10 Remake Film Action Ini Justru Bikin Kecewa Penonton
loading...
A
A
A
Remake film sudah menjadi hal lumrah saat ini. Banyak studio yang me-reboot atau membuat ulang film populer dan hit di box office. Tapi, tidak semua remake itu selalu mampu menyaingi atau membuat versi yang lebih baik dari aslinya.
Lebih sering ketimbang tidak, penggemar jadi kecewa ketika ada studio film memutuskan me-remake sejumlah favorit yang mereka sukai. Di saat remake dikembangkan, penggemar akan terus berharap untuk yang terbaik sementara mengharapkan yang terburuk. Sering kali, mereka segera melupakan remake itu.
Kadang, film asli punya faktor ajaib yang sulit untuk ditiru. Ini sebagian menjelaskan mengapa banyak penggemar kecewa dengan remake film action—yang bergantung pada tren kontemporer, yang tidak semuanya bisa menjadikannya jadi lebih baik. Penggemar menonton remake dengan harapan mengalami pengalaman yang sama dengan versi aslinya. Tapi, mereka jarang mendapatkan film remake dengan layak. Apa saja remake film action yang bikin kecewa penggemar? Mengutip CBR, simak ulasannya berikut ini!
Foto: Slash Film
Film asli Fantastic Four dirilis pada 2005 dengan remake-nya muncul pada 2015. Film aslinya adalah hit di box office, tapi, remake-nya tidak seberuntung itu. Remake Fantastic Four tidak hanya jeblok saat dirilis, tapi segera dianggap sebagai salah satu film superhero terburuk sepanjang masa. Tapi, sejumlah orang percaya kalau film itu dinilai secara tidak adil dan punya banyak hal baik di dalamnya.
Film itu punya segala yang dibutuhkan untuk sukses, cerita komik yang kuat, aktor muda dikenal dan berbakat, serta sutradara berpengalaman. Tapi, proses produksinya mencederai produk finalnya. Ada banyak ketidaksepakatan kreatif, pemotongan anggaran besar, serta perselisihan antara sutradara dan studio Fox. Semua merusak apa yang seharusnya menjadi film yang bagus.
Foto: The Guardians
The Mummy awalnya dirilis pada 1999 dengan remake-nya keluar pada 2017. Film aslinya dianggap sukses secara komersial meskipun mendapatkan ulasan campur dari kritikus. Remake 2017 langsung jeblok begitu dirilis.
Brendan Fraser, salah satu bintang asli franchise The Mummy, mengklaim, remake yang dibintangi Tom Cruise itu jeblok karena tidak seasyik aslinya. The Mummy tampil asyik, menegangkan dan penuh aksi petualangan pada 1999. Tapi, nada yang serius di versi terakhir membuat penggemar bertanya-tanya apa poinnya selain membangun semesta bersama film monster baru.
Foto: MUBI
Clash of the Titan awalnya dirilis pada 1981 dan dibuat ulang pada 2010. Penonton menikmati film asli 1981 karena efek khusus buatan tangan dari Ray Harryhausen. Tapi, remake-nya benar-benar bergantung pada CGI. Selain itu, plotnya punya sejumlah lubang yang dengan cepat dikenali penggemar. Ini menjadikannya sebagai medley atas apa yang seharusnya tidak dilakukan dalam sebuah film.
Tidak hanya itu, tapi, mitos Yunani di remake itu tidak sepenuhnya akurat. Penggemar mengeluhkan penggunaan buruk CGI dan efek 3D di remake itu. Banyak yang mengklaim kalau pendekatan ini membuat penampakan film itu jadi murahan. Dengan demikiran, ini membuat seluruh pengalaman itu jadi terasa murahan.
Foto: IMDb
Hellboy menerima feedback yang sangat positif setelah perilisannya pada 2004. Remake-nya tidak mendapatkan penerimaan hangat yang sama. Di atas kertas, remake itu seharusnya melanjutkan petualangan dunia lain karakte yang disukai itu.
Pada kenyataannya, film itu kelebihan beban, sehingga mengornakan koherensi demi omong kosong nonstop. Alih-alih membuat alur cerita untuk beberapa film, remake itu memutuskan menumpuk cerita komik, banyak karakter, dan sejumlah subplot, semuanya dalam satu film. Hasilnya, film itu terlalu padat dan terlalu cepat bagi penggemar untuk bisa mengikutinya.
Foto: Variety
Conan the Barbarian dibuat ulang pada 2011 dan langsung menerima caci maki dari penggemar film asilnya. Sementara film aslinya punya daya tarik film kelas B, versi terakhirnya kurang keajaibann yang membuat film sebelumnya berhasil. Sejumlah orang yakin kalau film itu salah meng-casting orang.
Tapi, sebagian besar orang sepakat kalau film yang terlalu bergantung pada CGI itu seharusnya menjadi film yang jauh lebih baik. Jason Momoa sejak itu sepakat kalau remake-nya atas Conan itu mengecewakan. Sutradaranya, Marcus Nipel, tidak lagi membantah ketika orang membahas betapa mengecewakannya remake buatannya itu.
Foto: IMDb
Red Dawn tampil baik karena relevansinya pada 1984. Film asli itu juga berhasil membuat remajanya terasa keluar dari film John Hughes. Tapi, remake-nya pada 2012 sangat tidak relevan terhadap tren saat ini. Ini menyebabkan film itu dianggap sebagai kekecewaan.
Film itu sebenarnya didesain untuk menjadi film action. Tapi, pada akhirnya, aspek drama remajanya menahan film itu dari setidaknya jadi agak seru. Sayangnya, untuk contoh ini, remake tidak bisa direncanakan dengan lebih jelek.
Foto: IMDb
Ketika memikirkan tentang Total Recall, sebagian besar penggemar akan mengingat film aslinya. Padahal, remake-nya dirilis pada 2012. Remake itu mengecewakan banyak penggemar karena gagal menahan perhatian mereka. Remake Total Recall punya banyak plot hole dan adegan konyol.
Faktor-faktor itu membuat film tersebut segera dilupakan dibandingan film klasik karya Paul Verhoeven. Remake 2012 itu gagal bertahan seperti versi originalnya karena memilih untuk keluar jalur ke arah yang penuh omong kosong. Remake itu jeblok di box office dan segera dilupakan tak lama setelah dirilis.
Foto: Variety
Charlie’s Angels diberi remake kedua pada 2019 dan segera dianggap sebagai bencana box office. Sutradaranya, Elizabeth Banks, segera sepakat dengan amarah para penggemar atas remake yang mengecewakan. Bagi banyak orang, adaptasi McG dari serial itu adalah klasik sepanjang masa, dengan visual bergaya super dan dengan sempurna mendapatkan pemeran trio utamanya.
Sayangnya, versi terakhirnya tidak punya kekuatan bintang yang sama. Padahal, ada bintang terkenal seperti Kristen Stewart di sana. Charlie’s Angels dimaksudnya sebagai film aksi yang seru dan humoris. Tapi, remake-nya tidak punya semua itu. Penggemar merasa remake itu punya pemeran yang berakting jelek dan humor yang berulang kali terasa garing.
Foto: Variety
Point Break asli mungkin konyol. Tapi, sutradaranya yang solid, Kathryn Bigelow, dan pemerannya yang juga solid—Keanu Reeves dan Patrick Swayze—meningkatkan kontennya menjadi klasik yang disukai. Versi 2015-nya gagal menyampaikan pengalaman nonton film yang sama. Remake itu dianggap tidak ada poinnya dan mengecewakan penggemar.
Versi aslinya dianggap sebagai salah satu film terbaik di eranya dan tidak kehilangan kekuatannya saat ditonton ulang. Remake-nya terlihat lebih seperti pengalaman seperti buku, dengan elemen cerita prasyarat. Pemerannya juga tidak bisa terlihat kurang tertarik berada di sana.
Foto: The Hollywood Reporter
Death Race 2000 adalah film B absurd yang asyik. Tapi, remake-nya mending dilupakan saja. Death Race 2008 mengikuti lini cerita yang sama seperti film aslinya. Tapi, tanpa daya tariknya. Alih-alih, kreatornya berfokus pada ledakan dan action sebagai usaha untuk memodernisasi apa yang bisa dianggap sebagai film yang sangat basi.
Tapi, remake Death Race kurang aspek politik seperti film aslinnya dan juga humor yang sangat dibutuhkan. Alih-alih, penggemar diberi sebuah film yang langsung dan tidak halus. Sementara itu tidak jelek begitu saja, eksekusinya tidak terlalu menarik.
Lebih sering ketimbang tidak, penggemar jadi kecewa ketika ada studio film memutuskan me-remake sejumlah favorit yang mereka sukai. Di saat remake dikembangkan, penggemar akan terus berharap untuk yang terbaik sementara mengharapkan yang terburuk. Sering kali, mereka segera melupakan remake itu.
Kadang, film asli punya faktor ajaib yang sulit untuk ditiru. Ini sebagian menjelaskan mengapa banyak penggemar kecewa dengan remake film action—yang bergantung pada tren kontemporer, yang tidak semuanya bisa menjadikannya jadi lebih baik. Penggemar menonton remake dengan harapan mengalami pengalaman yang sama dengan versi aslinya. Tapi, mereka jarang mendapatkan film remake dengan layak. Apa saja remake film action yang bikin kecewa penggemar? Mengutip CBR, simak ulasannya berikut ini!
10. Fantastic Four
Foto: Slash Film
Film asli Fantastic Four dirilis pada 2005 dengan remake-nya muncul pada 2015. Film aslinya adalah hit di box office, tapi, remake-nya tidak seberuntung itu. Remake Fantastic Four tidak hanya jeblok saat dirilis, tapi segera dianggap sebagai salah satu film superhero terburuk sepanjang masa. Tapi, sejumlah orang percaya kalau film itu dinilai secara tidak adil dan punya banyak hal baik di dalamnya.
Film itu punya segala yang dibutuhkan untuk sukses, cerita komik yang kuat, aktor muda dikenal dan berbakat, serta sutradara berpengalaman. Tapi, proses produksinya mencederai produk finalnya. Ada banyak ketidaksepakatan kreatif, pemotongan anggaran besar, serta perselisihan antara sutradara dan studio Fox. Semua merusak apa yang seharusnya menjadi film yang bagus.
9. The Mummy
Foto: The Guardians
The Mummy awalnya dirilis pada 1999 dengan remake-nya keluar pada 2017. Film aslinya dianggap sukses secara komersial meskipun mendapatkan ulasan campur dari kritikus. Remake 2017 langsung jeblok begitu dirilis.
Brendan Fraser, salah satu bintang asli franchise The Mummy, mengklaim, remake yang dibintangi Tom Cruise itu jeblok karena tidak seasyik aslinya. The Mummy tampil asyik, menegangkan dan penuh aksi petualangan pada 1999. Tapi, nada yang serius di versi terakhir membuat penggemar bertanya-tanya apa poinnya selain membangun semesta bersama film monster baru.
8. Clash of the Titans
Foto: MUBI
Clash of the Titan awalnya dirilis pada 1981 dan dibuat ulang pada 2010. Penonton menikmati film asli 1981 karena efek khusus buatan tangan dari Ray Harryhausen. Tapi, remake-nya benar-benar bergantung pada CGI. Selain itu, plotnya punya sejumlah lubang yang dengan cepat dikenali penggemar. Ini menjadikannya sebagai medley atas apa yang seharusnya tidak dilakukan dalam sebuah film.
Tidak hanya itu, tapi, mitos Yunani di remake itu tidak sepenuhnya akurat. Penggemar mengeluhkan penggunaan buruk CGI dan efek 3D di remake itu. Banyak yang mengklaim kalau pendekatan ini membuat penampakan film itu jadi murahan. Dengan demikiran, ini membuat seluruh pengalaman itu jadi terasa murahan.
7. Hellboy
Foto: IMDb
Hellboy menerima feedback yang sangat positif setelah perilisannya pada 2004. Remake-nya tidak mendapatkan penerimaan hangat yang sama. Di atas kertas, remake itu seharusnya melanjutkan petualangan dunia lain karakte yang disukai itu.
Pada kenyataannya, film itu kelebihan beban, sehingga mengornakan koherensi demi omong kosong nonstop. Alih-alih membuat alur cerita untuk beberapa film, remake itu memutuskan menumpuk cerita komik, banyak karakter, dan sejumlah subplot, semuanya dalam satu film. Hasilnya, film itu terlalu padat dan terlalu cepat bagi penggemar untuk bisa mengikutinya.
6. Conan the Barbarian
Foto: Variety
Conan the Barbarian dibuat ulang pada 2011 dan langsung menerima caci maki dari penggemar film asilnya. Sementara film aslinya punya daya tarik film kelas B, versi terakhirnya kurang keajaibann yang membuat film sebelumnya berhasil. Sejumlah orang yakin kalau film itu salah meng-casting orang.
Tapi, sebagian besar orang sepakat kalau film yang terlalu bergantung pada CGI itu seharusnya menjadi film yang jauh lebih baik. Jason Momoa sejak itu sepakat kalau remake-nya atas Conan itu mengecewakan. Sutradaranya, Marcus Nipel, tidak lagi membantah ketika orang membahas betapa mengecewakannya remake buatannya itu.
5. Red Dawn
Foto: IMDb
Red Dawn tampil baik karena relevansinya pada 1984. Film asli itu juga berhasil membuat remajanya terasa keluar dari film John Hughes. Tapi, remake-nya pada 2012 sangat tidak relevan terhadap tren saat ini. Ini menyebabkan film itu dianggap sebagai kekecewaan.
Film itu sebenarnya didesain untuk menjadi film action. Tapi, pada akhirnya, aspek drama remajanya menahan film itu dari setidaknya jadi agak seru. Sayangnya, untuk contoh ini, remake tidak bisa direncanakan dengan lebih jelek.
4. Total Recall
Foto: IMDb
Ketika memikirkan tentang Total Recall, sebagian besar penggemar akan mengingat film aslinya. Padahal, remake-nya dirilis pada 2012. Remake itu mengecewakan banyak penggemar karena gagal menahan perhatian mereka. Remake Total Recall punya banyak plot hole dan adegan konyol.
Faktor-faktor itu membuat film tersebut segera dilupakan dibandingan film klasik karya Paul Verhoeven. Remake 2012 itu gagal bertahan seperti versi originalnya karena memilih untuk keluar jalur ke arah yang penuh omong kosong. Remake itu jeblok di box office dan segera dilupakan tak lama setelah dirilis.
3. Charlie's Angels
Foto: Variety
Charlie’s Angels diberi remake kedua pada 2019 dan segera dianggap sebagai bencana box office. Sutradaranya, Elizabeth Banks, segera sepakat dengan amarah para penggemar atas remake yang mengecewakan. Bagi banyak orang, adaptasi McG dari serial itu adalah klasik sepanjang masa, dengan visual bergaya super dan dengan sempurna mendapatkan pemeran trio utamanya.
Sayangnya, versi terakhirnya tidak punya kekuatan bintang yang sama. Padahal, ada bintang terkenal seperti Kristen Stewart di sana. Charlie’s Angels dimaksudnya sebagai film aksi yang seru dan humoris. Tapi, remake-nya tidak punya semua itu. Penggemar merasa remake itu punya pemeran yang berakting jelek dan humor yang berulang kali terasa garing.
2. Point Break
Foto: Variety
Point Break asli mungkin konyol. Tapi, sutradaranya yang solid, Kathryn Bigelow, dan pemerannya yang juga solid—Keanu Reeves dan Patrick Swayze—meningkatkan kontennya menjadi klasik yang disukai. Versi 2015-nya gagal menyampaikan pengalaman nonton film yang sama. Remake itu dianggap tidak ada poinnya dan mengecewakan penggemar.
Versi aslinya dianggap sebagai salah satu film terbaik di eranya dan tidak kehilangan kekuatannya saat ditonton ulang. Remake-nya terlihat lebih seperti pengalaman seperti buku, dengan elemen cerita prasyarat. Pemerannya juga tidak bisa terlihat kurang tertarik berada di sana.
1. Death Race
Foto: The Hollywood Reporter
Death Race 2000 adalah film B absurd yang asyik. Tapi, remake-nya mending dilupakan saja. Death Race 2008 mengikuti lini cerita yang sama seperti film aslinya. Tapi, tanpa daya tariknya. Alih-alih, kreatornya berfokus pada ledakan dan action sebagai usaha untuk memodernisasi apa yang bisa dianggap sebagai film yang sangat basi.
Tapi, remake Death Race kurang aspek politik seperti film aslinnya dan juga humor yang sangat dibutuhkan. Alih-alih, penggemar diberi sebuah film yang langsung dan tidak halus. Sementara itu tidak jelek begitu saja, eksekusinya tidak terlalu menarik.
(alv)