SOROT: Mampukah Barbie dan Oppenheimer Berjaya di Oscar Tahun Depan?
Sabtu, 05 Agustus 2023 - 08:31 WIB
JAKARTA - Tahun ini bisa saja menjadi salah satu masa paling menarik dalam sejarah sinema dunia. Pada hari yang sama, dua film yang dipromosikan besar-besaran, Barbiedan Oppenheimerdirilis.
Ternyata keduanya punya kualitas jempolan yang membuatnya beroleh keplokan meriah dari kritikus. Yang paling menarik adalah keduanya juga berjaya di box office.
Hingga tulisan ini diturunkan, Barbieyang diproduksi dengan biaya USD100 juta telah menghasilkan lebih dari USD400 juta dari Amerika Utara dan Kanada dan sebentar lagi akan bergabung di klub elite peraih USD1 miliar dari peredaran seluruh dunia. Sementara Oppenheimeryang berbiaya sama dengan Barbietelah beroleh sekitar USD199 juta dari Amerika Utara dan Kanada dan sebentar lagi akan menembus perolehan USD500 juta dari peredaran di seluruh dunia.
Karenanya beberapa hari setelah Barbiedan Oppenheimerdirilis resmi di Amerika, media-media besar khususnya yang fokus mengupas soal film melihat kemungkinan kedua film menembus Oscar tahun depan. Saya sendiri tak pernah membayangkan bahwa Barbie, sosok boneka paling terkenal sedunia yang juga diserang karena mencitrakan perempuan dengan standar kecantikan yang sulit digapai, akan menjadi pintu bagi Greta Gerwig untuk memberi semacam kuliah filsafat dan sosiokultural yang asyik selama hampir dua jam. Tapi Greta, juga pasangannya, sesama sutradara sekaligus penulis, Noah Baumbach, bisa melakukannya seakan-akan ini adalah hal termudah di dunia.
Oppenheimer. Foto: Universal Pictures
Sementara Oppenheimerjuga membuat saya terkesima melihat Christopher Nolan mengambil pendekatan yang tak pernah terbayangkan. Ia menjadikan kisah Robert yang sebelumnya dianggap berjasa oleh negaranya lantas integritasnya hendak dihancurkan oleh kalangan tertentu hanya karena dendam pribadi.
Kita pun melihat Robert sama saja seperti kita, yang tak pernah imun dengan prasangka, selalu bergulat dengan emosi-emosi internalnya yang kompleks, dan tak tercerabut dari statusnya sebagai seorang suami dan ayah.
Karenanya Barbiedan Oppenheimersontak masuk ke dalam kursi panas pertarungan calon nomine Best Picture tahun depan. Tapi tahun ini juga ada sejumlah film yang berpeluang menjegal keduanya membawa pulang piala Oscar sebagai Film Terbaik.
Salah satu yang dinilai paling kuat adalah film terbaru dari auteur Martin Scorsese, Killers of the Flower Moon. Film yang sudah dikonfirmasi akan tayang terbatas di bioskop Tanah Air pada Oktober mendatang ini mulai merebut perhatian sejak tayang perdana di Cannes Film Festival pada Mei lalu.
Killers of the Flower Moonyang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio memusatkan ceritanya pada serangkaian pembunuhan yang terjadi di Oklahoma di wilayah Osage County selama tahun 1920-an yang dilakukan setelah minyak ditemukan di tanah suku asli Indian di sana.
Killers of the Flower Moon. Foto: Apple TV+
Film lain yang juga dinilai punya peluang menerobos ketatnya persaingan nomine Oscar adalah film terbaru besutan aktor/sutradara, Ben Affleck, berjudul Air. Film ini membuka ceritanya dengan sangat mengesankan berupa cuplikan-cuplikan peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 1984.
Dengan demikian secara efektif kita dibawa masuk menelusuri lorong waktu nan panjang yang akan bermuara hampir 40 tahun dari sekarang. Pada tahun itu, seorang revolusioner bernama Sonny Vaccaro tengah gelisah. Kecintaannya terhadap olahraga basket membuatnya ditarik masuk ke divisi olahraga sepatu Nike.
Namun selama beberapa waktu Sonny merasa tak berbuat apa pun. Ia merasa seperti menyaksikan keruntuhan Nike akan terjadi di depan matanya tak lama lagi. Tapi ia tak ingin itu terjadi. Ia ingin berbuat sesuatu.
Perjuangan Sonny dengan segala lika-likunya sebelum bekerja sama dengan Michael Jordan dipotret dengan sangat baik oleh Ben Affleck. Airadalah sebuah slam dunk baginya. Setelah Argo, kita semakin percaya bahwa Ben adalah seorang sutradara alamiah. Ia cerdik mengelus cerita, memolesnya hingga berkilau dan mengerahkan sepasukan aktor-aktris brilian untuk menjadi penutur ceritanya.
Selain dalam kategori Film Terbaik, Barbiedan Oppenheimerjuga punya peluang bagus untuk bersaing di beberapa nomine bergengsi. Dari sisi penyutradaraan, baik Christopher Nolan maupun Greta Gerwig memperlihatkan craftmanship yang jempolan.
Ternyata keduanya punya kualitas jempolan yang membuatnya beroleh keplokan meriah dari kritikus. Yang paling menarik adalah keduanya juga berjaya di box office.
Hingga tulisan ini diturunkan, Barbieyang diproduksi dengan biaya USD100 juta telah menghasilkan lebih dari USD400 juta dari Amerika Utara dan Kanada dan sebentar lagi akan bergabung di klub elite peraih USD1 miliar dari peredaran seluruh dunia. Sementara Oppenheimeryang berbiaya sama dengan Barbietelah beroleh sekitar USD199 juta dari Amerika Utara dan Kanada dan sebentar lagi akan menembus perolehan USD500 juta dari peredaran di seluruh dunia.
Karenanya beberapa hari setelah Barbiedan Oppenheimerdirilis resmi di Amerika, media-media besar khususnya yang fokus mengupas soal film melihat kemungkinan kedua film menembus Oscar tahun depan. Saya sendiri tak pernah membayangkan bahwa Barbie, sosok boneka paling terkenal sedunia yang juga diserang karena mencitrakan perempuan dengan standar kecantikan yang sulit digapai, akan menjadi pintu bagi Greta Gerwig untuk memberi semacam kuliah filsafat dan sosiokultural yang asyik selama hampir dua jam. Tapi Greta, juga pasangannya, sesama sutradara sekaligus penulis, Noah Baumbach, bisa melakukannya seakan-akan ini adalah hal termudah di dunia.
Oppenheimer. Foto: Universal Pictures
Sementara Oppenheimerjuga membuat saya terkesima melihat Christopher Nolan mengambil pendekatan yang tak pernah terbayangkan. Ia menjadikan kisah Robert yang sebelumnya dianggap berjasa oleh negaranya lantas integritasnya hendak dihancurkan oleh kalangan tertentu hanya karena dendam pribadi.
Kita pun melihat Robert sama saja seperti kita, yang tak pernah imun dengan prasangka, selalu bergulat dengan emosi-emosi internalnya yang kompleks, dan tak tercerabut dari statusnya sebagai seorang suami dan ayah.
Karenanya Barbiedan Oppenheimersontak masuk ke dalam kursi panas pertarungan calon nomine Best Picture tahun depan. Tapi tahun ini juga ada sejumlah film yang berpeluang menjegal keduanya membawa pulang piala Oscar sebagai Film Terbaik.
Salah satu yang dinilai paling kuat adalah film terbaru dari auteur Martin Scorsese, Killers of the Flower Moon. Film yang sudah dikonfirmasi akan tayang terbatas di bioskop Tanah Air pada Oktober mendatang ini mulai merebut perhatian sejak tayang perdana di Cannes Film Festival pada Mei lalu.
Killers of the Flower Moonyang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio memusatkan ceritanya pada serangkaian pembunuhan yang terjadi di Oklahoma di wilayah Osage County selama tahun 1920-an yang dilakukan setelah minyak ditemukan di tanah suku asli Indian di sana.
Killers of the Flower Moon. Foto: Apple TV+
Film lain yang juga dinilai punya peluang menerobos ketatnya persaingan nomine Oscar adalah film terbaru besutan aktor/sutradara, Ben Affleck, berjudul Air. Film ini membuka ceritanya dengan sangat mengesankan berupa cuplikan-cuplikan peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 1984.
Dengan demikian secara efektif kita dibawa masuk menelusuri lorong waktu nan panjang yang akan bermuara hampir 40 tahun dari sekarang. Pada tahun itu, seorang revolusioner bernama Sonny Vaccaro tengah gelisah. Kecintaannya terhadap olahraga basket membuatnya ditarik masuk ke divisi olahraga sepatu Nike.
Namun selama beberapa waktu Sonny merasa tak berbuat apa pun. Ia merasa seperti menyaksikan keruntuhan Nike akan terjadi di depan matanya tak lama lagi. Tapi ia tak ingin itu terjadi. Ia ingin berbuat sesuatu.
Perjuangan Sonny dengan segala lika-likunya sebelum bekerja sama dengan Michael Jordan dipotret dengan sangat baik oleh Ben Affleck. Airadalah sebuah slam dunk baginya. Setelah Argo, kita semakin percaya bahwa Ben adalah seorang sutradara alamiah. Ia cerdik mengelus cerita, memolesnya hingga berkilau dan mengerahkan sepasukan aktor-aktris brilian untuk menjadi penutur ceritanya.
Selain dalam kategori Film Terbaik, Barbiedan Oppenheimerjuga punya peluang bagus untuk bersaing di beberapa nomine bergengsi. Dari sisi penyutradaraan, baik Christopher Nolan maupun Greta Gerwig memperlihatkan craftmanship yang jempolan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda