Review Film The Flash: Keseruan yang Agak Ternodai
Rabu, 14 Juni 2023 - 23:59 WIB
The Flash sudah sangat diantisipasi penggemarnya sejak tahun lalu. Makanya, begitu film ini tayang di Indonesia mulai hari ini, Rabu (14/6), penggemar pun sangat antusias menyambutnya. Mereka ingin membuktikan hype yang dibangun film ini.
Dari reaksi awal orang-orang yang sudah menonton film ini, bisa disimpulkan kalau film ini bagus. Rata-rata mereka memberikan penilaian positif. Penyutradaraan, penceritaan, dan penampilan para pemerannya mendapatkan pujian dari para kritikus.
The Flash berkisah tentang Barry Allen yang ingin mencegah kematian ibunya di masa lalu. Dia kemudian menemukan kalau dia punya kemampuan pergi ke masa lalu. Namun, semuanya tidak berjalan mulus karena di dunia alternatif tempatnya mendarat, dia malah harus menyelamatkan semesta itu dari ancaman Zod. Barry lantas merekrut bantuan Batman, Supergirl, dan versi dirinya di semesta itu untuk menghentikan Zod.
The Flash menghadirkan tone yang lebih ringan dibandingkan film DC lainnya. Film ini penuh humor dan adegan kocak yang bisa bikin tertawa. Banyak adegan konyol terjadi antara dua Barry yang tampil di film ini. Sementara, banyak bobot emosional dari penampilan karakter itu.
Foto: CNN
Di film ini, Barry sudah agak lebih berkembang. Dia melakukan tugasnya sebagai anggota Justice League dengan baik. Sayang, dia diperlakukan bak abak kecil oleh teman setimnya. Perlakuan ini tidak berubah dari ketika dia bergabung dengan tim tersebut. Padahal, mereka membutuhkan sosok ini.
Ini adalah sisi tidak menyenangkan dari karakternya. Bahkan, ketika pertarungan klimaks, kedua Flash ini lebih berfungsi seperti karakter pendamping. Pusat pertarungannya ada pada Batman versi Michael Keaton dan Supergirl. Secara kekuatan, seolah, Flash ini berada jauh di bawah kedua superhero tersebut. Padahal, ini adalah film mereka.
Diangkat secara longgar dari busur cerita Flashpoint di komik, film ini menurunkan skala dari cerita tersebut. Penggemar komik mungkin akan kecewa karena tidak ada Thomas Wayne—ayah Batman di film ini—padahal, dia penting. Film ini berpusat pada Barry dan versi alternatifnya dengan plot hole yang sulit dilewatkan. Film ini juga gagal menjelaskan mengapa keberadaan Superman di semesta Barry Allen alternatif punya kaitan dengan ibu Barry.
Foto: People.com
Dari departmen penjahatnya, Jenderal Zod terasa biasa saja. Dia jahat, dan ya itu saja. Tidak ada usaha untuk menaikkan levelnya. Selain itu, dia juga lebih banyak bertarung dengan Supergirl ketimbang Flash. Sedangkan, Batman terus memburu anak buahnya.
Meski begitu, penampilan Michael Keaton sebagai Bruce Wayne/Batman dan Sasha Calle sebagai Kara/Supergirl bakal mencuri perhatian di sini. Meski hanya menjadi pemeran pembantu, kedua karakter itu malah terlihat sangat menonjol dibanding pemeran utamanya. Keduanya benar-benar memuaskan.
Sutradara film ini, Andy Muschietti, berusaha mengisi film ini dengan banyak cerita. Makanya, film ini terasa padat. Namun, harus diakui, arc Barry Allen memang bagus dan layak dinikmati. Inilah yang menjadi kekuatan film itu karena si superhero akhirnya mempelajari sesuatu yang penting dalam hidupnya.
Foto: Deadline
The Flash jelas akan disuka penggemar DCEU. Banyak cameo mengejutkan yang akan membuat mereka bersorak. Belum lagi adegan pascakreditnya yang cukup mengejutkan. Mau percaya pada hype atau tidak, The Flash yang berdurasi sekitar 2 jam 35 menit ini layak dicoba.
The Flash bukan film yang jelek, tapi bukan juga yang sangat bagus. Film ini berada di tengah-tengah, tergantung dari sudut pandang mana penonton melihatnya. Film ini kocak, emosional, dan dramatis. Namun, kurangnya penjelasan dari apa yang terjadi di dalamnya dan penjahatnya yang kurang menarik, menjadikannya biasa saja. Secara keseluruhan, film ini seru untuk diikuti.
The Flash sudah bisa ditonton di bioskop seluruh Indonesia mulai hari ini, Rabu (14/6). Jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
Dari reaksi awal orang-orang yang sudah menonton film ini, bisa disimpulkan kalau film ini bagus. Rata-rata mereka memberikan penilaian positif. Penyutradaraan, penceritaan, dan penampilan para pemerannya mendapatkan pujian dari para kritikus.
The Flash berkisah tentang Barry Allen yang ingin mencegah kematian ibunya di masa lalu. Dia kemudian menemukan kalau dia punya kemampuan pergi ke masa lalu. Namun, semuanya tidak berjalan mulus karena di dunia alternatif tempatnya mendarat, dia malah harus menyelamatkan semesta itu dari ancaman Zod. Barry lantas merekrut bantuan Batman, Supergirl, dan versi dirinya di semesta itu untuk menghentikan Zod.
The Flash menghadirkan tone yang lebih ringan dibandingkan film DC lainnya. Film ini penuh humor dan adegan kocak yang bisa bikin tertawa. Banyak adegan konyol terjadi antara dua Barry yang tampil di film ini. Sementara, banyak bobot emosional dari penampilan karakter itu.
Foto: CNN
Di film ini, Barry sudah agak lebih berkembang. Dia melakukan tugasnya sebagai anggota Justice League dengan baik. Sayang, dia diperlakukan bak abak kecil oleh teman setimnya. Perlakuan ini tidak berubah dari ketika dia bergabung dengan tim tersebut. Padahal, mereka membutuhkan sosok ini.
Ini adalah sisi tidak menyenangkan dari karakternya. Bahkan, ketika pertarungan klimaks, kedua Flash ini lebih berfungsi seperti karakter pendamping. Pusat pertarungannya ada pada Batman versi Michael Keaton dan Supergirl. Secara kekuatan, seolah, Flash ini berada jauh di bawah kedua superhero tersebut. Padahal, ini adalah film mereka.
Diangkat secara longgar dari busur cerita Flashpoint di komik, film ini menurunkan skala dari cerita tersebut. Penggemar komik mungkin akan kecewa karena tidak ada Thomas Wayne—ayah Batman di film ini—padahal, dia penting. Film ini berpusat pada Barry dan versi alternatifnya dengan plot hole yang sulit dilewatkan. Film ini juga gagal menjelaskan mengapa keberadaan Superman di semesta Barry Allen alternatif punya kaitan dengan ibu Barry.
Foto: People.com
Dari departmen penjahatnya, Jenderal Zod terasa biasa saja. Dia jahat, dan ya itu saja. Tidak ada usaha untuk menaikkan levelnya. Selain itu, dia juga lebih banyak bertarung dengan Supergirl ketimbang Flash. Sedangkan, Batman terus memburu anak buahnya.
Meski begitu, penampilan Michael Keaton sebagai Bruce Wayne/Batman dan Sasha Calle sebagai Kara/Supergirl bakal mencuri perhatian di sini. Meski hanya menjadi pemeran pembantu, kedua karakter itu malah terlihat sangat menonjol dibanding pemeran utamanya. Keduanya benar-benar memuaskan.
Sutradara film ini, Andy Muschietti, berusaha mengisi film ini dengan banyak cerita. Makanya, film ini terasa padat. Namun, harus diakui, arc Barry Allen memang bagus dan layak dinikmati. Inilah yang menjadi kekuatan film itu karena si superhero akhirnya mempelajari sesuatu yang penting dalam hidupnya.
Foto: Deadline
The Flash jelas akan disuka penggemar DCEU. Banyak cameo mengejutkan yang akan membuat mereka bersorak. Belum lagi adegan pascakreditnya yang cukup mengejutkan. Mau percaya pada hype atau tidak, The Flash yang berdurasi sekitar 2 jam 35 menit ini layak dicoba.
The Flash bukan film yang jelek, tapi bukan juga yang sangat bagus. Film ini berada di tengah-tengah, tergantung dari sudut pandang mana penonton melihatnya. Film ini kocak, emosional, dan dramatis. Namun, kurangnya penjelasan dari apa yang terjadi di dalamnya dan penjahatnya yang kurang menarik, menjadikannya biasa saja. Secara keseluruhan, film ini seru untuk diikuti.
The Flash sudah bisa ditonton di bioskop seluruh Indonesia mulai hari ini, Rabu (14/6). Jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
(alv)
Lihat Juga :
tulis komentar anda