CERMIN: Bagi Rabiah dan Mimi, Hidup adalah Pengabdian

Rabu, 30 Agustus 2023 - 15:00 WIB
Film dokumenter Ininnawa: An Island Calling mengisahkan kelanjutan Suster Apung tentang pengabdian perawat di wilayah pedalaman. Foto/Two Islands Digital
JAKARTA - Tahun 2006. Untuk pertama kalinya, kisah perjuangan luar biasa dari seorang perawat bernama Ibu Rabiah dikenal luas masyarakat melalui film dokumenter pendek, Suster Apung.

Dua tahun sebelumnya, sineas dari Makassar, Arfan Sabran, sudah mengikuti sepak terjang Ibu Rabiah memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat di pulau-pulau yang tersebar di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Sesungguhnya Ibu Rabiah sudah bertugas sejak 1978 dan meski sudah pensiun sebagai ASN, ia masih mengabdikan ilmunya hingga hari ini.





Nyaris berselang 20 tahun sejak Arfan pertama kali mengikuti Ibu Rabiah, film dokumenter panjang, Ininnawa: An Island Callingpun dirilis. Kita dipersilakan kembali oleh Arfan melihat kehidupan Ibu Rabiah secara lebih lengkap, disajikan dalam storytelling yang asyik diikuti, dengan aspek teknis yang jauh lebih memikat dan dengan satu kejutan menarik: bahwa kini anak perempuan satu-satunya dari Ibu Rabiah bernama Rahmi atau Mimi juga mengikuti jejak dari ibundanya.

Kita melihat Rabiah yang kini sudah berumur 75 tahun, tapi masih dengan semangat anak muda 25 tahun melayani masyarakat di pulau. Ia masih tampak gesit, luwes berkomunikasi dengan masyarakat (sesungguhnya ia penutur bahasa Bugis tapi juga bisa berbahasa Makassar dan Mandar dengan baik), dan belum ada tanda-tanda menunjukkan bahwa ia rela untuk pensiun. Ia siap dipanggil kapan pun pada malam hari sekali pun, melayani masyarakat dengan segala macam penyakit yang masih sanggup ditanganinya.



Foto: Two Islands Digital

Voltaire, penulis dan filsuf dari Prancis, suatu hari mengumandangkan sesuatu yang masih bergema hingga hari ini, “Saya tahu tidak ada orang-orang hebat kecuali mereka yang memiliki pengabdian besar pada kemanusiaan”. Mungkin Voltaire berujar seperti itu karena ia tahu bahwa ada harga besar yang harus dibayar atas nama pengabdian.

Rabiah sepertinya tahu itu sejak awal. Ketika memutuskan mengabdikan lebih dari separuh hidupnya dalam sektor kesehatan, ia harus mengorbankan salah satu hal paling berharga dari hidupnya: kedekatannya dengan Mimi.

Mimi pun dengan berlinang airmata, dan membuat penonton ikut menangis diam-diam bersamanya, bercerita bahwa ia dan ibunya tak pernah dekat karena “pengabdian” itu. Sejak kecil ia dititipkan pada keluarga ibunya dan bahkan ia menganggap ibunya adalah bibinya.

Ia menangis diam-diam ketika ibunya harus meninggalkannya dan akhirnya meninggalkan luka besar di hatinya yang kelak ditebus Rabiah ketika Mimi menjadi dewasa, menikah, dan memiliki tiga orang anak. Bagi Rabiah dan Mimi, kredo “hidup adalah pengabdian” mengalir dalam darah mereka. Tanpa pernah diniatkan oleh Rabiah, kini Mimi menjadi penerus dari ibunya.



Foto: Two Islands Digital

Hampir 20 tahun sejak Suster Apungdirilis, belum banyak perubahan yang terjadi dalam sektor kesehatan di pulau-pulau yang jauh dari Jawa. Sejak tahun 2020, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mulai mendorong pemerintah agar bisa mengadopsi program global One Village One Nurse (Satu Desa Satu Perawat).

Begitupun, regulasi terkait ada di tangan Kementerian Kesehatan yang punya andil besar dalam mengimplementasi program ini secara merata ke seluruh Indonesia, termasuk ke wilayah pulau-pulau yang selama ini ditangani Ibu Rabiah dan Mimi. Hingga hari ini belum ada penerus mereka kelak yang akan mengabdikan hidupnya untuk melayani masyarakat di pulau-pulau terpencil dengan gaji dan fasilitas seadanya.

Padahal dalam sebuah Zoominar yang diselenggarakan PPNI pada Mei 2023 lalu, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah mengungkapkan bahwa surplus perawat sesungguhnya sudah terjadi di Indonesia. Sementara dalam makalah berjudul Analisis Kebijakan Pemenuhan Pasar Kerja Tenaga Kesehatan di Tingkat Global yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020 disebutkan bahwa dengan mengacu pada standar ketenagaan minimal, Kementerian Kesehatan RI memperkirakan sebagian besar puskesmas sudah mengalami kelebihan tenaga perawat sejumlah 72.914 orang.

Namun di lain pihak masih terdapat puskesmas yang kekurangan staf dengan jumlah sekitar 4.413 perawat. Estimasi ini sudah memperhitungkan kebutuhan yang berbeda pada jenis puskesmas rawat inap dan nonrawat inap, tapi belum mempertimbangkan lokasi wilayah yaitu perkotaan, pedesaan, terpencil/sangat terpencil.



Foto: Two Islands Digital
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More