CERMIN: Laura Basuki dengan Jangkauan Akting Mengagumkan
Rabu, 06 September 2023 - 12:17 WIB
JAKARTA - Tahun 2008. Pertama kalinya Indonesia berkenalan dengan Laura Basuki melalui film Gara-Gara Bola. Tapi kita tak pernah menyangka bahwa Laura akan terus melaju dengan peran-peran menarik selama 15 tahun setelahnya.
Laura termasuk sedikit dari aktris negeri ini dengan filmografi yang minim. Dalam tiga tahun terakhir, hanya tiga film yang dibintanginya, masing-masing Susi Susanti: Love Allyang membuatnya beroleh Piala Citra untuk kedua kalinya, laluBerbalas Kejam” yang kembali menduetkannya dengan Reza Rahadian. Kemudian tampil dalam film besutan Kamila Andini berjudul Before, Now & Then (Nana).
Sutradara Fajar Nugros yang sudah bekerja sama dengan Laura dalam film Terbang Menembus Langitrilisan 2019 tak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali bekerja sama dengan aktris berusia 35 tahun ini. Sleep Callyang ditulis Fajar bersama Husein M Atmodjo seolah ditulis khusus untuk Laura seorang, dan memberinya panggung besar untuk memperlihatkan jangkauan akting lebar yang selama ini jarang diperlihatkannya dalam sebuah film.
Sesungguhnya Sleep Callbercerita soal fenomena yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Tentang mereka yang menjalani hidup di kota besar dan seolah teralienasi dari lingkungan sekitarnya.
Akhirnya, mereka mencari eskapisme di dunia maya yang menawarkan pergaulan yang seolah lebih seru dan lebih menarik dari kehidupan sesungguhnya. Eskapisme yang juga bisa berwujud anonimitas yang seolah menjadi marka baru untuk menjalani kehidupan ganda.
Foto: IDN Pictures
Kali ini Laura menjadi Dina yang terlilit utang dari sebuah agen pinjaman online. Tak jelas berapa besar utang yang dimilikinyatapi kita tahu utang tersebut diambil oleh Dina demi membiayai pengobatan ibunya.
Juga tak seberapa jelas sesungguhnya ibunya berada di panti jompo atau di sebuah fasilitas kesehatan. Semuanya serba abu-abu. Yang kita tahu seorang “pangeran penyelamat” bernama Tommy datang menyelamatkannya. Tak sekadar diselamatkan, Dina bahkan diberi pekerjaan demi bisa melunasi utang-utangnya.
Tapi masih adakah sosok “pangeran penyelamat” di dunia serba transaksional seperti sekarang ini? Apakah Dina sekadar diselamatkan begitu saja tanpa pamrih oleh Tommy? Sekali lagi, skenario tak memberi jawaban yang serba jelas. Semuanya masih serba abu-abu. Kini Dina berada di posisi berlawanan ketika dirinya menjadi konsumen agen pinjaman online tersebut.
Dina berada di dunia yang berbeda sekarang, dunia tempat dirinya adalah pemberi pinjaman yang sewaktu-waktu bisa melakukan apa pun yang diperlukan agar utang para konsumen terbayar. Sebuah kontradiksi yang sayangnya tak diolah lebih lanjut oleh skenario agar kita bisa bersimpati pada Dina.
Kita pun lupa dengan identitas “sleep call” itu. Sebuah dunia tempat Dina kembali menjadi orang lain, menjadi orang yang menyenangkan dan bertemu dengan orang yang sama menyenangkannya ketika sebagian besar orang menjalani masa tidurnya.
Foto: IDN Pictures
Di sebuah dunia saat yang ada hanya rasa senang dan tak ada rasa sakit maupun utang, Dina merasa bahagia. Ia bertemu “pangeran penyelamat” lainnya di dunia ini. Kini Dina sudah memiliki dua orang “pangeran penyelamat”, tapi apakah kebahagiaan kini bisa diraihnya?
Dibanding Inangyang solid dalam segala segi, terutama skenario dengan banyak subteks menarik yang dicecerkan Fajar, Sleep Calljustru terasa sangat ambisius karena ingin membicarakan banyak hal dan akhirnya membuatnya serba kabur dan tak fokus. Fajar yang terbilang cerewet melalui Twitter mengomentari banyak hal sosial seperti tak bisa mengendalikan diri kali ini.
Akibatnya memang banyak hal menutupi soal “sleep call” yang sesungguhnya belum banyak dibicarakan dalam film Indonesia. Padahal membuka soal dunia malam di luar hingar bingarnya melalui film akan menjadi pintu masuk yang menarik untuk membicarakan banyak hal sesuai konteks seperti yang dilakukan Fajar dalam Inang.
Mungkin kita bisa melihat Dina menjalani kehidupan berbeda dari kesehariannya pada siang hari. Mungkin kita bisa melihat Dina menjadi Sinta dan menjalani kehidupan gandanya sebagai pribadi periang dan menyenangkanpada malam hari.
Laura termasuk sedikit dari aktris negeri ini dengan filmografi yang minim. Dalam tiga tahun terakhir, hanya tiga film yang dibintanginya, masing-masing Susi Susanti: Love Allyang membuatnya beroleh Piala Citra untuk kedua kalinya, laluBerbalas Kejam” yang kembali menduetkannya dengan Reza Rahadian. Kemudian tampil dalam film besutan Kamila Andini berjudul Before, Now & Then (Nana).
Sutradara Fajar Nugros yang sudah bekerja sama dengan Laura dalam film Terbang Menembus Langitrilisan 2019 tak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali bekerja sama dengan aktris berusia 35 tahun ini. Sleep Callyang ditulis Fajar bersama Husein M Atmodjo seolah ditulis khusus untuk Laura seorang, dan memberinya panggung besar untuk memperlihatkan jangkauan akting lebar yang selama ini jarang diperlihatkannya dalam sebuah film.
Sesungguhnya Sleep Callbercerita soal fenomena yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Tentang mereka yang menjalani hidup di kota besar dan seolah teralienasi dari lingkungan sekitarnya.
Akhirnya, mereka mencari eskapisme di dunia maya yang menawarkan pergaulan yang seolah lebih seru dan lebih menarik dari kehidupan sesungguhnya. Eskapisme yang juga bisa berwujud anonimitas yang seolah menjadi marka baru untuk menjalani kehidupan ganda.
Foto: IDN Pictures
Kali ini Laura menjadi Dina yang terlilit utang dari sebuah agen pinjaman online. Tak jelas berapa besar utang yang dimilikinyatapi kita tahu utang tersebut diambil oleh Dina demi membiayai pengobatan ibunya.
Juga tak seberapa jelas sesungguhnya ibunya berada di panti jompo atau di sebuah fasilitas kesehatan. Semuanya serba abu-abu. Yang kita tahu seorang “pangeran penyelamat” bernama Tommy datang menyelamatkannya. Tak sekadar diselamatkan, Dina bahkan diberi pekerjaan demi bisa melunasi utang-utangnya.
Tapi masih adakah sosok “pangeran penyelamat” di dunia serba transaksional seperti sekarang ini? Apakah Dina sekadar diselamatkan begitu saja tanpa pamrih oleh Tommy? Sekali lagi, skenario tak memberi jawaban yang serba jelas. Semuanya masih serba abu-abu. Kini Dina berada di posisi berlawanan ketika dirinya menjadi konsumen agen pinjaman online tersebut.
Dina berada di dunia yang berbeda sekarang, dunia tempat dirinya adalah pemberi pinjaman yang sewaktu-waktu bisa melakukan apa pun yang diperlukan agar utang para konsumen terbayar. Sebuah kontradiksi yang sayangnya tak diolah lebih lanjut oleh skenario agar kita bisa bersimpati pada Dina.
Kita pun lupa dengan identitas “sleep call” itu. Sebuah dunia tempat Dina kembali menjadi orang lain, menjadi orang yang menyenangkan dan bertemu dengan orang yang sama menyenangkannya ketika sebagian besar orang menjalani masa tidurnya.
Foto: IDN Pictures
Di sebuah dunia saat yang ada hanya rasa senang dan tak ada rasa sakit maupun utang, Dina merasa bahagia. Ia bertemu “pangeran penyelamat” lainnya di dunia ini. Kini Dina sudah memiliki dua orang “pangeran penyelamat”, tapi apakah kebahagiaan kini bisa diraihnya?
Dibanding Inangyang solid dalam segala segi, terutama skenario dengan banyak subteks menarik yang dicecerkan Fajar, Sleep Calljustru terasa sangat ambisius karena ingin membicarakan banyak hal dan akhirnya membuatnya serba kabur dan tak fokus. Fajar yang terbilang cerewet melalui Twitter mengomentari banyak hal sosial seperti tak bisa mengendalikan diri kali ini.
Akibatnya memang banyak hal menutupi soal “sleep call” yang sesungguhnya belum banyak dibicarakan dalam film Indonesia. Padahal membuka soal dunia malam di luar hingar bingarnya melalui film akan menjadi pintu masuk yang menarik untuk membicarakan banyak hal sesuai konteks seperti yang dilakukan Fajar dalam Inang.
Mungkin kita bisa melihat Dina menjalani kehidupan berbeda dari kesehariannya pada siang hari. Mungkin kita bisa melihat Dina menjadi Sinta dan menjalani kehidupan gandanya sebagai pribadi periang dan menyenangkanpada malam hari.
tulis komentar anda