CERMIN: Betulkah Denis Villeneuve Mereduksi Nilai-Nilai Islam dalam Dune?
Jum'at, 01 Maret 2024 - 14:48 WIB
JAKARTA - Tahun 1965. Penulis Amerika Serikat Frank Herbert merilis novel berjudul Dune. Sebuah novel yang kelak tak hanya mengguncang dunia literasi tapi memberi pengaruh besar pada budaya pop termasuk pada franchise Star Wars.
Dune yang berlatar masa depan ribuan tahun dari sekarang berkisah tentang Paul Atreides yang keluarganya menerima pengelolaan planet Arrakis. Meskipun planet ini merupakan gurun pasir yang tidak ramah dan berpenduduk jarang, tapi merupakan satu-satunya sumber melange, atau "rempah-rempah", obat yang memperpanjang umur dan meningkatkan kemampuan mental.
Karena melange hanya dapat diproduksi di Arrakis, kendali atas planet ini adalah upaya yang sangat didambakan dan berbahaya. Cerita novelnya mengeksplorasi interaksi berlapis-lapis antara politik, agama, ekologi, teknologi, dan emosi manusia, ketika faksi-faksi di kekaisaran saling berhadapan dalam perebutan kendali Arrakis dan rempah-rempahnya.
Sebagai novel, Dune adalah materi yang rupanya sulit divisualkan. Kompleksitas cerita dengan latar belakang budaya hingga agama yang beragam juga menjadi salah satu kesulitan yang dialami beberapa sutradara selama puluhan tahun. Hingga akhirnya sutradara auteur Denis Villeneuve, datang dengan gagah berani mengadaptasi ceritanya menjadi film.
Hasilnya adalah sebuah film dengan durasi panjang, lokasi set yang spektakuler, visual yang mencengangkan, ilustrasi musik dan tata suara tak tertandingi hingga parade akting memukau dari para pemerannya. Dune jilid pertama yang dirilis pada 2021 tak saja menghasilkan lebih dari USD400 juta dari peredaran seluruh dunia, tapi juga beroleh 6 piala Oscar sekaligus.
Foto: Warner Bros. Pictures
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya kaum muslim, Dune menjadi sangat menarik dengan bertumpah ruahnya referensi Arab dan Islam dalam filmnya. Namun bagi mereka yang sudah membaca novelnya, terasa betul upaya dari Denis Villeneuve untuk mereduksi nilai-nilai Islam dalam dua jilid yang sudah beredar, termasuk Dune: Part Two.
Padahal dalam sebuah wawancara pada 1976, Frank mengatakan sebagaimana dikutip dari The New Yorker bahwa ia membenci kecenderungan “untuk tidak mempelajari Islam, tidak menyadari betapa besar kontribusi Islam terhadap budaya kita”.
Dengan menjadikan hal ini sebagai “elemen yang kuat” dalam novelnya, Frank mungkin sedang berusaha menyampaikan “utang budi yang sangat besar” yang menurutnya umat manusia berutang pada Islam. Frank juga dipercaya terinspirasi ide-ide serta sifat siklus dinasti dan peradaban dari buku Sejarah Islam abad ke-14 karya sosiolog, filsuf, dan sejarawan Tunisia, Ibnu Khaldun, berjudul The Muqaddimah.
Dalam Dune: Part Two, referensi Arab dan Islam itu memang masih cukup kental. Setelah Paul melarikan diri bersama dengan ibunya dan diterima kaum Fremen, secara perlahan ia mulai dianggap sebagai Lisan Al-Gaib yang merupakan perwujudan Imam Mahdi. Bagi umat Islam, Imam Mahdi dipercaya akan datang pada akhir zaman untuk kembali menyatukan seluruh umat manusia.
Foto: Warner Bros. Pictures
Beragam penanda yang bermunculan satu demi satu sepanjang film juga semakin mengukuhkan keyakinan kaum Fremen bahwa Paul adalah Yang Terpilih. Begitupun Paul tak terlalu hirau dengan semua itu dan bersama Chani, ia terus berjuang untuk merebut kembali planet Arrakis.
Dengan pilinan cerita yang memberi kejutan demi kejutan, Dune: Part Two juga menghadirkan tokoh-tokoh baru seperti Feyd-Rautha (dimainkan dengan mengesankan oleh nomine Oscar, Austin Butler), juga Princess Irulian (Florence Pugh).
Paul kini telah bertransformasi menjadi pemuda tangguh pemberani yang menerima nasibnya untuk membalaskan dendam kematian sang ayah. Ia terus menerus mengambil risiko hingga terlibat dalam sebuah pertarungan hidup mati yang membuat Chani cemas luar biasa.
Hubungan Paul dan Chani pun telah berkembang menjadi luar biasa kompleks yang bisa dengan mudah membenturkan banyak kepentingan di dalamnya. Dengan posisinya sebagai pewaris takhta, Paul juga mesti berkompromi atas nama kekuasaan. Keputusan ini mungkin saja mengecewakan Chani. Sebagai Chani, Zendaya juga memperlihatkan kapasitas aktingnya yang paling menarik sepanjang kariernya.
Begitupun meski terpukau dengan visi dan kemegahan Dune dan Dune: Part Two, sebagai penonton tentu saja kita masih tak habis pikir mengapa Denis sampai merasa perlu mereduksi nilai-nilai Islam di dalamnya. Tentu saja Denis bukan seorang Islamofobia.
Dune yang berlatar masa depan ribuan tahun dari sekarang berkisah tentang Paul Atreides yang keluarganya menerima pengelolaan planet Arrakis. Meskipun planet ini merupakan gurun pasir yang tidak ramah dan berpenduduk jarang, tapi merupakan satu-satunya sumber melange, atau "rempah-rempah", obat yang memperpanjang umur dan meningkatkan kemampuan mental.
Karena melange hanya dapat diproduksi di Arrakis, kendali atas planet ini adalah upaya yang sangat didambakan dan berbahaya. Cerita novelnya mengeksplorasi interaksi berlapis-lapis antara politik, agama, ekologi, teknologi, dan emosi manusia, ketika faksi-faksi di kekaisaran saling berhadapan dalam perebutan kendali Arrakis dan rempah-rempahnya.
Sebagai novel, Dune adalah materi yang rupanya sulit divisualkan. Kompleksitas cerita dengan latar belakang budaya hingga agama yang beragam juga menjadi salah satu kesulitan yang dialami beberapa sutradara selama puluhan tahun. Hingga akhirnya sutradara auteur Denis Villeneuve, datang dengan gagah berani mengadaptasi ceritanya menjadi film.
Hasilnya adalah sebuah film dengan durasi panjang, lokasi set yang spektakuler, visual yang mencengangkan, ilustrasi musik dan tata suara tak tertandingi hingga parade akting memukau dari para pemerannya. Dune jilid pertama yang dirilis pada 2021 tak saja menghasilkan lebih dari USD400 juta dari peredaran seluruh dunia, tapi juga beroleh 6 piala Oscar sekaligus.
Foto: Warner Bros. Pictures
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya kaum muslim, Dune menjadi sangat menarik dengan bertumpah ruahnya referensi Arab dan Islam dalam filmnya. Namun bagi mereka yang sudah membaca novelnya, terasa betul upaya dari Denis Villeneuve untuk mereduksi nilai-nilai Islam dalam dua jilid yang sudah beredar, termasuk Dune: Part Two.
Padahal dalam sebuah wawancara pada 1976, Frank mengatakan sebagaimana dikutip dari The New Yorker bahwa ia membenci kecenderungan “untuk tidak mempelajari Islam, tidak menyadari betapa besar kontribusi Islam terhadap budaya kita”.
Dengan menjadikan hal ini sebagai “elemen yang kuat” dalam novelnya, Frank mungkin sedang berusaha menyampaikan “utang budi yang sangat besar” yang menurutnya umat manusia berutang pada Islam. Frank juga dipercaya terinspirasi ide-ide serta sifat siklus dinasti dan peradaban dari buku Sejarah Islam abad ke-14 karya sosiolog, filsuf, dan sejarawan Tunisia, Ibnu Khaldun, berjudul The Muqaddimah.
Dalam Dune: Part Two, referensi Arab dan Islam itu memang masih cukup kental. Setelah Paul melarikan diri bersama dengan ibunya dan diterima kaum Fremen, secara perlahan ia mulai dianggap sebagai Lisan Al-Gaib yang merupakan perwujudan Imam Mahdi. Bagi umat Islam, Imam Mahdi dipercaya akan datang pada akhir zaman untuk kembali menyatukan seluruh umat manusia.
Foto: Warner Bros. Pictures
Beragam penanda yang bermunculan satu demi satu sepanjang film juga semakin mengukuhkan keyakinan kaum Fremen bahwa Paul adalah Yang Terpilih. Begitupun Paul tak terlalu hirau dengan semua itu dan bersama Chani, ia terus berjuang untuk merebut kembali planet Arrakis.
Dengan pilinan cerita yang memberi kejutan demi kejutan, Dune: Part Two juga menghadirkan tokoh-tokoh baru seperti Feyd-Rautha (dimainkan dengan mengesankan oleh nomine Oscar, Austin Butler), juga Princess Irulian (Florence Pugh).
Paul kini telah bertransformasi menjadi pemuda tangguh pemberani yang menerima nasibnya untuk membalaskan dendam kematian sang ayah. Ia terus menerus mengambil risiko hingga terlibat dalam sebuah pertarungan hidup mati yang membuat Chani cemas luar biasa.
Hubungan Paul dan Chani pun telah berkembang menjadi luar biasa kompleks yang bisa dengan mudah membenturkan banyak kepentingan di dalamnya. Dengan posisinya sebagai pewaris takhta, Paul juga mesti berkompromi atas nama kekuasaan. Keputusan ini mungkin saja mengecewakan Chani. Sebagai Chani, Zendaya juga memperlihatkan kapasitas aktingnya yang paling menarik sepanjang kariernya.
Begitupun meski terpukau dengan visi dan kemegahan Dune dan Dune: Part Two, sebagai penonton tentu saja kita masih tak habis pikir mengapa Denis sampai merasa perlu mereduksi nilai-nilai Islam di dalamnya. Tentu saja Denis bukan seorang Islamofobia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda