Naskah Melayu Klasik: Harta Indonesia yang Tersembunyi
Senin, 25 Mei 2020 - 20:42 WIB
JAKARTA - Naskah klasik merupakan harta berharga sekaligus penuh nilai sejarah. Dalam naskah klasik, terkandung pelbagai pelajaran dan nilai dari masa lampau.
Nilai-nilai tersebut diabadikan melalui goresan tangan dengan tinta dan menggunakan aksara daerah, seperti aksara jawi atau pegon dalam selembar kertas dari Eropa atau kulit kayu. Manuskrip tersebut ditemukan mulai abad ke-9 hingga abad ke-20.
Naskah Melayu klasik jumlahnya sangat banyak, puluhan ribu hingga ratusan ribu naskah. Penyebarannya juga gak tanggung-tanggung, setiap daerah di Indonesia pasti punya.
Sejarah kehidupan suatu bangsa bisa dilihat dari peninggalan berbentuk tulisan berupa naskah klasik tersebut. Termasuk pemikiran nenek moyang dalam menghadapi berbagai tanda-tanda alam.
Misalkan, dalam salah satu naskah klasik dijelaskan bahwa sebelum bencana alam, akan ada tanda-tanda dari hewan yang turun dari pegunungan menuju pemukiman.
Foto: IndonesiaKaya.com
Dalam naskah lain dijelaskan berbagai tanaman obat yang bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Atau ada juga naskah mengenai sistem politik pemerintahan untuk menyejahterakan masyarakat.
Catatan mengenai kearifan lokal masyarakat Nusantara serta cara hidup masyarakat yang tidak bertentangan dengan alam juga terekam dengan jelas dalam naskah klasik.
Selain itu, ada pula naskah mengenai hikayat atau cerita. Masyarakat Melayu klasik biasanya menulis dan menyalin cerita dalam bentuk hikayat atau syair. Cerita tersebut dirangkai dengan bahasa yang sangat indah.
Sastra tampaknya menjadi salah satu cara mengungkapkan pikiran yang amat khas bagi masyarakat Melayu. Nilai-nilai luhur dalam karya sastra disampaikan melalui berbagai perumpamaan, biasanya menggunakan binatang sebagai tokoh dalam cerita.
Karya sastra yang ada bukan cuma sebagai sarana hiburan, tapi juga bisa mendidik, juga sebagai sarana katarsis.
Foto:Twitter @BLMalay
Lalu, gimana keadaan naskah Melayu klasik itu sekarang? Sebagian naskah tersimpan dan terjaga dengan baik di beberapa perpustakaan di dunia, misalnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau di Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda.
Kini, naskah Melayu klasik itu memang telah menyebar ke beberapa negara karena beberapa alasan. Di antaranya karena dibawa paksa oleh bangsa kolonial atau naskah tersebut dijadikan sebagai hadiah dan simbol persahabatan antarkerajaan atau dengan bangsa lain.
Namun, kenyataan menyedihkan datang dari naskah yang masih tersimpan di beberapa daerah di Indonesia. Kurangnya pengetahuan dalam menjaga naskah, membuat naskah tersebut semakin hari semakin rapuh. Perlu segera dilakukan revitalisasi dan digitalisasi naskah yang berada di masyarakat.
Kalau tidak, Indonesia akan kehilangan nilai-nilai berharga yang tersimpan dalam manuskrip itu. Keberadaan manuskrip sungguh berharga karena sebagai saksi sejarah yang menyimpan kearifan dan menggambarkan jati diri bangsa yang sesungguhnya.
Putri Melina Febrianti
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @putri.melinaf
Nilai-nilai tersebut diabadikan melalui goresan tangan dengan tinta dan menggunakan aksara daerah, seperti aksara jawi atau pegon dalam selembar kertas dari Eropa atau kulit kayu. Manuskrip tersebut ditemukan mulai abad ke-9 hingga abad ke-20.
Naskah Melayu klasik jumlahnya sangat banyak, puluhan ribu hingga ratusan ribu naskah. Penyebarannya juga gak tanggung-tanggung, setiap daerah di Indonesia pasti punya.
Sejarah kehidupan suatu bangsa bisa dilihat dari peninggalan berbentuk tulisan berupa naskah klasik tersebut. Termasuk pemikiran nenek moyang dalam menghadapi berbagai tanda-tanda alam.
Misalkan, dalam salah satu naskah klasik dijelaskan bahwa sebelum bencana alam, akan ada tanda-tanda dari hewan yang turun dari pegunungan menuju pemukiman.
Foto: IndonesiaKaya.com
Dalam naskah lain dijelaskan berbagai tanaman obat yang bisa menyembuhkan penyakit tertentu. Atau ada juga naskah mengenai sistem politik pemerintahan untuk menyejahterakan masyarakat.
Catatan mengenai kearifan lokal masyarakat Nusantara serta cara hidup masyarakat yang tidak bertentangan dengan alam juga terekam dengan jelas dalam naskah klasik.
Selain itu, ada pula naskah mengenai hikayat atau cerita. Masyarakat Melayu klasik biasanya menulis dan menyalin cerita dalam bentuk hikayat atau syair. Cerita tersebut dirangkai dengan bahasa yang sangat indah.
Sastra tampaknya menjadi salah satu cara mengungkapkan pikiran yang amat khas bagi masyarakat Melayu. Nilai-nilai luhur dalam karya sastra disampaikan melalui berbagai perumpamaan, biasanya menggunakan binatang sebagai tokoh dalam cerita.
Karya sastra yang ada bukan cuma sebagai sarana hiburan, tapi juga bisa mendidik, juga sebagai sarana katarsis.
Foto:Twitter @BLMalay
Lalu, gimana keadaan naskah Melayu klasik itu sekarang? Sebagian naskah tersimpan dan terjaga dengan baik di beberapa perpustakaan di dunia, misalnya di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau di Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda.
Kini, naskah Melayu klasik itu memang telah menyebar ke beberapa negara karena beberapa alasan. Di antaranya karena dibawa paksa oleh bangsa kolonial atau naskah tersebut dijadikan sebagai hadiah dan simbol persahabatan antarkerajaan atau dengan bangsa lain.
Namun, kenyataan menyedihkan datang dari naskah yang masih tersimpan di beberapa daerah di Indonesia. Kurangnya pengetahuan dalam menjaga naskah, membuat naskah tersebut semakin hari semakin rapuh. Perlu segera dilakukan revitalisasi dan digitalisasi naskah yang berada di masyarakat.
Kalau tidak, Indonesia akan kehilangan nilai-nilai berharga yang tersimpan dalam manuskrip itu. Keberadaan manuskrip sungguh berharga karena sebagai saksi sejarah yang menyimpan kearifan dan menggambarkan jati diri bangsa yang sesungguhnya.
Putri Melina Febrianti
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @putri.melinaf
(it)
Lihat Juga :
tulis komentar anda