Review Film The Crow: Lemah di Romance, Dahsyat di Action
Rabu, 21 Agustus 2024 - 14:54 WIB
JAKARTA - The Crow (2024) jadi instalmen kelima dari waralaba berjudul sama, tapi statusnya adalah film reboot yang mengadopsi langsung cerita komik berjudul sama karya James O'Barr yang dirilis pada 1989.
Dari empat film yang sebelumnya dirilis, hanya film pertamanya saja yang sukses secara komersial dan dipuji kritikus. Meski begitu, The Crow (1994) juga jadi yang paling tragis karena merenggut nyawa aktor utamanya, Brandon Lee, saat masih melakukan syuting filmnya.
Walaupunbegitu, Hollywood tampaknya masih nekat dan penasaran untuk terus membuat versi barunya. Kali ini dengan menggandeng aktor ternama asal Swedia Bill Skarsgard, populer karena perannya sebagai badut jahat dalam film horor IT.
Adapun sutradaranya adalah Rupert Sanders yang pernah menggarap Snow White and the Huntsman (2012) serta Ghost in the Shell (2017). Sedangkan penulis skenarionya ada Zach Baylin yang CV-nya mentereng sebagai penulis untuk King Richard (2021), Creed III (2023), Gran Turismo (2023), dan Bob Marley: One Love (2024).
Cerita dimulai dengan Eric (Bill Skarsgard), pemuda yang punya masa lalu gelap akibat keluarga disfungsional dan perisakan. Ia kini menjalani terapi di pusat pemulihan.
Sementara itu, Shelly (FKA Twigs) juga baru masuk di tempat Eric dirawat karena tertangkap membawa narkoba. Sebelumnya, Shelly dikejar-kejar orang-orang suruhan Vincent Roeg (Danny Huston), bos kriminal yang menjual jiwanya pada setan.
Foto:Lionsgate Films
Tak butuh waktu lama, Eric dan Shelly saling tertarik dan jatuh cinta. Namun anak buah Roeg yang menemukan mereka akhirnya membunuh keduanya.
Eric yang mati dalam kedukaan lalu ditawari bisa hidup kembali untuk membunuh orang yang menghilangkan nyawa dirinya dan Shelly. Namun dalam perjalanannya, Eric justru menghadapi hal yang lebih mengerikan.
Berdurasi 111 menit, The Crow membutuhkan waktu lama untuk membangun latar belakang dan romansa antara Eric dan Shelly. Bagian ini tentu saja diperlukan agar penonton bisa ikut berempati dan merasa peduli dengan nasib kedua protagonisnya.
Namun entah mengapa, justru bagian penting ini terasa hampa. Romansa dan penekanan bahwa mereka adalah soulmate alias belahan jiwa tidak terasa meyakinkan. Akibatnya, bagian ini terasa membosankan.
Foto: Lionsgate Films
Bisa jadi karena skenario buatan Zach Baylin dan William Schneider tak mengeksplorasi ikatan emosional antara keduanya. Tak ada dialog yang benar-benar bisa meyakinkan penonton bahwa mereka bisa saling jatuh cinta secepat dan sedalam itu.
Yang ada, mereka hanya digambarkan sebagai dua anak muda yang hobi bersenang-senang sambil minum-minum, kadang dibantu obat-obatan, dan bercinta. Ini bukan film remaja, jadi resep seperti ini tak ampuh diterapkan.
Dari empat film yang sebelumnya dirilis, hanya film pertamanya saja yang sukses secara komersial dan dipuji kritikus. Meski begitu, The Crow (1994) juga jadi yang paling tragis karena merenggut nyawa aktor utamanya, Brandon Lee, saat masih melakukan syuting filmnya.
Walaupunbegitu, Hollywood tampaknya masih nekat dan penasaran untuk terus membuat versi barunya. Kali ini dengan menggandeng aktor ternama asal Swedia Bill Skarsgard, populer karena perannya sebagai badut jahat dalam film horor IT.
Adapun sutradaranya adalah Rupert Sanders yang pernah menggarap Snow White and the Huntsman (2012) serta Ghost in the Shell (2017). Sedangkan penulis skenarionya ada Zach Baylin yang CV-nya mentereng sebagai penulis untuk King Richard (2021), Creed III (2023), Gran Turismo (2023), dan Bob Marley: One Love (2024).
Sinopsis The Crow (2024)
Cerita dimulai dengan Eric (Bill Skarsgard), pemuda yang punya masa lalu gelap akibat keluarga disfungsional dan perisakan. Ia kini menjalani terapi di pusat pemulihan.
Sementara itu, Shelly (FKA Twigs) juga baru masuk di tempat Eric dirawat karena tertangkap membawa narkoba. Sebelumnya, Shelly dikejar-kejar orang-orang suruhan Vincent Roeg (Danny Huston), bos kriminal yang menjual jiwanya pada setan.
Foto:Lionsgate Films
Tak butuh waktu lama, Eric dan Shelly saling tertarik dan jatuh cinta. Namun anak buah Roeg yang menemukan mereka akhirnya membunuh keduanya.
Eric yang mati dalam kedukaan lalu ditawari bisa hidup kembali untuk membunuh orang yang menghilangkan nyawa dirinya dan Shelly. Namun dalam perjalanannya, Eric justru menghadapi hal yang lebih mengerikan.
Review Film The Crow (2024)
Berdurasi 111 menit, The Crow membutuhkan waktu lama untuk membangun latar belakang dan romansa antara Eric dan Shelly. Bagian ini tentu saja diperlukan agar penonton bisa ikut berempati dan merasa peduli dengan nasib kedua protagonisnya.
Namun entah mengapa, justru bagian penting ini terasa hampa. Romansa dan penekanan bahwa mereka adalah soulmate alias belahan jiwa tidak terasa meyakinkan. Akibatnya, bagian ini terasa membosankan.
Foto: Lionsgate Films
Bisa jadi karena skenario buatan Zach Baylin dan William Schneider tak mengeksplorasi ikatan emosional antara keduanya. Tak ada dialog yang benar-benar bisa meyakinkan penonton bahwa mereka bisa saling jatuh cinta secepat dan sedalam itu.
Yang ada, mereka hanya digambarkan sebagai dua anak muda yang hobi bersenang-senang sambil minum-minum, kadang dibantu obat-obatan, dan bercinta. Ini bukan film remaja, jadi resep seperti ini tak ampuh diterapkan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda