OPINI: Perang Melawan Catcall yang Mental Gara-Gara Echo Chamber

Kamis, 19 Maret 2020 - 08:25 WIB
OPINI: Perang Melawan...
OPINI: Perang Melawan Catcall yang Mental Gara-Gara Echo Chamber
A A A
Kasus pelecehan seksual, termasuk catcall, udah sering banget jadi kasus yang viral atau jadi bahan bikin thread di media sosial. Tapi, kok, kasusnya selalu berulang?

Ketika ada orang yang tidak dikenal melontarkan kalimat “Hei, Cantik! Mau ke mana nih?”, atau “Cantik, ikut Abang aja, yuk!” kemudian dilengkapi pula dengan siulan yahud, ada yang ngeh gak kalau tindakan tersebut termasuk kategori pelecehan seksual atau lebih tepatnya catcall?

Begini penjelasannya...

Dikutip dari disertasi Nabila, M. I berjudul "Fenomena Catcall Terhadap Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia" (2018), pelecehan seksual pada dasarnya terbagi menjadi dua, yakni melalui kontak fisik maupun non-fisik.

OPINI: Perang Melawan Catcall yang Mental Gara-Gara Echo Chamber

Foto: galoremag.com

Hal-hal yang berupa siulan, kedipan, ajakan berhubungan seksual, komentar atau ucapan bernuansa seksual, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan tersinggung adalah bentuk dari pelecehan seksual non-fisik.

Sementara catcall adalah tindakan berbentuk siulan, sapaan, atau komentar yang bernada seksual dan menyasar tubuh korban. Secara lebih spesifik, catcall dapat dikategorikan sebagai pelecehan verbal.

Coba kita perhatikan cerita menarik yang sempat dibagikan oleh Aktris Hannah Al Rashid di akun Twitter-nya @HannahAlrashid pada Selasa (10/3). Hannah mengatakan bahwa ia baru saja menerima catcall dari seorang pengemudi ojek daring di Cipete Raya.

OPINI: Perang Melawan Catcall yang Mental Gara-Gara Echo Chamber

Foto:Zeze Le Lin

Hannah menghampiri pelaku dan mengatakan “Bapak suit-suit saya tadi? Itu adalah pelecehan verbal, jangan kayak gitu lagi ya,” tegas Hannah. Pelaku menurut keterangan Hannah langsung menunduk malu sambil meng-iya-kannya.

Nampak heroik bukan aksi tegur Hannah tersebut? Tapi sayangnya, beberapa kalangan masih menganggap bahwa tindakan Hannah berlebihan lantaran catcall yang diterima Hannah tidak dipahami sebagai salah satu bentuk pelecehan.

Aneh gak sih? Bukannya gagasan-gagasan kaum feminis sudah banyak dikoar-koarkan di media sosial?

Gak usah heran, karena yang dilihat setiap hari di media sosial, ya, yang itu-itu aja. Maksudnya, tentang hal-hal yang disukai dan diyakini saja oleh si pemilik akun. Apa yang muncul di linimasa si A bisa sangat berbeda dengan linimasa si B.

OPINI: Perang Melawan Catcall yang Mental Gara-Gara Echo Chamber

Foto: iStock Photo

Ini bisa terjadi karena adanya algoritma media sosial yang menyaring konten linimasa sesuai dengan hal yang disukai oleh pemilik akun. Rekaman like, share, mute, block, dan lain sebagainya diambil ketika pemilik akun berselancar di medsos.

Dengan adanya logaritma medsos, bukan cuma penyaringan informasi yang dilakukan, tapi juga pengulangan kembali informasi yang sebelumnya telah diserap berkali-kali. Pengguna medsos akhirnya diarahkan pada suara-suara yang sama dengan hal yang diyakininya. Fenomena inilah yang disebut dengan Echo Chamber.

Dalam hal ini, medsos yang berperan sebagai ruang (chamber) membiarkan opini tertentu menyebar dan menggema (echo) di dalam ruang yang sama. Beberapa kalangan yang menganggap bahwa tindakan catcall, sebagaimana yang dialami oleh Hannah Al Rashid adalah hal biasa, besar kemungkinan mereka adalah kalangan yang tidak terpapar oleh informasi-informasi terkait permasalahan catcall di medsos.

OPINI: Perang Melawan Catcall yang Mental Gara-Gara Echo Chamber

Foto: Hugh Macleod

Belum lagi efek gema (echo) yang menjadikan probabilitas informasi-informasi tersebut terbatas dikonsumsi oleh kalangan yang memang menyuarakan pendapat atau opini yang sama pula.

Media sosial memang erat keberadaannya dengan masyarakat dalam era digital seperti sekarang, tapi informasi yang didapat bukan cuma terbatas dari media sosial yang itu-itu saja.

Untuk menghindari terbatasnya informasi yang diperoleh, membuka informasi baru atau informasi yang berseberangan dengan opini sebelumnya dapat dilakukan agar tidak terjebak dalam echo chamber media sosial.

Muniha Addin M.
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @munihaa
(her)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7504 seconds (0.1#10.140)