Dari Hollywood hingga Idol K-Pop Ramai-Ramai Patahkan Stereotip Gender
Sabtu, 08 Mei 2021 - 11:00 WIB
JAKARTA - Masih ingat potret Harry Styles di sampul majalah Vogue? Ia mengesampingkan sisi maskulinitasnya dengan mengenakan gaun berenda dilapisi tuksedo.
Penyanyi "Watermelon Sugar" itu mencoba menentang norma gender tradisional dan mengekspresikan dirinya melalui gaya berpakaian. Bagi Harry, mengotak-kotakkan pakaian antara laki-laki dan perempuan sama saja membuat penghalang dan batasan yang monoton. Harry justru merasa gembira bisa bermain-main dengan pakaian serta bisa bereksperimen menciptakan hal yang baru.
Foto: Vogue
Begitu juga dengan pernyataan Ivan Gunawan ketika Deddy Corbuzier mengkritik tas Hermes berwarna pink yang dipakainya saat syuting siniar "Close the Door" pada Februari lalu. Desainer kenamaan Indonesia itu dengan tegas mengatakan tas tidak ada jenis kelaminnya.
Desainer yang biasa disapa Igun itu juga menambahkan bahwa tas Hermes atau merek lain, warna pink atau warna lain bisa dipakai siapa saja. Tidak bergantung pada jenis kelamin. “Selama orang tersebut mampu untuk membeli produk itu, semua sah-sah saja,” tuturnya. Jelas, Igun menormalisasikan pengunaan atribut merah jambu untuk laki-laki.
Sementara itu di Korea Selatan, penggunaan kosmetik di kalangan idol laki-laki juga sudah menjadi tren demi penampilan mereka di atas panggung. Bahkan baru-baru ini juga banyak idol K-pop yang membuat pernyataan mengaburkan batasan gender.
Taemin dari SHINee dalam video musik "Move" menemukan jalan tengah antara gerakan maskulin dan feminin dalam koreografinya. Lalu Felix dari Stray Kids juga dikenal dengan gaya yang menggabungkan kemewahan, mengaburkan batas stereotip gender dengan pakaian dan riasannya. Penggemarnya malah banyak memuji atas pilihan Felik yang unik dengan rambut panjang dan kristal di bawah matanya.
Baca Juga: 5 Idol Perempuan Korea yang Patahkan Stereotipe KPop dan Gender
Foto: Arenahomme+
Menanggapi bentuk perlawanan terhadap stereotip gender yang dilekatkan pada laki-laki, Diana Abdilah, aktivis kampus di Universitas Negeri Jakarta mengatakan bahwa laki-laki wajar memakai kosmetik dan berdandan seperti perempuan sesuai kebutuhan kamera dan penampilan di depan publik.
“Beda lagi kalau memang dia cenderung berkepribadian feminin. Ya berarti memang fesyennya dia nyaman begitu,” ujarnya.
Meski begitu, Diana juga menyebut bahwa jika menilik aturan agama, maka laki-laki dilarang berpakaian seperti perempuan, begitu juga sebaliknya. “Tapi saya menghargai pilihan masing-masing individu,” ujarnya.
Stereotip Perempuan
Stereotip gender pada sosok perempuan juga berusaha dipatahkan oleh Cathy Yan dalam karyanya. Cathy menjadi perempuan keturunan Asia pertama yang menyutradarai film superhero. Film garapannya "Birds of Prey (And The Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn)" yang dirilis tahun lalu meraup sukses secara komersial dengan total pendapatan USD201 juta.
Foto: Warner Bros. Pictures
Film ini menjadi cara penulis untuk mengedepankan cerita personal Harley Quinn yang diperankan Margot Robbie, dengan mengesampingkan citranya sebagai pasangan Joker. Sebagai sutradara, Yan juga mengubah pakaian Harley Quinn menjadi lebih tertutup. Ia berusaha mendobrak konsep perempuan kuat dalam film harus tampil seksi. Di sini sosok Harley digambarkan sebagai sosok kuat dan sanggup memilih citranya sendiri.
Penyanyi "Watermelon Sugar" itu mencoba menentang norma gender tradisional dan mengekspresikan dirinya melalui gaya berpakaian. Bagi Harry, mengotak-kotakkan pakaian antara laki-laki dan perempuan sama saja membuat penghalang dan batasan yang monoton. Harry justru merasa gembira bisa bermain-main dengan pakaian serta bisa bereksperimen menciptakan hal yang baru.
Foto: Vogue
Begitu juga dengan pernyataan Ivan Gunawan ketika Deddy Corbuzier mengkritik tas Hermes berwarna pink yang dipakainya saat syuting siniar "Close the Door" pada Februari lalu. Desainer kenamaan Indonesia itu dengan tegas mengatakan tas tidak ada jenis kelaminnya.
Desainer yang biasa disapa Igun itu juga menambahkan bahwa tas Hermes atau merek lain, warna pink atau warna lain bisa dipakai siapa saja. Tidak bergantung pada jenis kelamin. “Selama orang tersebut mampu untuk membeli produk itu, semua sah-sah saja,” tuturnya. Jelas, Igun menormalisasikan pengunaan atribut merah jambu untuk laki-laki.
Sementara itu di Korea Selatan, penggunaan kosmetik di kalangan idol laki-laki juga sudah menjadi tren demi penampilan mereka di atas panggung. Bahkan baru-baru ini juga banyak idol K-pop yang membuat pernyataan mengaburkan batasan gender.
Taemin dari SHINee dalam video musik "Move" menemukan jalan tengah antara gerakan maskulin dan feminin dalam koreografinya. Lalu Felix dari Stray Kids juga dikenal dengan gaya yang menggabungkan kemewahan, mengaburkan batas stereotip gender dengan pakaian dan riasannya. Penggemarnya malah banyak memuji atas pilihan Felik yang unik dengan rambut panjang dan kristal di bawah matanya.
Baca Juga: 5 Idol Perempuan Korea yang Patahkan Stereotipe KPop dan Gender
Foto: Arenahomme+
Menanggapi bentuk perlawanan terhadap stereotip gender yang dilekatkan pada laki-laki, Diana Abdilah, aktivis kampus di Universitas Negeri Jakarta mengatakan bahwa laki-laki wajar memakai kosmetik dan berdandan seperti perempuan sesuai kebutuhan kamera dan penampilan di depan publik.
“Beda lagi kalau memang dia cenderung berkepribadian feminin. Ya berarti memang fesyennya dia nyaman begitu,” ujarnya.
Meski begitu, Diana juga menyebut bahwa jika menilik aturan agama, maka laki-laki dilarang berpakaian seperti perempuan, begitu juga sebaliknya. “Tapi saya menghargai pilihan masing-masing individu,” ujarnya.
Stereotip Perempuan
Stereotip gender pada sosok perempuan juga berusaha dipatahkan oleh Cathy Yan dalam karyanya. Cathy menjadi perempuan keturunan Asia pertama yang menyutradarai film superhero. Film garapannya "Birds of Prey (And The Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn)" yang dirilis tahun lalu meraup sukses secara komersial dengan total pendapatan USD201 juta.
Foto: Warner Bros. Pictures
Film ini menjadi cara penulis untuk mengedepankan cerita personal Harley Quinn yang diperankan Margot Robbie, dengan mengesampingkan citranya sebagai pasangan Joker. Sebagai sutradara, Yan juga mengubah pakaian Harley Quinn menjadi lebih tertutup. Ia berusaha mendobrak konsep perempuan kuat dalam film harus tampil seksi. Di sini sosok Harley digambarkan sebagai sosok kuat dan sanggup memilih citranya sendiri.
Lihat Juga :
tulis komentar anda