: Exonavertrans
Sebuah contoh yang baik telah dilakukan Coldplay yang mempromosikan album terakhir mereka, "Everyday Life". Band ini mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi melakukan tur "jika itu tidak karbon netral."
Paul McCartney lewat lagu "Despite Repeated Warnings" dan "One Earth", yang merupakan sebuah proyek musik yang mengajak beberapa artis pop terkenal seperti Justin Bieber, Ariana Grande, dan Ed Sheeran juga termasuk bagian dari kontribusi tersebut.
Aksi iklim melalui musik bersama para penggemar memang bukanlah hal baru. Pada 2019, Music Declare Emergency (MDE) menjadi sebuah gerakan untuk mendorong “Darurat Iklim dan Ekologis” yang dideklarasikan oleh lebih dari 1.300 organisasi musik, 2.900 artis, dan 1.400 individu.
“Musik dan budaya memiliki kekuatan untuk menginspirasi dan mengubah politik dan inilah saatnya untuk perubahan itu,” kata Fay Milton, Co-founder Music Declares Emergency dan juga anggota band Savages. “Fandom K-pop adalah beberapa komunitas musik terluas dan terkuat di bumi dan kekuatan mereka tidak boleh diremehkan,” tegas Milton.
tulis komentar anda