Film Indonesia yang Dilarang dan Diprotes Tayang di Bioskop, Ada Kiblat

Rabu, 27 Maret 2024 - 19:07 WIB
Film dokumenter dengan judul bahasa Inggris The Act of Killing ini mengambil sudut pandang kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh para preman terhadap mereka yang diduga terlibat dalam PKI. Alih-alih dianggap sebagai pembunuh, mereka malah dianggap sebagai pahlawan.

Film ini juga dilarang tayang di jaringan bioskop Indonesia karena isunya yang sensitif. Meski begitu, filmnya sempat diputar di forum-forum terbatas di dalam negeri.

Film ini juga memiliki peminat yang tinggi di luar negeri. Bahkan mendapat penghargaan British Academy Film and Television Arts Awards 2013.

5. Prison and Paradise (2010)



Foto: via Indonesian Film Center

Film yang sempat masuk dalam nominasi Film Dokumenter Panjang Terbaik Piala Citra 2011 ini terpaksa dicabut karena LSF menyatakan film tersebut tidak lulus sensor.

Film yang mengangkat kisah tragis Bom Bali berdasarkan perspektif teroris yang terlibat didalamnya ini mendapat banyak kecaman. Penyebabnya adalah karena dianggap sebagai propaganda yang dapat menyesatkan bagi masyarakat Indonesia. Meski begitu, filmnya masuk sebagai nomine film dokumenter terbaik FFI.

6. Takut: Face of Fear (2008)



Foto:Komodo Films

Film yang banyak menampilkan adegan kekerasan secara brutal ini dilarang tayang di bioskop Indonesia karena dianggap dapat menimbulkan rasa trauma bagi masyarakat umum.

Namun film ini ditayangkan secara terbatas dalam Indonesia International Fantastic Film Festival. Film ini juga tampil dalam Festival Film International Rotterdam.

7. Pengakuan Seorang Pelacur (2010)



Foto: M.M. Creations

Film ini menampilkan perjuangan seorang perempuan yang berprofesi sebagai perempuan penghibur dalam melawan sistem patriarki dalam masyarakat. Namun filmnya dicekal karena dinilai menyimpang sehingga dianggap telah melanggar moral dan etika yang ada di masyarakat.



8. Something In The Way (2013)



Foto: Karuna Pictures

Dibintangi oleh Reza Rahadian, film ini tidak lulus sensor oleh LSF karena dianggap terlalu vulgar. Teddy Soeriaatmadja selaku sutradara dari film tersebut mengaku tidak heran karena film ini banyak menampilkan unsur seksualitas dan agama yang dibuat vulgar.

Meski tidak mendapat izin tayang di Indonesia, nyatanya film ini justru mendapat penghargaan yang prestisius di luar negeri. Bahkan film ini juga berhasil tayang di Berlin, Jerman.

MG/Akbar Nugroho
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More