Beberapa Kampus Putuskan Perkuliahan Jarak Jauh, Ini Plus Minusnya
A
A
A
Gara-gara virus corona, beberapa kampus memutuskan untuk membuat sistem perkuliahan jarak jauh (PJJ). Ada mahasiswa yang senang, ada juga yang malah mengeluh.
Beberapa kampus yang memutuskan untuk PJJ di antaranya Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gajah Mada (UGM), STMIK AMIKOM Yogyakarta, Universitas Bina Nusantara (Binus), dan London School of Public Relations (LSPR).
Nah, apa aja, sih, sisi positif dan negatifnya PJJ karena penyebaran virus corona? Ini dia.
SISI POSITIF:
1. MENGURANGI RISIKO PENULARAN VIRUS CORONA
Foto: freespitedfit
Berdesak-desakan di transportasi umum jelas berisiko banget buat memperluas penyebaran virus. “Dengan PJJ, relatif terhindar dari risiko ketularan berbagai penyakit,” kata Susilawati Thabrany, salah satu dosen Politeknik Negeri Jakarta.
Gak cuma di transportasi umum, kampus juga bisa jadi tempat yang berbahaya. “Kampus termasuk salah satu tempat yang banyak interaksi dan kontak fisik antar manusia,” ujar Fakhri Benindo, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
2. HEMAT ONGKOS
Foto: Shutterstock
Nah, dengan PJJ kita jadi bisa punya tabungan lebih, nih. “Belajar di rumah sangat bisa memangkas pengeluaran. Biasanya kalau naik kereta dan bayar parkir bisa 20 ribuan. Belum untuk makan di kampus yang rata-rata harganya 20 ribuan. Bisa-bisa 50 ribu lebih keluar dalam sehari,” jelas Shanen Patricia, mahasiswa Universitas Indonesia.
3. BEBAS MEMILIH TEMPAT UNTUK PJJ
Foto: Freepik
Enaknya PJJ, kita bisa ngerjain tugas di manapun juga. Bahkan baru bangun tidur pun bisa langsung nugas!
“Sensasi PJJ yang aku rasakan seru-seru aja. Suasana lebih kondusif karena gak berisik, fleksibel sambil tiduran juga bisa, lebih santai, jadi gak terlalu tegang kayak di kelas. Interaksi antara dosen dan mahasiswa melalui PJJ juga gak kaku,” kata Anisa Khairani, mahasiswa UIN Jakarta.
4. BELAJAR MANAJEMEN WAKTU
Foto: Freepik
Dengan sistem ini, mahasiswa dituntut bisa mengikuti perkuliahan daring tepat pada waktu yang telah ditetapkan bersama maupun ditetapkan masing-masing dosen. “Di PJJ sudah di-setting waktu-waktu aksesnya,” ujar dosen Susi Susilawati
SISI NEGATIF:
1. GAK SEMUA PUNYA AKSES INTERNET STABIL
Foto: Freepik
Gak semua mahasiswa punya akses wifi atau kuota berlimpah di rumahnya. Ini yang bisa mengganggu proses belajar mengajar.
2. BISA TERJADI SALAH KOMUNIKASI DAN PEMBELAJARAN KURANG MENDALAM
Foto: Freepik
Ada hal-hal yang gak bisa dijelaskan tanpa tatap muka. Mulai dari penyampaian materi sampai tugas-tugas perkuliahan. Mahasiswa cuma menerima pemaparan mata kuliah dari dosen. Dosen juga gak bisa bebas dalam mengajar dan waktunya terbatas saat kuliah jarak jauh itu.
“Setelah 3 hari menjalani kuliah PJJ, masih ada misscomunication antara dosen mata kuliah dan mahasiswa. Terutama info tugas,” tambah Anisa.
3. SUSAH UNTUK MATA KULIAH PRAKTIK
Foto: Freepik
Menurut dosen Susilawati Thabrany, untuk mata kuliah praktik, PJJ sulit dilakukan. Pihak kampus dan mahasiswa harus bersinergi untuk mengatasi kesulitan ini.
4. KEBANYAKAN APLIKASI
Foto: Freepik
Sistem yang memakai jaringan internet berpotensi down karena gak sanggup melayani ratusan mahasiswa yang log in. Gak cuma itu, karena tiap dosen punya kebijakan masing-masing, maka banyak aplikasi yang mesti digunakan mahasiswa.
“Kalau di fakultasku, tiap dosen membuat kebijakan terkait pemakaian aplikasi yang berbeda-beda. Menurutku jadi tidak efisien. Ada dosen yang menginstruksikan pakai Google zoom, Microsoft teams, bahkan kirim voice note di grup WhatsApp,” kata Shanen.
“Pertama pakai Skype. Caranya, bikin grup video call Skype untuk mata kuliah itu. Tapi, untuk koordinasi kapan Skype, tetap dari grup WA kelas pada H-1 sebelum mata kuliah online dilaksanakan. Kedua, Google classroom. Ini untuk membagikan modul materi kuliah dan mengumpulkan tugas. Jadi, seluruh mahasiswa wajib memiliki akun email tertentu supaya bisa masuk ke Google classroom-nya,” tambah Anisa.
5. KHAWATIR KEMAMPUAN DOSEN KURANG MEMADAI
Foto: Freepik
Baik mahasiswa maupun dosen dituntut cepat beradaptasi dengan sistem yang baru. Padahal ada juga dosen yang kurang terbiasa dengan teknologi.
6. SUSAH MENILAI KEMAMPUAN ASLI MAHASISWA
Foto: Freepik
Susi Susilawati menyebut bakal sulit menilai soft skill mahasiswa. Bukan cuma itu, sistem PJJ juga membuka celah adanya kecurangan-kecurangan.
“Ada kemungkinan terjadi hal yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, misalnya kalau mahasiswa diberi tugas, sulit bagi dosen untuk mendeteksi apakah benar tugas itu dibuat oleh mahasiswa yang bersangkutan atau dikerjakan oleh orang lain," jelas Susi.
Poppy Fadhilah
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @poppyfad
Beberapa kampus yang memutuskan untuk PJJ di antaranya Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gajah Mada (UGM), STMIK AMIKOM Yogyakarta, Universitas Bina Nusantara (Binus), dan London School of Public Relations (LSPR).
Nah, apa aja, sih, sisi positif dan negatifnya PJJ karena penyebaran virus corona? Ini dia.
SISI POSITIF:
1. MENGURANGI RISIKO PENULARAN VIRUS CORONA
Foto: freespitedfit
Berdesak-desakan di transportasi umum jelas berisiko banget buat memperluas penyebaran virus. “Dengan PJJ, relatif terhindar dari risiko ketularan berbagai penyakit,” kata Susilawati Thabrany, salah satu dosen Politeknik Negeri Jakarta.
Gak cuma di transportasi umum, kampus juga bisa jadi tempat yang berbahaya. “Kampus termasuk salah satu tempat yang banyak interaksi dan kontak fisik antar manusia,” ujar Fakhri Benindo, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
2. HEMAT ONGKOS
Foto: Shutterstock
Nah, dengan PJJ kita jadi bisa punya tabungan lebih, nih. “Belajar di rumah sangat bisa memangkas pengeluaran. Biasanya kalau naik kereta dan bayar parkir bisa 20 ribuan. Belum untuk makan di kampus yang rata-rata harganya 20 ribuan. Bisa-bisa 50 ribu lebih keluar dalam sehari,” jelas Shanen Patricia, mahasiswa Universitas Indonesia.
3. BEBAS MEMILIH TEMPAT UNTUK PJJ
Foto: Freepik
Enaknya PJJ, kita bisa ngerjain tugas di manapun juga. Bahkan baru bangun tidur pun bisa langsung nugas!
“Sensasi PJJ yang aku rasakan seru-seru aja. Suasana lebih kondusif karena gak berisik, fleksibel sambil tiduran juga bisa, lebih santai, jadi gak terlalu tegang kayak di kelas. Interaksi antara dosen dan mahasiswa melalui PJJ juga gak kaku,” kata Anisa Khairani, mahasiswa UIN Jakarta.
4. BELAJAR MANAJEMEN WAKTU
Foto: Freepik
Dengan sistem ini, mahasiswa dituntut bisa mengikuti perkuliahan daring tepat pada waktu yang telah ditetapkan bersama maupun ditetapkan masing-masing dosen. “Di PJJ sudah di-setting waktu-waktu aksesnya,” ujar dosen Susi Susilawati
SISI NEGATIF:
1. GAK SEMUA PUNYA AKSES INTERNET STABIL
Foto: Freepik
Gak semua mahasiswa punya akses wifi atau kuota berlimpah di rumahnya. Ini yang bisa mengganggu proses belajar mengajar.
2. BISA TERJADI SALAH KOMUNIKASI DAN PEMBELAJARAN KURANG MENDALAM
Foto: Freepik
Ada hal-hal yang gak bisa dijelaskan tanpa tatap muka. Mulai dari penyampaian materi sampai tugas-tugas perkuliahan. Mahasiswa cuma menerima pemaparan mata kuliah dari dosen. Dosen juga gak bisa bebas dalam mengajar dan waktunya terbatas saat kuliah jarak jauh itu.
“Setelah 3 hari menjalani kuliah PJJ, masih ada misscomunication antara dosen mata kuliah dan mahasiswa. Terutama info tugas,” tambah Anisa.
3. SUSAH UNTUK MATA KULIAH PRAKTIK
Foto: Freepik
Menurut dosen Susilawati Thabrany, untuk mata kuliah praktik, PJJ sulit dilakukan. Pihak kampus dan mahasiswa harus bersinergi untuk mengatasi kesulitan ini.
4. KEBANYAKAN APLIKASI
Foto: Freepik
Sistem yang memakai jaringan internet berpotensi down karena gak sanggup melayani ratusan mahasiswa yang log in. Gak cuma itu, karena tiap dosen punya kebijakan masing-masing, maka banyak aplikasi yang mesti digunakan mahasiswa.
“Kalau di fakultasku, tiap dosen membuat kebijakan terkait pemakaian aplikasi yang berbeda-beda. Menurutku jadi tidak efisien. Ada dosen yang menginstruksikan pakai Google zoom, Microsoft teams, bahkan kirim voice note di grup WhatsApp,” kata Shanen.
“Pertama pakai Skype. Caranya, bikin grup video call Skype untuk mata kuliah itu. Tapi, untuk koordinasi kapan Skype, tetap dari grup WA kelas pada H-1 sebelum mata kuliah online dilaksanakan. Kedua, Google classroom. Ini untuk membagikan modul materi kuliah dan mengumpulkan tugas. Jadi, seluruh mahasiswa wajib memiliki akun email tertentu supaya bisa masuk ke Google classroom-nya,” tambah Anisa.
5. KHAWATIR KEMAMPUAN DOSEN KURANG MEMADAI
Foto: Freepik
Baik mahasiswa maupun dosen dituntut cepat beradaptasi dengan sistem yang baru. Padahal ada juga dosen yang kurang terbiasa dengan teknologi.
6. SUSAH MENILAI KEMAMPUAN ASLI MAHASISWA
Foto: Freepik
Susi Susilawati menyebut bakal sulit menilai soft skill mahasiswa. Bukan cuma itu, sistem PJJ juga membuka celah adanya kecurangan-kecurangan.
“Ada kemungkinan terjadi hal yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, misalnya kalau mahasiswa diberi tugas, sulit bagi dosen untuk mendeteksi apakah benar tugas itu dibuat oleh mahasiswa yang bersangkutan atau dikerjakan oleh orang lain," jelas Susi.
Poppy Fadhilah
Kontributor GenSINDO
Politeknik Negeri Jakarta
Instagram: @poppyfad
(her)