Review Film Ghostbusters: Frozen Empire
Rabu, 20 Maret 2024 - 16:38 WIB
JAKARTA - Ghostbusters: Frozen Empire jadi tontonan ringan yang menghibur, dan meski film waralaba, tetap bisa ditonton tanpa mengikuti seluruh filmnya.
Dalam semesta Ghostbusters, ini adalah film kelima setelah Ghostbusters dan sekuelnya pada 1984 dan 1989. Film ini sempat dibuat reboot pada 2016 dengan seluruh tim utamanya adalah perempuan, tapi tak terlalu disambut baik penggemar.
Sadar akan hal tersebut, Sony Pictures lantas memutuskan untuk kembali ke akar film ini, yaitu menceritakan salah satu anggota keluarga dari tim utama Ghostbusters. Yang terpilih adalah keluarga Egon Spengler.
Kisah keluarga Spengler pun dibuka pada film keempat, yaitu Ghosbusters: Afterlife (2021), dengan mengisahkan anak perempuan Egon, yaitu Callie (Carrie Coon). Callie memiliki dua anak, yaitu Trevor (Finn Wolfhard) dan Phoebe (Mckenna Grace).
Dalam Ghostbusters: Frozen Empire, keluarga ini telah pindah dari Oklahoma ke New York City, tempat asli tim Ghostbusters bermarkas. Trevor sudah dewasa, Phoebe jadi remaja 15 tahun, dan guru sainsnya, yaitu Gary (Paul Rudd), jadi ayah sambung mereka.
Foto: Sony Pictures
Seperti film-film Ghostbusters sebelumnya, Frozen Empire dibuka dengan adegan mengerikan, pada masa lampau. Tahun 1904 di New York, sebuah ruangan beserta seluruh manusia yang ada di dalamnya mati membeku, di tengah puncak musim panas.
Hanya ada satu manusia misterius di sana, memegang bola emas bertuliskan bahasa asing. Adegan lalu berpindah ke masa depan, ke keluarga Spengler.
Masih dengan mobil butut mereka yang menyimpan banyak senjata andal, tim Ghostbusters generasi baru ini menghadapi tentangan dari Wali Kota. Penyebabnya, karena aksi mereka melawan para hantu sering menimbulkan kerusakan properti kota.
Dari sini, plot utama terkait peristiwa tahun 1904 dan bola emas misterius akan menemukan jalannya ke keluarga Spangler dengan kehadiran Nadeem (Kumail Nanjiani). Bola itu ternyata ada di tangannya, dan ia menjualnya kepada mantan anggota Ghostbusters yang sudah pensiun, Ray (Dan Aykroyd).
Foto: Sony Pictures
Ghostbusters: Frozen Empire menjahit ceritanya dengan cukup apik hingga durasi 115 menit tak terlalu terasa. Meski tak ada sesuatu yang istimewa, tapi plot utama dan subplotnya berjalan beriringan dengan baik, akting para pemainnya menyenangkan dilihat, dan porsi adegan laga dan komedinya pun pas.
Subplot yang melibatkan Phoebe juga dekat dengan permasalahan remaja kebanyakan yang merasa tidak dimengerti oleh keluarganya. Dari drama ini, kisah tentang kedekatan keluarga pun ikut menyelusup.
Sementara untuk plot utamanya, bisa dibilang cukup mencekam dengan scene-scene yang menegangkan dan taburan misteri di sana-sini. Bumbu komedinya juga tidak lebay, hingga tidak merusak ketegangan yang ada di sepanjang film.
Yang juga menyenangkan adalah melihat kembali kemunculan tim asli Ghostbusters yang ikut berlaga. Mereka yaitu Ray Stantz , Winston Zeddemore (Ernie Hudson), Peter Venkman (Bill Murray), dan sekretaris Janine Melniz (Annie Potts) yang juga pemburu hantu.
Melihat keempatnya masih ikut melakukan adegan laga meski telah sepuh akan membangkitkan kembali memori pencinta waralaba ini. Apalagi ketika mereka mengatakan kalimat ikonis, "When the light is green, the trap is clean!".
Dalam semesta Ghostbusters, ini adalah film kelima setelah Ghostbusters dan sekuelnya pada 1984 dan 1989. Film ini sempat dibuat reboot pada 2016 dengan seluruh tim utamanya adalah perempuan, tapi tak terlalu disambut baik penggemar.
Sadar akan hal tersebut, Sony Pictures lantas memutuskan untuk kembali ke akar film ini, yaitu menceritakan salah satu anggota keluarga dari tim utama Ghostbusters. Yang terpilih adalah keluarga Egon Spengler.
Kisah keluarga Spengler pun dibuka pada film keempat, yaitu Ghosbusters: Afterlife (2021), dengan mengisahkan anak perempuan Egon, yaitu Callie (Carrie Coon). Callie memiliki dua anak, yaitu Trevor (Finn Wolfhard) dan Phoebe (Mckenna Grace).
Dalam Ghostbusters: Frozen Empire, keluarga ini telah pindah dari Oklahoma ke New York City, tempat asli tim Ghostbusters bermarkas. Trevor sudah dewasa, Phoebe jadi remaja 15 tahun, dan guru sainsnya, yaitu Gary (Paul Rudd), jadi ayah sambung mereka.
Foto: Sony Pictures
Seperti film-film Ghostbusters sebelumnya, Frozen Empire dibuka dengan adegan mengerikan, pada masa lampau. Tahun 1904 di New York, sebuah ruangan beserta seluruh manusia yang ada di dalamnya mati membeku, di tengah puncak musim panas.
Hanya ada satu manusia misterius di sana, memegang bola emas bertuliskan bahasa asing. Adegan lalu berpindah ke masa depan, ke keluarga Spengler.
Masih dengan mobil butut mereka yang menyimpan banyak senjata andal, tim Ghostbusters generasi baru ini menghadapi tentangan dari Wali Kota. Penyebabnya, karena aksi mereka melawan para hantu sering menimbulkan kerusakan properti kota.
Dari sini, plot utama terkait peristiwa tahun 1904 dan bola emas misterius akan menemukan jalannya ke keluarga Spangler dengan kehadiran Nadeem (Kumail Nanjiani). Bola itu ternyata ada di tangannya, dan ia menjualnya kepada mantan anggota Ghostbusters yang sudah pensiun, Ray (Dan Aykroyd).
Foto: Sony Pictures
Ghostbusters: Frozen Empire menjahit ceritanya dengan cukup apik hingga durasi 115 menit tak terlalu terasa. Meski tak ada sesuatu yang istimewa, tapi plot utama dan subplotnya berjalan beriringan dengan baik, akting para pemainnya menyenangkan dilihat, dan porsi adegan laga dan komedinya pun pas.
Subplot yang melibatkan Phoebe juga dekat dengan permasalahan remaja kebanyakan yang merasa tidak dimengerti oleh keluarganya. Dari drama ini, kisah tentang kedekatan keluarga pun ikut menyelusup.
Sementara untuk plot utamanya, bisa dibilang cukup mencekam dengan scene-scene yang menegangkan dan taburan misteri di sana-sini. Bumbu komedinya juga tidak lebay, hingga tidak merusak ketegangan yang ada di sepanjang film.
Yang juga menyenangkan adalah melihat kembali kemunculan tim asli Ghostbusters yang ikut berlaga. Mereka yaitu Ray Stantz , Winston Zeddemore (Ernie Hudson), Peter Venkman (Bill Murray), dan sekretaris Janine Melniz (Annie Potts) yang juga pemburu hantu.
Melihat keempatnya masih ikut melakukan adegan laga meski telah sepuh akan membangkitkan kembali memori pencinta waralaba ini. Apalagi ketika mereka mengatakan kalimat ikonis, "When the light is green, the trap is clean!".
(ita)
tulis komentar anda