Ini 5 Fakta Menarik dari Bahasa Minion yang Bikin Gemas
Selasa, 26 Mei 2020 - 12:22 WIB
Foto:Mark Davis/Getty Images
Para produser dan sutradara dari beberapa film dan serial televisi yang punya bahasa fiksi tersendiri, seperti bahasa Dotharki dalam "Game of Thrones", bahasa Na’vi dalam "Avatar", dan bahasa Klingon dalam "Star Trek", ternyata berkonsultasi dengan ahli linguistik untuk menciptakan dan mengajari para aktor untuk berbicara dalam bahasa tersebut.
Tapi dalam seri "Despicable Me", melansir dari Quick and Dirty Tips, Universal Pictures gak melibatkan ahli linguistik dalam pembuatan Minionese. Tujuannya agar Coffin dan produser "Despicable Me" yang lain, Chris Renaud, bisa bebas berkreasi.
4. BUKAN SEKADAR BAHASA VERBAL
Foto:Kevin Winter/Getty Images
Seperti bahasa lainnya, Minionese gak cuma mencakup bahasa verbal, tapi juga bahasa tubuh, seperti gestur, ekspresi, dan intonasi. Tujuannya untuk mempermudah penonton memahami hal yang disampaikan Minion, mengingat bahasa verbal yang mereka gunakan agak sulit untuk dimengerti dan terkesan asal-asalan.
Contoh bahasa tubuh yang sering digunakan oleh para Minion adalah tersenyum dan berjingkrak ketika senang, menggerutu ketika kesal, atau berteriak gelato saat diculik dan dimasukkan ke dalam truk es krim dalam "Despicable Me 2".
5. SUARA PARA MINION DIISI OLEH SUTRADARA
Foto:Patrick Swirc/Camera Press
Selain sebagai sutradara, Pierre Coffin juga turut mengisi suara. Ia telah menguji coba berbagai macam suara dan intonasi untuk disesuaikan dengan figur makhluk kuning tersebut. Coffin bisa berbicara dalam beberapa bahasa, sehingga gak susah buat dia memasukkan unsur dialek ke dalam Minionese dengan nada bicara tinggi.
Menurut Coffin, mengutip dari The Guardian, Minionese lebih mengutamakan resonansi suara, sehingga yang menjadi fokus utama adalah penyampaian kata, bukan artinya. Selain itu phonetic (ilmu pengucapan), juga berperan penting.
Coffin menjelaskan bahwa manusia cenderung akan memahami suatu kata kalau kata itu terdengar mirip dengan kata yang mereka kenal. Contohnya, ketika Gru memerintahkan beberapa Minion untuk mengganti mainan unicorn untuk salah satu putri angkatnya, Minion terus mengulang kata papoy, sebagai tanda bahwa mereka memahami perintah yang diberikan.
Nah, apa kamu kepikiran untuk menciptakan bahasa kayak Minionese?
Hasta Aisyah Trida Pramita
Kontributor GenSINDO
Universitas Nasional
Instagram: @hastatrida
Para produser dan sutradara dari beberapa film dan serial televisi yang punya bahasa fiksi tersendiri, seperti bahasa Dotharki dalam "Game of Thrones", bahasa Na’vi dalam "Avatar", dan bahasa Klingon dalam "Star Trek", ternyata berkonsultasi dengan ahli linguistik untuk menciptakan dan mengajari para aktor untuk berbicara dalam bahasa tersebut.
Tapi dalam seri "Despicable Me", melansir dari Quick and Dirty Tips, Universal Pictures gak melibatkan ahli linguistik dalam pembuatan Minionese. Tujuannya agar Coffin dan produser "Despicable Me" yang lain, Chris Renaud, bisa bebas berkreasi.
4. BUKAN SEKADAR BAHASA VERBAL
Foto:Kevin Winter/Getty Images
Seperti bahasa lainnya, Minionese gak cuma mencakup bahasa verbal, tapi juga bahasa tubuh, seperti gestur, ekspresi, dan intonasi. Tujuannya untuk mempermudah penonton memahami hal yang disampaikan Minion, mengingat bahasa verbal yang mereka gunakan agak sulit untuk dimengerti dan terkesan asal-asalan.
Contoh bahasa tubuh yang sering digunakan oleh para Minion adalah tersenyum dan berjingkrak ketika senang, menggerutu ketika kesal, atau berteriak gelato saat diculik dan dimasukkan ke dalam truk es krim dalam "Despicable Me 2".
5. SUARA PARA MINION DIISI OLEH SUTRADARA
Foto:Patrick Swirc/Camera Press
Selain sebagai sutradara, Pierre Coffin juga turut mengisi suara. Ia telah menguji coba berbagai macam suara dan intonasi untuk disesuaikan dengan figur makhluk kuning tersebut. Coffin bisa berbicara dalam beberapa bahasa, sehingga gak susah buat dia memasukkan unsur dialek ke dalam Minionese dengan nada bicara tinggi.
Menurut Coffin, mengutip dari The Guardian, Minionese lebih mengutamakan resonansi suara, sehingga yang menjadi fokus utama adalah penyampaian kata, bukan artinya. Selain itu phonetic (ilmu pengucapan), juga berperan penting.
Coffin menjelaskan bahwa manusia cenderung akan memahami suatu kata kalau kata itu terdengar mirip dengan kata yang mereka kenal. Contohnya, ketika Gru memerintahkan beberapa Minion untuk mengganti mainan unicorn untuk salah satu putri angkatnya, Minion terus mengulang kata papoy, sebagai tanda bahwa mereka memahami perintah yang diberikan.
Nah, apa kamu kepikiran untuk menciptakan bahasa kayak Minionese?
Hasta Aisyah Trida Pramita
Kontributor GenSINDO
Universitas Nasional
Instagram: @hastatrida
(it)
Lihat Juga :
tulis komentar anda