Kenalan dengan Vladimir Nabokov, Sang Rusia Putih dari Amerika
A
A
A
Kamu pernah baca novel "Lolita"? Itu, loh, novel kontroversial yang mengisahkan seorang pria dewasa yang mencintai anak kecil berumur 12 tahun, yang sekaligus anak tirinya sendiri.
Saking kontroversialnya, novel laris yang dirilis pada 1955 ini bahkan sampai dilarang beredar di beberapa negara. Tapi novel ini juga pernah dibuat filmnya, bahkan sampai dua kali.
Yang pertama dibuat oleh sutradara legendaris Stanley Kubrick, dan dirilis pada 1962. Yang kedua dilempar ke bioskop pada 1997, lewat besutan sutradara Adrian Lyne.
Nah, gara-gara kehebohan novel inilah, sang penulis novelnya yaitu Vladimir Nabokov, jadi terkenal di seluruh dunia.
Nabokov adalah sastrawan yang disebut paling cerdik pada abad ke-20. Dia sampai diperebutkan oleh dua negara, yaitu Rusia dan Amerika. Namanya berada di buku-buku kesusastraan Rusia sebagai salah seorang sastrawan besar penentang rezim Uni Soviet.
Di Amerika, dia dikenal sebagai sastrawan yang berpengaruh dalam pengembangan kesusastraan di Amerika. Dua buku terkenalnya, "Lolita" dan "Pale Fire" (1962) berada di peringkat ke-4 dan ke-53 dalam daftar Modern Library 100 Best Novels.
Lahir pada 22 April 1899 di Saint Petersburg, Rusia, Nabokov beserta keluarganya terpaksa hijrah dari Rusia ke Inggris pada saat revolusi 1917. Nabokov kemudian pindah ke Berlin dan berkeluarga di sana, sebelum akhirnya pindah lagi ke Amerika.
Dia bahkan resmi menjadi warga negara Amerika Serikat pada 1945. Pada masa tuanya, dia memboyong istri dan anaknya ke swiss untuk hidup damai di sana.
Foto: Olympia Press/time.com
Nobokov sudah rajin menulis dari usia muda. Waktu itu, dia memakai nama pena V. Sirin.Tulisan pertamanya adalah cerita berbahasa Rusia. Tapi Dia mulai dikenal setelah membuat cerita berbahasa Inggris.
Selain penulis, Nobokov juga adalah seorang lepidopterist atau ahli entomologi yang melakukan penelitian pada kupu-kupu dan ngengat. Gaya tulisannya sangat unik dan punya ciri khas, yaitu menampilkan humor yang satire.
Tokoh-tokohnya juga punya karakter tidak biasa, punya diksi yang sangat kaya, dan punya banyak permainan kata yang cerdas.
Nabokov sangat terkenal karena ceritanya yang orisinal, dan permainan linguistiknya yang mengecoh.
“The true conflict is not between the characters in a novel, but between author and reader, in the long run, however, it is only the author's private satisfaction that counts," ujarnya.
Nabokov percaya bahwa kepuasan dari pengaranglah yang membuat sebuah tulisan itu hebat.
Secara politik, Nabokov adalah orang yang membenci rezim totalitarian, sebuah sistem yang bertolak belakang dengan demokrasi, yaitu yang memegang kekuasaan penuh atas hak warga negaranya.
Sikapnya yang antirezim totalitarian ini bisa dimaklumi, karena latar belakangnya yang sangat pahit di Rusia dan Jerman. Karena itulah, dia menekankan pentingnya kebebasan berpikir, berpendapat, dan berbicara.
Kebebasan itulah yang saat itu didapatnya di Amerika Serikat. Bahkan dalam autobiografinya yang ditulis Brian Boyd berjudul "Vladimir Nabokov: The American Years" (1991), Nabokov mengatakan bahwa dia sangat bahagia tinggal di Amerika.
“In America I’m happier than in any other country… I feel intellectually at home in America. It is a second home on the true sense of the world,” ujarnya.
Foto: Nobokov Museum
Yang menarik, meski Nabokov adalah penulis paling berpengaruh pada era Soviet, dia justru sangat menentang pernyataan bahwa Periode Kesusastraan Soviet itu eksis. Bahkan ia terus mengulangi perkataannya, “There is no soviet literature” dalam setiap kesempatan.
Dalam sejarah kepenulisannya, ia memang tidak selalu menulis novel untuk Rusia, tapi ia sering mengkritik karya sastra pada era sebelum Uni Soviet, jauh lebih hidup dan orisinal.
Terlebih pemerintah Soviet selalu berusaha ‘menguasai’ sastra dan sastrawan Rusia untuk kepentingan partai dan kejayaan komunis.
Karena itu pula, dia dengan tegas menyebut dirinya sebagai “Rusia Putih”, sebutan yang menunjukkan sikap kontranya pada paham Rusia yang "merah" alias komunis. Meski lahir di Soviet, Nabokov pun setia menganut pemikiran liberal klasik.
Anugerah Pagiyan Nurfajar
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @tutup_botol15
Saking kontroversialnya, novel laris yang dirilis pada 1955 ini bahkan sampai dilarang beredar di beberapa negara. Tapi novel ini juga pernah dibuat filmnya, bahkan sampai dua kali.
Yang pertama dibuat oleh sutradara legendaris Stanley Kubrick, dan dirilis pada 1962. Yang kedua dilempar ke bioskop pada 1997, lewat besutan sutradara Adrian Lyne.
Nah, gara-gara kehebohan novel inilah, sang penulis novelnya yaitu Vladimir Nabokov, jadi terkenal di seluruh dunia.
Nabokov adalah sastrawan yang disebut paling cerdik pada abad ke-20. Dia sampai diperebutkan oleh dua negara, yaitu Rusia dan Amerika. Namanya berada di buku-buku kesusastraan Rusia sebagai salah seorang sastrawan besar penentang rezim Uni Soviet.
Di Amerika, dia dikenal sebagai sastrawan yang berpengaruh dalam pengembangan kesusastraan di Amerika. Dua buku terkenalnya, "Lolita" dan "Pale Fire" (1962) berada di peringkat ke-4 dan ke-53 dalam daftar Modern Library 100 Best Novels.
Lahir pada 22 April 1899 di Saint Petersburg, Rusia, Nabokov beserta keluarganya terpaksa hijrah dari Rusia ke Inggris pada saat revolusi 1917. Nabokov kemudian pindah ke Berlin dan berkeluarga di sana, sebelum akhirnya pindah lagi ke Amerika.
Dia bahkan resmi menjadi warga negara Amerika Serikat pada 1945. Pada masa tuanya, dia memboyong istri dan anaknya ke swiss untuk hidup damai di sana.
Foto: Olympia Press/time.com
Nobokov sudah rajin menulis dari usia muda. Waktu itu, dia memakai nama pena V. Sirin.Tulisan pertamanya adalah cerita berbahasa Rusia. Tapi Dia mulai dikenal setelah membuat cerita berbahasa Inggris.
Selain penulis, Nobokov juga adalah seorang lepidopterist atau ahli entomologi yang melakukan penelitian pada kupu-kupu dan ngengat. Gaya tulisannya sangat unik dan punya ciri khas, yaitu menampilkan humor yang satire.
Tokoh-tokohnya juga punya karakter tidak biasa, punya diksi yang sangat kaya, dan punya banyak permainan kata yang cerdas.
Nabokov sangat terkenal karena ceritanya yang orisinal, dan permainan linguistiknya yang mengecoh.
“The true conflict is not between the characters in a novel, but between author and reader, in the long run, however, it is only the author's private satisfaction that counts," ujarnya.
Nabokov percaya bahwa kepuasan dari pengaranglah yang membuat sebuah tulisan itu hebat.
Secara politik, Nabokov adalah orang yang membenci rezim totalitarian, sebuah sistem yang bertolak belakang dengan demokrasi, yaitu yang memegang kekuasaan penuh atas hak warga negaranya.
Sikapnya yang antirezim totalitarian ini bisa dimaklumi, karena latar belakangnya yang sangat pahit di Rusia dan Jerman. Karena itulah, dia menekankan pentingnya kebebasan berpikir, berpendapat, dan berbicara.
Kebebasan itulah yang saat itu didapatnya di Amerika Serikat. Bahkan dalam autobiografinya yang ditulis Brian Boyd berjudul "Vladimir Nabokov: The American Years" (1991), Nabokov mengatakan bahwa dia sangat bahagia tinggal di Amerika.
“In America I’m happier than in any other country… I feel intellectually at home in America. It is a second home on the true sense of the world,” ujarnya.
Foto: Nobokov Museum
Yang menarik, meski Nabokov adalah penulis paling berpengaruh pada era Soviet, dia justru sangat menentang pernyataan bahwa Periode Kesusastraan Soviet itu eksis. Bahkan ia terus mengulangi perkataannya, “There is no soviet literature” dalam setiap kesempatan.
Dalam sejarah kepenulisannya, ia memang tidak selalu menulis novel untuk Rusia, tapi ia sering mengkritik karya sastra pada era sebelum Uni Soviet, jauh lebih hidup dan orisinal.
Terlebih pemerintah Soviet selalu berusaha ‘menguasai’ sastra dan sastrawan Rusia untuk kepentingan partai dan kejayaan komunis.
Karena itu pula, dia dengan tegas menyebut dirinya sebagai “Rusia Putih”, sebutan yang menunjukkan sikap kontranya pada paham Rusia yang "merah" alias komunis. Meski lahir di Soviet, Nabokov pun setia menganut pemikiran liberal klasik.
Anugerah Pagiyan Nurfajar
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @tutup_botol15
(her)