Review Film Sound of Freedom: Sleeper Hit Penyelamatan Korban Pedofil

Rabu, 24 Januari 2024 - 16:27 WIB
Sound of Freedom terinspirasi dari kisah nyata penyelamatan anak-anak korban pedofil dan perdagangan manusia. Foto/Angel Studios
JAKARTA - Sound of Freedom adalah film dari studio independen yang sukses secara komersial. Bujetnya hanya USD14,5 juta, tapi meraup pendapatan hingga USD250,6 juta.

Di Amerika, film ini banyak menarik perhatian para penonton kristiani yang cenderung konservatif. Analis Comscore Paul Dergarabedian mengatakan pada Indiewire, bahwa kesuksesan film ini terletak pada promosi di akar rumput serta kemampuan menggerakkan audiens religius.



Adapun Variety menyebut bahwa mayoritas penonton Sound of Freedom adalah perempuan, dan 50% penontonnya berusia di atas 45 tahun. Sementara sepertiganya adalah mereka yang berdarah Spanyol.

Di luar Amerika, yang bisa menjadi kekuatan film ini sangat mungkin adalah karena premis ceritanya yang menarik, serta terinspirasi oleh kisah nyata. Tambahan lainnya, pemeran utamanya adalah Jim Caviezel, yang memerankan Yesus dalam The Passion of the Christ (2004).





Foto: Angel Studios

Jim Caviezel memerankan karakter nyata bernama Tim Ballard. Ia adalah agen khusus di Homeland Security Investigations (HSI), Calexico, California. Tugasnya adalah menangkap para pelaku kejahatan seks anak-anak, mulai dari penculik hingga penyebar kontennya.

Pada 2013, tugasnya tersebut bersinggungan dengan kasus penculikan dua anak Roberto Aguilar (Jos Zuniga), yaitu Rocio (Cristal Aparicio) dan Miguel (Lucas Ávila) di Honduras. Keduanya diculik oleh mantan putri kecantikan bernama Giselle (Yessica Borroto) dengan iming-iming menjadi penyanyi dan model

Untungnya, hasil penelusuran membuat Tim berhasil menemukan Miguel, sekaligus menangkap pedofil yang membelinya, di perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat. Namun Rocio ternyata sudah dibawa hingga ke Kolombia.

Dari sini, Sound of Freedom fokus pada perjalanan Tim mencari Rocio. Ia sampai berkonflik dengan atasan, bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk dengan mantan anggota kartel.



Foto: Angel Studios

Secara genre, film ini tampil sebagai film laga tentang aksi thriller mencari dan menyelamatkan Rocio. Ada banyak momen-momen menegangkan, tapi banyak juga rasa duka, takut, dan geram, setiap kali anak-anak korban penculikan berpindah tangan ke para pedofil.

Campuran rasa tegang dan takut ini sedikit banyak juga karena aksi nekat Tim dalam mencari Rocio, bahkan sampai ke titik ekstrem. Penonton mungkin akan sulit percaya, tapi sutradara Alejandro Monteverde yang menulis skenarionya bersama Rod Barr juga membekali penonton dengan pemahaman, bahwa Tim adalah orang yang religius, tanpa harus menunjukkan simbol-simbol agama secara eksplisit.

Penonton hanya perlu mendengar Tim berkata bahwa "anak-anak Tuhan tidak untuk dijual", maka kita akan mengerti mengapa ia melakukan segala tindakan ekstrem tersebut. Ia hanya berusaha menjalankan ajaran agamanya.



Foto: Angel Studios

Meski diklaim sebagai "terinspirasi kisah nyata", tapi pada kenyataannya, Tim Ballard yang asli mengakui pada American Crime Journal bahwa ada banyak hal yang tak dilakukannya seperti yang digambarkan dalam film. Misalnya saja, ia tak sampai ke pulau terpencil demi menyelamatkan Rocio.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More