Review Joy Ride: 'The Hangover' Versi Cegil Asia yang Menghangatkan Hati
Rabu, 30 Agustus 2023 - 13:57 WIB
JAKARTA - Joy Ride adalah film yang kegilaannya mirip film sukses The Hangover (2009), tapi dengan para karakter utama yang seluruhnya perempuan Asia, dengan misi road trip yang rumit.
Joy Ride boleh jadi adalah film komedi pertama setelah Crazy Rich Asians (2018) yang dibuat oleh studio besar di Hollywood dengan sineas dan para pemain utama berdarah Asia. Juga yang bercerita tentang problematika yang dihadapi orang Asia dengan kemasan ringan. Meski begitu, keduanya tetaplah berbeda.
Pertama, Joy Ride lebih dekat dengan masalah orang biasa, dengan kisah persahabatan dan segala suka dukanya. Selain itu, film debut dari sutradara Malaysia Adele Lim ini juga berani menampilkan visual vulgar dan kritik terhaadap para imigran Asia di Amerika Serikat.
Film ini dimulai dari persahabatan masa kecil Lolo Chen (Sherry Cola) dengan Audrey Sullivan (Ashley Park). Yang membuat mereka bisa bersahabat sebenarnya hanya karena satu kesamaan, yaitu mereka sama-sama berdarah Asia.
Sementara perbedaan mereka lebih banyak. Audrey adalah anak Asia yang diadopsi keluarga kulit putih Amerika Serikat, yang membuat perilaku dan cara berpikirnya lebih mirip orang kulit putih dibanding orang Asia. Ia juga lebih fokus melihat karier masa depannya sebagai pengacara.
Foto: Lionsgate
Sementara Lolo lebih asyik dengan mimpinya sebagai seniman dengan karya eksentrik bertema seksual. Meski masa depannya terlihat tidak jelas dan tertinggal jauh dari Audrey, tapi sebenarnya ia selalu jadi orang yang melindungi dan mendukung Audrey sejak mereka masih bocah ingusan.
Kisah makin menarik saat Audrey harus ke Beijing untuk membuat kontrak dengan pengusaha di sana. Ia juga sebenarnya punya kesempatan untuk mencari ibu kandungnya di kota itu, tapi dia enggan meski Lolo agak memaksanya untuk melakukan hal tersebut.
Bumbu cerita makin terasa saat sepupu Lolo yang suka K-pop dan BTS, yaitu perempuan kikuk bernama Deadeye (Sabrina Wu) ikut serta bersama mereka. Sementara di Beijing, mereka bertemu dengan teman sekamar Audrey saat masa kuliah dulu, Kat Huang (Stephanie Hsu) yang kini jadi aktris terkenal.
Joy Ride awalnya menyajikan lelucon yang terlalu familier untuk ukuran film komedi. Begitu pun sebenarnya pada perkembangan ceritanya. Namun penonton tetap masih bisa diajak tertawa, apalagi saat keduanya melakukan road trip naik kereta, dan terjadi peristiwa tak terduga.
Foto: Lionsgate
Momen-momen aksi cegil (cewek gila) mereka di kereta dan setelahnya mengingatkan pada kehebohan para karakter pria dalam The Hangover, yang melakukan pesta bujang di Las Vegas. Scene-scene-nya banyak mengandung unsur seksual yang cukup ekstrem. Tak heran, Lembaga Sensor Film (LSF) memberikan rating film ini hanya untuk penonton berusia 21 tahun ke atas.
Namun semua komedi ini sebenarnya juga hanya bumbu. Poin utama Joy Ride lebih dalam dari itu. Seiring cerita berkembang, penonton akan menyadari bahwa Audrey sesungguhnya rasis pada orang-orang berdarah Asia, darah yang sebenarnya juga mengalir di tubuhnya.
Meski begitu, penonton juga tetap akan bersimpati padanya, karena masalah khas orang yang 'setengah Asia, setengah Barat'. Audrey merasa ia tidak benar-benar diterima di pihak mana pun, ia bimbang, dan bahkan tidak mengetahui akar identitasnya.
Yang juga patut diacungi jempol dari skenario buatan Cherry Chevapravatdumrong dan Teresa Hsiao ini adalah, ketiga karakter pendukung Audrey tidak cuma sekadar tempelan belaka untuk memancing komedi. Lolo, Kat, dan Deadeye diberi kesempatan untuk ikut bersinar dengan cerita kegelisahan dan pergulatan mereka masing-masing.
Joy Ride boleh jadi adalah film komedi pertama setelah Crazy Rich Asians (2018) yang dibuat oleh studio besar di Hollywood dengan sineas dan para pemain utama berdarah Asia. Juga yang bercerita tentang problematika yang dihadapi orang Asia dengan kemasan ringan. Meski begitu, keduanya tetaplah berbeda.
Pertama, Joy Ride lebih dekat dengan masalah orang biasa, dengan kisah persahabatan dan segala suka dukanya. Selain itu, film debut dari sutradara Malaysia Adele Lim ini juga berani menampilkan visual vulgar dan kritik terhaadap para imigran Asia di Amerika Serikat.
Baca Juga
Film ini dimulai dari persahabatan masa kecil Lolo Chen (Sherry Cola) dengan Audrey Sullivan (Ashley Park). Yang membuat mereka bisa bersahabat sebenarnya hanya karena satu kesamaan, yaitu mereka sama-sama berdarah Asia.
Sementara perbedaan mereka lebih banyak. Audrey adalah anak Asia yang diadopsi keluarga kulit putih Amerika Serikat, yang membuat perilaku dan cara berpikirnya lebih mirip orang kulit putih dibanding orang Asia. Ia juga lebih fokus melihat karier masa depannya sebagai pengacara.
Foto: Lionsgate
Sementara Lolo lebih asyik dengan mimpinya sebagai seniman dengan karya eksentrik bertema seksual. Meski masa depannya terlihat tidak jelas dan tertinggal jauh dari Audrey, tapi sebenarnya ia selalu jadi orang yang melindungi dan mendukung Audrey sejak mereka masih bocah ingusan.
Kisah makin menarik saat Audrey harus ke Beijing untuk membuat kontrak dengan pengusaha di sana. Ia juga sebenarnya punya kesempatan untuk mencari ibu kandungnya di kota itu, tapi dia enggan meski Lolo agak memaksanya untuk melakukan hal tersebut.
Bumbu cerita makin terasa saat sepupu Lolo yang suka K-pop dan BTS, yaitu perempuan kikuk bernama Deadeye (Sabrina Wu) ikut serta bersama mereka. Sementara di Beijing, mereka bertemu dengan teman sekamar Audrey saat masa kuliah dulu, Kat Huang (Stephanie Hsu) yang kini jadi aktris terkenal.
Joy Ride awalnya menyajikan lelucon yang terlalu familier untuk ukuran film komedi. Begitu pun sebenarnya pada perkembangan ceritanya. Namun penonton tetap masih bisa diajak tertawa, apalagi saat keduanya melakukan road trip naik kereta, dan terjadi peristiwa tak terduga.
Foto: Lionsgate
Momen-momen aksi cegil (cewek gila) mereka di kereta dan setelahnya mengingatkan pada kehebohan para karakter pria dalam The Hangover, yang melakukan pesta bujang di Las Vegas. Scene-scene-nya banyak mengandung unsur seksual yang cukup ekstrem. Tak heran, Lembaga Sensor Film (LSF) memberikan rating film ini hanya untuk penonton berusia 21 tahun ke atas.
Namun semua komedi ini sebenarnya juga hanya bumbu. Poin utama Joy Ride lebih dalam dari itu. Seiring cerita berkembang, penonton akan menyadari bahwa Audrey sesungguhnya rasis pada orang-orang berdarah Asia, darah yang sebenarnya juga mengalir di tubuhnya.
Meski begitu, penonton juga tetap akan bersimpati padanya, karena masalah khas orang yang 'setengah Asia, setengah Barat'. Audrey merasa ia tidak benar-benar diterima di pihak mana pun, ia bimbang, dan bahkan tidak mengetahui akar identitasnya.
Yang juga patut diacungi jempol dari skenario buatan Cherry Chevapravatdumrong dan Teresa Hsiao ini adalah, ketiga karakter pendukung Audrey tidak cuma sekadar tempelan belaka untuk memancing komedi. Lolo, Kat, dan Deadeye diberi kesempatan untuk ikut bersinar dengan cerita kegelisahan dan pergulatan mereka masing-masing.
tulis komentar anda