CERMIN: Belajar soal Kemenangan dan Kebahagiaan dari Tim Sepak Bola Terburuk Sedunia
Sabtu, 09 Desember 2023 - 07:23 WIB
JAKARTA - Tahun 2014. Film dokumenter Next Goal Wins dirilis dan kita berkenalan dengan tim sepak bola terburuk sedunia dari negeri Samoa Amerika.
Dalam film dokumenter berdurasi 97 menit itu, sutradara Mike Brett dan Steve Jamison memperlihatkan perjuangan tim sepak bola terburuk sedunia itu. Setelah kalah telak 31-0 dari Australia di kualifikasi Piala Dunia tahun 2001, Samoa Amerika berusaha mendapatkan kembali rasa kebanggaan nasional dengan merekrut seorang pelatih dan beberapa pemain luar pulau untuk membantu mereka bangkit dari dasar liga.
The Guardian memuji Next Goal Wins sebagai “film dokumenter yang menawan dan membangkitkan semangat dan akan membuat Anda menyemangati tim yang tidak diunggulkan dan berharap semua pesepak bola bersikap rendah hati, penuh tekad, dan layak”.
Sembilan tahun setelahnya, sutradara Taika Waititi mengadaptasi film ini menjadi sebuah film panjang yang sama-sama menyentuh hati. Filmnya kini tengah tayang di jaringan bioskop di Indonesia.
Taika memahami yang dibutuhkan film ini, karena sesungguhnya di luar segala hal terkait sepak bola hingga bagaimana rasanya menjadi tim sepak bola pecundang, Next Goal Wins bercerita soal hal-hal fundamental, hal-hal yang mewarnai keseharian kita dan menjadikan kita manusia yang lebih baik.
“Saya selalu mencoba menambahkan humor pada apa pun. Saya pikir jika Anda memiliki tema yang lebih dalam di balik segalanya, dan ini lagi-lagi, film ini benar-benar tentang kehilangan dan kesedihan dan bangkit kembali serta mencoba mencari kebahagiaan dalam hidup Anda,“ ujar Taika sebagaimana dikutip dari Goal.com.
Foto: Searchlight Pictures
Di luar segala humor yang bertebaran sepanjang film, film ini memotret seorang manusia, seorang pelatih sepakbola, seorang suami, seorang ayah, dan seorang pecundang. Dengan Michael Fassbender sebagai Thomas Rongen yang menjadi pusat cerita, kita tahu Taika mempercayakan peran ini pada aktor yang tepat.
Next Goal Wins memusatkan ceritanya pada Thomas yang harus memilih antara dipecat atau menjadi pelatih dari tim sepak bola terburuk sedunia. Thomas merasa seisi dunia menghukumnya atas tabiat kasarnya yang terekam kamera di lapangan. Thomas memilih cara paling tidak inventif yang pernah dilakukan manusia: memilih marah dengan segala hal yang terjadi dalam hidupnya.
Sejak awal kita melihat Thomas tak tertarik menjadi pelatih sepak bola di pulau terpencil yang berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik itu. Ia terpaksa melakukannya dan karenanya bisa jadi tim yang dipimpinnya pun merasa terpaksa menerimanya.
Meski seluruh tim menerimanya dengan baik, Thomas mempertahankan sikapnya yang arogan. Susah betul untuk menyukai protaganis kita kali ini. Tapi skenario, penyutradaraan, dibantu akting cemerlang Michael akan membuat kita memahami siapa sesungguhnya Thomas.
Foto: Searchlight Pictures
Next Goal Wins juga menarik karena memperlihatkan sebuah tim dengan sejumlah karakter menarik. Bintang lapangannya adalah seorang transgender bernama Jaiyah Saelua. Skenario yang ditulis Taika dan Iain Morris memberi ruang bagi kita melihat dan memahami dinamika hubungan pelatih-pemain antara Thomas dan Jaiyah dalam sebuah konfrontasi.
Mungkin memang butuh konfrontasi untuk membuat keduanya saling membuka diri, saling mengerti, dan memahami. Tak mudah bagi Jaiyah untuk tetap memainkan olahraga kesukaannya tanpa mengalami perundungan. Bukan oleh sesama anggota tim, tapi oleh tim lawannya kelak.
Namunsesungguhnya bukan hanya Jaiyah yang mengalami perundungan. Thomas pun sesungguhnya juga mengalaminya. Bukan hal mudah baginya untuk menerima tawaran pekerjaan tersebut. Dan ia selalu menganggap bahwa ia dikirim ke Samoa Amerika untuk membuat timnya menang.
Namun jawaban dari istrinya (yang sedang dalam proses perceraian), Gail, meluluhkan hati kita. “Kamu dikirim ke sana bukan untuk membuat mereka menang tapi untuk menyembuhkanmu.”
Dalam film dokumenter berdurasi 97 menit itu, sutradara Mike Brett dan Steve Jamison memperlihatkan perjuangan tim sepak bola terburuk sedunia itu. Setelah kalah telak 31-0 dari Australia di kualifikasi Piala Dunia tahun 2001, Samoa Amerika berusaha mendapatkan kembali rasa kebanggaan nasional dengan merekrut seorang pelatih dan beberapa pemain luar pulau untuk membantu mereka bangkit dari dasar liga.
The Guardian memuji Next Goal Wins sebagai “film dokumenter yang menawan dan membangkitkan semangat dan akan membuat Anda menyemangati tim yang tidak diunggulkan dan berharap semua pesepak bola bersikap rendah hati, penuh tekad, dan layak”.
Sembilan tahun setelahnya, sutradara Taika Waititi mengadaptasi film ini menjadi sebuah film panjang yang sama-sama menyentuh hati. Filmnya kini tengah tayang di jaringan bioskop di Indonesia.
Taika memahami yang dibutuhkan film ini, karena sesungguhnya di luar segala hal terkait sepak bola hingga bagaimana rasanya menjadi tim sepak bola pecundang, Next Goal Wins bercerita soal hal-hal fundamental, hal-hal yang mewarnai keseharian kita dan menjadikan kita manusia yang lebih baik.
“Saya selalu mencoba menambahkan humor pada apa pun. Saya pikir jika Anda memiliki tema yang lebih dalam di balik segalanya, dan ini lagi-lagi, film ini benar-benar tentang kehilangan dan kesedihan dan bangkit kembali serta mencoba mencari kebahagiaan dalam hidup Anda,“ ujar Taika sebagaimana dikutip dari Goal.com.
Foto: Searchlight Pictures
Di luar segala humor yang bertebaran sepanjang film, film ini memotret seorang manusia, seorang pelatih sepakbola, seorang suami, seorang ayah, dan seorang pecundang. Dengan Michael Fassbender sebagai Thomas Rongen yang menjadi pusat cerita, kita tahu Taika mempercayakan peran ini pada aktor yang tepat.
Next Goal Wins memusatkan ceritanya pada Thomas yang harus memilih antara dipecat atau menjadi pelatih dari tim sepak bola terburuk sedunia. Thomas merasa seisi dunia menghukumnya atas tabiat kasarnya yang terekam kamera di lapangan. Thomas memilih cara paling tidak inventif yang pernah dilakukan manusia: memilih marah dengan segala hal yang terjadi dalam hidupnya.
Sejak awal kita melihat Thomas tak tertarik menjadi pelatih sepak bola di pulau terpencil yang berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik itu. Ia terpaksa melakukannya dan karenanya bisa jadi tim yang dipimpinnya pun merasa terpaksa menerimanya.
Meski seluruh tim menerimanya dengan baik, Thomas mempertahankan sikapnya yang arogan. Susah betul untuk menyukai protaganis kita kali ini. Tapi skenario, penyutradaraan, dibantu akting cemerlang Michael akan membuat kita memahami siapa sesungguhnya Thomas.
Foto: Searchlight Pictures
Next Goal Wins juga menarik karena memperlihatkan sebuah tim dengan sejumlah karakter menarik. Bintang lapangannya adalah seorang transgender bernama Jaiyah Saelua. Skenario yang ditulis Taika dan Iain Morris memberi ruang bagi kita melihat dan memahami dinamika hubungan pelatih-pemain antara Thomas dan Jaiyah dalam sebuah konfrontasi.
Mungkin memang butuh konfrontasi untuk membuat keduanya saling membuka diri, saling mengerti, dan memahami. Tak mudah bagi Jaiyah untuk tetap memainkan olahraga kesukaannya tanpa mengalami perundungan. Bukan oleh sesama anggota tim, tapi oleh tim lawannya kelak.
Namunsesungguhnya bukan hanya Jaiyah yang mengalami perundungan. Thomas pun sesungguhnya juga mengalaminya. Bukan hal mudah baginya untuk menerima tawaran pekerjaan tersebut. Dan ia selalu menganggap bahwa ia dikirim ke Samoa Amerika untuk membuat timnya menang.
Namun jawaban dari istrinya (yang sedang dalam proses perceraian), Gail, meluluhkan hati kita. “Kamu dikirim ke sana bukan untuk membuat mereka menang tapi untuk menyembuhkanmu.”
tulis komentar anda