CERMIN: Keluar Main 1994 dan Surat Cinta untuk Sinema Makassar
Jum'at, 29 Maret 2024 - 15:26 WIB
Foto: DL Entertainment
Padahal pendekatan untuk menjadikan film ini terasa komikal adalah pendekatan yang menarik dan berani. Seperti adegan sperma yang berkejar-kejaran demi mendapatkan Alisha Mellong itu absurd, lucu, dan segar.
Sayangnya pendekatan ini tak berani didorong hingga ke titik maksimal dan dihadirkan dalam banyak adegan, agar sekalian saja menghadirkan kelucuan yang absurd dan terasa tak setengah hati.
Bagi saya yang memang mengalami tahun 1994, beberapa detail terasa cukup mengganggu. Seperti misalnya penyebutan Ujung Pandang, padahal pada tahun itu ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan sudah beralih nama kembali menjadi Makassar beberapa tahun sebelumnya.
Juga soal uang Rp100 yang pada tahun itu sesungguhnya tak terlalu berharga. Saya ingat betul pada tahun itu sudah diberi uang jajan Rp2.500. Naik pete-pete (angkot ala Makassar) pun sudah dibandrol Rp500.
Dua hal yang paling menganggu adalah soal penggunaan lomba Bola Matematika dan penggunaan judul Keluar Main 1994. Saya tak merasakan bagaimana efek penggunaan lomba ini pada perkembangan cerita maupun perkembangan karakter Ibo (diperankan Arif Brata) karena semuanya dituturkan via dialog, tak diperlihatkan secara visual.
Saya juga tak memahami mengapa perlu menggunakan judul “keluar main” jika tak menggunakannya secara efektif dalam cerita. Misalnya semua peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dalam film harusnya memang terjadi saat “keluar main” (istirahat pada jam sekolah).
Semoga catatan-catatan saya ini bisa dibaca sebagai semacam surat cinta untuk sinema Makassar. Saya memang lahir dan besar di Makassar, tapi baru sekali memproduksi film di sana.
Saya selalu bangga melihat betapa produktifnya teman-teman di sana. Betapa besarnya energi mereka untuk berkarya dengan segala keterbatasan yang masih mereka alami hingga hari ini.
Begitu pun energi besar ini juga perlu selalu digunakan untuk menelusuri kembali karya-karya yang sudah dibuat, mempelajari kelemahan-kelemahannya, agar meminimalisir mengulangi kesalahan yang sama pada masa datang dan tak merasa cepat berpuas diri.
Keluar Main 1994
Produser: Liani Kawati, Amril Nuryan, Andi Ashari Arraniri
Penulis Skenario: Elvin Miradi
Sutradara: Ihdar Nur
Pemain: Arif Brata, Alisha Mellong, Andreuw Parinussa
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Padahal pendekatan untuk menjadikan film ini terasa komikal adalah pendekatan yang menarik dan berani. Seperti adegan sperma yang berkejar-kejaran demi mendapatkan Alisha Mellong itu absurd, lucu, dan segar.
Sayangnya pendekatan ini tak berani didorong hingga ke titik maksimal dan dihadirkan dalam banyak adegan, agar sekalian saja menghadirkan kelucuan yang absurd dan terasa tak setengah hati.
Bagi saya yang memang mengalami tahun 1994, beberapa detail terasa cukup mengganggu. Seperti misalnya penyebutan Ujung Pandang, padahal pada tahun itu ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan sudah beralih nama kembali menjadi Makassar beberapa tahun sebelumnya.
Juga soal uang Rp100 yang pada tahun itu sesungguhnya tak terlalu berharga. Saya ingat betul pada tahun itu sudah diberi uang jajan Rp2.500. Naik pete-pete (angkot ala Makassar) pun sudah dibandrol Rp500.
Dua hal yang paling menganggu adalah soal penggunaan lomba Bola Matematika dan penggunaan judul Keluar Main 1994. Saya tak merasakan bagaimana efek penggunaan lomba ini pada perkembangan cerita maupun perkembangan karakter Ibo (diperankan Arif Brata) karena semuanya dituturkan via dialog, tak diperlihatkan secara visual.
Saya juga tak memahami mengapa perlu menggunakan judul “keluar main” jika tak menggunakannya secara efektif dalam cerita. Misalnya semua peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dalam film harusnya memang terjadi saat “keluar main” (istirahat pada jam sekolah).
Semoga catatan-catatan saya ini bisa dibaca sebagai semacam surat cinta untuk sinema Makassar. Saya memang lahir dan besar di Makassar, tapi baru sekali memproduksi film di sana.
Baca Juga
Saya selalu bangga melihat betapa produktifnya teman-teman di sana. Betapa besarnya energi mereka untuk berkarya dengan segala keterbatasan yang masih mereka alami hingga hari ini.
Begitu pun energi besar ini juga perlu selalu digunakan untuk menelusuri kembali karya-karya yang sudah dibuat, mempelajari kelemahan-kelemahannya, agar meminimalisir mengulangi kesalahan yang sama pada masa datang dan tak merasa cepat berpuas diri.
Keluar Main 1994
Produser: Liani Kawati, Amril Nuryan, Andi Ashari Arraniri
Penulis Skenario: Elvin Miradi
Sutradara: Ihdar Nur
Pemain: Arif Brata, Alisha Mellong, Andreuw Parinussa
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
Lihat Juga :
tulis komentar anda