Inilah yang Terjadi pada Otak Seorang Bilingual
Selasa, 01 September 2020 - 18:15 WIB
JAKARTA - Setiap kali manusia mempelajari sesuatu, otak menciptakan koneksi baru antarneuron untuk menyimpan informasi baru.
Sepanjang hidup, kita tidak akan pernah lepas dari proses belajar. Proses ini dimulai dari mempelajari informasi deklaratif tentang hal-hal kecil yang ada di sekitar kita, misalnya kata, nomor telepon, dan nama-nama orang.
Sebagai manusia juga, kita pasti belajar untuk melakukan sesuatu, misalnya berjalan, berenang, menyetir mobil, bicara, dan membaca. Hal ini masuk ke dalam kategori informasi prosedural yang membuat kita melakukan aktivitas secara spontan.
Mempelajari suatu bahasa membuat otak kita menyerap dua jenis informasi ini. Di satu sisi, kita harus menghafal kosakata (vocabulary), dan di sisi lain, otak kita juga harus menyusun kosakata tersebut secara gramatikal (sintaksis).
Nah kira-kira bagaimana semua itu mempengaruhi otak kita? Itu semua bisa dijawab dengan teknik neuroimaging atau pencitraan saraf. ( )
Foto: Unsplash
Melansir dari tulisan Albert Costa dalam Science Focus, penelitian Cathy Price bersama kolaboratornya di University College London menjadi salah satu studi paling lengkap terkait hal ini. Mereka meneliti beberapa orang bilingual Yunani-Inggris dan penutur bahasa Inggris monolingual.
Hasilnya, kalau dari segi pemahahaman bahasa seperti persepsi bicara, keduanya menunjukkan hasil yang sama. Tapi, dari segi sistem produksi bahasa seperti penamaan gambar atau membaca keras, ternyata ada perbedaan.
Secara spesifik, orang yang bilingual menunjukkan lima area yang paling aktif di daerah lobus frontal dan temporal sebelah kiri.
Studi lain memperlihatkan karakteristik unik yang berhubungan dengan bilingualisme. Contohnya, dalam studi Cesar Avila dan rekan kerjanya di Jaume I University.
Foto: Shutterstock
Mereka meneliti aktivitas otak para bilingual Spanyol-Catalonia dan penutur monolingual spanyol selama mengerjakan tugas dalam bahasa Spanyol. ( )
Serupa dengan hasil di atas, perbedaan yang muncul sewaktu aktivitas melibatkan pemahaman kata auditori sangatlah kecil. Namun, ketika partisipan diminta untuk menamai suatu gambar, para bilingual cenderung menggunakan jaringan otak yang lebih luas.
Para bilingual menggabungkan area otak yang tidak begitu berhubungan dengan pemrosesan linguistik.
Kesemua hasil studi di atas mengungkapkan bahwa antara bilingual dengan monolingual melibatkan area otak secara umum yang memproses bahasa.
Namun, bukan berarti bilingualisme tidak mempengaruhi cara kerja otak. Seperti dalam kedua studi di atas, beberapa area otak para bilingual akan bekerja lebih keras daripada monolingual. ( )
Shanen Patricia Angelica
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @patriciaaash
Sepanjang hidup, kita tidak akan pernah lepas dari proses belajar. Proses ini dimulai dari mempelajari informasi deklaratif tentang hal-hal kecil yang ada di sekitar kita, misalnya kata, nomor telepon, dan nama-nama orang.
Sebagai manusia juga, kita pasti belajar untuk melakukan sesuatu, misalnya berjalan, berenang, menyetir mobil, bicara, dan membaca. Hal ini masuk ke dalam kategori informasi prosedural yang membuat kita melakukan aktivitas secara spontan.
Mempelajari suatu bahasa membuat otak kita menyerap dua jenis informasi ini. Di satu sisi, kita harus menghafal kosakata (vocabulary), dan di sisi lain, otak kita juga harus menyusun kosakata tersebut secara gramatikal (sintaksis).
Nah kira-kira bagaimana semua itu mempengaruhi otak kita? Itu semua bisa dijawab dengan teknik neuroimaging atau pencitraan saraf. ( )
Foto: Unsplash
Melansir dari tulisan Albert Costa dalam Science Focus, penelitian Cathy Price bersama kolaboratornya di University College London menjadi salah satu studi paling lengkap terkait hal ini. Mereka meneliti beberapa orang bilingual Yunani-Inggris dan penutur bahasa Inggris monolingual.
Hasilnya, kalau dari segi pemahahaman bahasa seperti persepsi bicara, keduanya menunjukkan hasil yang sama. Tapi, dari segi sistem produksi bahasa seperti penamaan gambar atau membaca keras, ternyata ada perbedaan.
Secara spesifik, orang yang bilingual menunjukkan lima area yang paling aktif di daerah lobus frontal dan temporal sebelah kiri.
Studi lain memperlihatkan karakteristik unik yang berhubungan dengan bilingualisme. Contohnya, dalam studi Cesar Avila dan rekan kerjanya di Jaume I University.
Foto: Shutterstock
Mereka meneliti aktivitas otak para bilingual Spanyol-Catalonia dan penutur monolingual spanyol selama mengerjakan tugas dalam bahasa Spanyol. ( )
Serupa dengan hasil di atas, perbedaan yang muncul sewaktu aktivitas melibatkan pemahaman kata auditori sangatlah kecil. Namun, ketika partisipan diminta untuk menamai suatu gambar, para bilingual cenderung menggunakan jaringan otak yang lebih luas.
Para bilingual menggabungkan area otak yang tidak begitu berhubungan dengan pemrosesan linguistik.
Kesemua hasil studi di atas mengungkapkan bahwa antara bilingual dengan monolingual melibatkan area otak secara umum yang memproses bahasa.
Namun, bukan berarti bilingualisme tidak mempengaruhi cara kerja otak. Seperti dalam kedua studi di atas, beberapa area otak para bilingual akan bekerja lebih keras daripada monolingual. ( )
Shanen Patricia Angelica
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @patriciaaash
(it)
Lihat Juga :
tulis komentar anda