Asal-usul Tagar #MilkTeaAlliance yang Viral di Media Sosial
Selasa, 02 Maret 2021 - 11:01 WIB
JAKARTA - Tagar #MilkTeaAlliance (Aliansi Teh Susu) sedang menjadi sorotan hangat dan ramai diperbincangkan melalui media sosial .
Sepintas mendengar julukannya, mungkin ada yang berpikir bahwa ini merupakan kumpulan para pencinta teh susu yang sedang berkumpul membahas keunikan variannya.
Akan tetapi, berbeda dari yang dibayangkan, ternyata Milk Tea Alliance merupakan kumpulan para aktivis yang berasal dari berbagai negara, seperti Hong Kong, Taiwan, dan Thailand.
Aliansi yang berasal dari negara penghasil teh susu ini bergabung untuk turun ke jalan demi menyuarakan aksi protes terhadap kudeta pemerintahan Myanmar yang sempat terjadi beberapa waktu silam.
Foto: Dok. Milk Tea Alliance
Sebenarnya, tagar ini awalnya muncul dari unggahan kontroversial, Vachirawit “Bright” Chivaaree, aktor asal Thailand yang memerankan drama televisi "2gether". Aktor yang begitu populer di kalangan masyarakat China ini menyukai unggahan di Twitter yang menyebutkan bahwa Hong Kong sebagai “negara”.
Unggahan ini kemudian ramai mendapatkan respons negatif masyarakat nasionalis di China karena dianggap meremehkan negara berjuluk Tirai Bambu tersebut. Perlu diketahui, bagi China, Hong Kong adalah negara semi-otonom yang kedaulatan negaranya masih di bawah China.
Foto: Twitter @maybepossible/Mothership
Setelah melemparkan cuitan tersebut, unggahannya ramai diperbincangkan dan turut diramaikan dalam bentukmeme dan tagar #MilkTeaAlliance untuk melawan serangan troll dan bot pro-Beijing yang melawan aktor itu.
Solidaritas masyarakat internasional dalam tagar #MilkTeaAlliance, semakin berlanjut seiring berkembangnya isu-isu kekerasan hak asasi manusia dan perjuangan demokrasi di dunia saat ini.
Baca Juga: Aktivisme Bukan Cuma Urusan Politik
Pada akhir Februari silam, gerakan anggota Aliansi Teh Susu ini kembali mengunggah seruan kepada dunia untuk mengakhiri kediktatoran dan memperjuangkan demokrasi bagi Myanmar.
Foto:Soe Zeya Tun/Reuters
Aksi protes daring ini bertepatan dengan adanya pertemuan tidak resmi Menteri Luar Negeri Myanmar dan Perdana Menteri Thailand beberapa hari silam yang dianggap menandai pengakuan akan pemerintahan baru Myanmar.
Baca Juga: Muda dan Bergelora, Ini Para Aktivis Gen Z dari Mancanegara
Aksi protes ini mendapatkan dukungan dari berbagai negara dengan ditunjukkannya respons besar masyarakat internasional dalam meramaikan tagar #MilkTeaAlliance di media sosial. Terlebih dengan melihat masih adanya harapan perjuangan demokrasi melalui perbincangan para Menteri Luar Negeri ASEAN tentang kondisi di Myanmar yang akan diselenggarakan pada hari ini (2/3).
Sepintas mendengar julukannya, mungkin ada yang berpikir bahwa ini merupakan kumpulan para pencinta teh susu yang sedang berkumpul membahas keunikan variannya.
Akan tetapi, berbeda dari yang dibayangkan, ternyata Milk Tea Alliance merupakan kumpulan para aktivis yang berasal dari berbagai negara, seperti Hong Kong, Taiwan, dan Thailand.
Aliansi yang berasal dari negara penghasil teh susu ini bergabung untuk turun ke jalan demi menyuarakan aksi protes terhadap kudeta pemerintahan Myanmar yang sempat terjadi beberapa waktu silam.
Foto: Dok. Milk Tea Alliance
Sebenarnya, tagar ini awalnya muncul dari unggahan kontroversial, Vachirawit “Bright” Chivaaree, aktor asal Thailand yang memerankan drama televisi "2gether". Aktor yang begitu populer di kalangan masyarakat China ini menyukai unggahan di Twitter yang menyebutkan bahwa Hong Kong sebagai “negara”.
Unggahan ini kemudian ramai mendapatkan respons negatif masyarakat nasionalis di China karena dianggap meremehkan negara berjuluk Tirai Bambu tersebut. Perlu diketahui, bagi China, Hong Kong adalah negara semi-otonom yang kedaulatan negaranya masih di bawah China.
Foto: Twitter @maybepossible/Mothership
Setelah melemparkan cuitan tersebut, unggahannya ramai diperbincangkan dan turut diramaikan dalam bentukmeme dan tagar #MilkTeaAlliance untuk melawan serangan troll dan bot pro-Beijing yang melawan aktor itu.
Solidaritas masyarakat internasional dalam tagar #MilkTeaAlliance, semakin berlanjut seiring berkembangnya isu-isu kekerasan hak asasi manusia dan perjuangan demokrasi di dunia saat ini.
Baca Juga: Aktivisme Bukan Cuma Urusan Politik
Pada akhir Februari silam, gerakan anggota Aliansi Teh Susu ini kembali mengunggah seruan kepada dunia untuk mengakhiri kediktatoran dan memperjuangkan demokrasi bagi Myanmar.
Foto:Soe Zeya Tun/Reuters
Aksi protes daring ini bertepatan dengan adanya pertemuan tidak resmi Menteri Luar Negeri Myanmar dan Perdana Menteri Thailand beberapa hari silam yang dianggap menandai pengakuan akan pemerintahan baru Myanmar.
Baca Juga: Muda dan Bergelora, Ini Para Aktivis Gen Z dari Mancanegara
Aksi protes ini mendapatkan dukungan dari berbagai negara dengan ditunjukkannya respons besar masyarakat internasional dalam meramaikan tagar #MilkTeaAlliance di media sosial. Terlebih dengan melihat masih adanya harapan perjuangan demokrasi melalui perbincangan para Menteri Luar Negeri ASEAN tentang kondisi di Myanmar yang akan diselenggarakan pada hari ini (2/3).
tulis komentar anda