6 Perbedaan Parasyte versi Drakor dan Film Live Action Jepang-nya
Selasa, 09 April 2024 - 15:48 WIB
Foto: Toho Pictures
Pada akhir cerita Parasyte: The Grey, Heidi hidup berdampingan dengan Su-in. Sedangkan dalam Parasyte: Part 2, Migi mati mengorbankan dirinya demi Shinichi yang kewalahan menangani parasit terkuat, Goto (Tadanobu Asano).
Untungnya, ternyata masih ada sel-sel Migi yang tinggal di tangan kanan Shinichi. Ini membuat Migi akhirnya tumbuh lagi di tubuhnya.
Meski begitu, setelah semua parasit berhasil dikalahkan pada akhir cerita, Migi memutuskan untuk hibernasi dan melakukan evolusi.
Kemunculan Shinichi yang datang ke Korea dalam ending Parasyte: The Grey, sambil menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman menjadi tanda tanya bagi penonton. Apalah Migi telah aktif kembali, atau ia masih tertidur?
6. Fokus Cerita Parasyte versi Drakor dan Film Live Action Berbeda
Foto: Netflix
Pada dasarnya, cerita Parasyte adalah tentang parasit yang berusaha mengambil alih otak manusia, dan berkembang menjadi tema yang lebih dalam tentang kemanusiaan secara universal. Versi anime, film, dan serialnya juga begitu.
Meski begitu, Parasyte: The Grey menekankan ceritanya pada pentingnya sebuah komunitas. Ini tergambar pada pihak manusia dan parasit yang sama-sama membangun komunitas untuk membantu mereka hidup dan bertahan.
Bahkan Su-in yang sejak kecil bisa dibilang hidup sendiri karena ditelantarkan keluarganya, menarik diri dari pergaulan, tapi pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya juga butuh orang lain. Kepercayaan dirinya pun tumbuh karena kasih sayang orang-orang di sekelilingnya, termasuk Heidi.
Sedangkan dalam Parasyte: Part 1 dan Part 2, penekanan cerita lebih pada perjuangan tiap individu dalam hidup mereka, yang terkait dengan parasit yang hidup di sekitar dan dalam tubuh mereka.
Itulah beberapa perbedaan Parasyte versi drama Korea (Parasyte: The Grey) dengan versi film live action Jepang (Parasyte: Part 1 dan Parasyte: Part 2).
Pada akhir cerita Parasyte: The Grey, Heidi hidup berdampingan dengan Su-in. Sedangkan dalam Parasyte: Part 2, Migi mati mengorbankan dirinya demi Shinichi yang kewalahan menangani parasit terkuat, Goto (Tadanobu Asano).
Untungnya, ternyata masih ada sel-sel Migi yang tinggal di tangan kanan Shinichi. Ini membuat Migi akhirnya tumbuh lagi di tubuhnya.
Meski begitu, setelah semua parasit berhasil dikalahkan pada akhir cerita, Migi memutuskan untuk hibernasi dan melakukan evolusi.
Kemunculan Shinichi yang datang ke Korea dalam ending Parasyte: The Grey, sambil menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman menjadi tanda tanya bagi penonton. Apalah Migi telah aktif kembali, atau ia masih tertidur?
6. Fokus Cerita Parasyte versi Drakor dan Film Live Action Berbeda
Foto: Netflix
Pada dasarnya, cerita Parasyte adalah tentang parasit yang berusaha mengambil alih otak manusia, dan berkembang menjadi tema yang lebih dalam tentang kemanusiaan secara universal. Versi anime, film, dan serialnya juga begitu.
Meski begitu, Parasyte: The Grey menekankan ceritanya pada pentingnya sebuah komunitas. Ini tergambar pada pihak manusia dan parasit yang sama-sama membangun komunitas untuk membantu mereka hidup dan bertahan.
Bahkan Su-in yang sejak kecil bisa dibilang hidup sendiri karena ditelantarkan keluarganya, menarik diri dari pergaulan, tapi pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya juga butuh orang lain. Kepercayaan dirinya pun tumbuh karena kasih sayang orang-orang di sekelilingnya, termasuk Heidi.
Sedangkan dalam Parasyte: Part 1 dan Part 2, penekanan cerita lebih pada perjuangan tiap individu dalam hidup mereka, yang terkait dengan parasit yang hidup di sekitar dan dalam tubuh mereka.
Itulah beberapa perbedaan Parasyte versi drama Korea (Parasyte: The Grey) dengan versi film live action Jepang (Parasyte: Part 1 dan Parasyte: Part 2).
(ita)
tulis komentar anda