CERMIN: Teror, Kekerasan, dan Erotika dari Garin Nugroho

Sabtu, 07 Januari 2023 - 07:55 WIB
loading...
CERMIN: Teror, Kekerasan,...
Film horor Puisi Cinta yang Membunuh jadi karya terbaru Garin Nugroho yang bicara tentang teror dan kekerasan. Foto/Starvision Plus
A A A
JAKARTA - Tahun 1990. Saya baru kelas 6 SD dan Garin Nugroho sudah melahirkan mahakarya pertamanya, Cinta dalam Sepotong Roti.

Saya menonton film tersebut bertahun-tahun kemudian. Ketika rasa cinta saya kepada film semakin berkobar. Saya menyaksikannya dengan mata berbinar-binar. Sungguh perfilman Indonesia akan semakin cerah dengan sineas seperti Garin.

Saya tidak pernah membayangkan film bisa begitu puitis dan pada saat bersamaan juga bisa begitu erotis. Roti, selai, dan perempuan bisa sama seksinya di tangan Garin. Sejak itu saya menjadi pengagumnya.

Saya menonton hampir semua film Garin. Termasuk Opera Jawayang masih saya anggap sebagai film terbaiknya hingga saat ini. Saya terpesona melihat keberanian Garin melakukan penjelahan dan mencari pengucapan baru. Ia tak ingin film hanya dilihat dari 1-2 bentuk, ia ingin melihat film sebagai medium yang bisa diisi apa saja, termasuk instalasi seni rupa di dalamnya.

CERMIN: Teror, Kekerasan, dan Erotika dari Garin Nugroho

Foto: Starvision Plus

Puisi Cinta yang Membunuhsekali lagi menjadi wujud dari penjelahan Garin untuk terus mencari pengucapan baru. Saya mengaguminya karena itu. Saya pun demikian dan akan selalu gelisah mencari hal-hal baru untuk dituangkan dalam karya-karya saya.

Namun Garin selalu berhasil mendorongnya ke titik maksimal. Ketika ia melakukan percobaan, ia tak pernah melakukannya setengah-setengah. Garin tak pernah mencoba menjadi orang lain, membuat film seperti sutradara terkenal. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri.

Dan hadirlah sensasi teror, kekerasan, dan erotika itu dalam karya terbarunya ini. Mungkin kita bisa mengkotakkan genre filmnya ke dalam thriller/horor tapi tentu saja hasilnya tak sesuai dengan konvensi yang sudah kita kenal bersama.

Baca Juga: CERMIN: tentang Penebusan Diri dan Kesempatan Kedua di Dapur Napi

Garin memahami pakem horor/thriller/slasher yang diwujudkannya dalam adegan pembuka yang berdarah-darah. Tak saja mengagetkan, tapi juga membuat ngilu.

Karena berbeda dengan Timo atau Kimo, Garin ingin agar penonton memahami esensi lebih dari darah demi darah yang dihadirkannya. Kelak kita akan tahu bahwa Garin juga ingin membicarakan trauma yang dialami tubuh yang lekat dengan sejarah yang dialaminya.

CERMIN: Teror, Kekerasan, dan Erotika dari Garin Nugroho

Foto: Starvision Plus

Puisi Cinta yang Membunuh dituturkan dari sudut pandang Ranum, perempuan cantik yang menjadi siswa sekolah mode. Mode memang bukan sekadar memakaikan baju ke tubuh, karena tubuh selalu punya sejarahnya sendiri.

Soal trauma pada tubuh bukan hal baru yang dituturkan Garin. Sebelumnya ia membahasnya lebih subtil dalam Kucumbu Tubuh Indahku.

Ranum datang dengan keluguan sekaligus teror. Dua hal yang kadang ia sendiri tak mengerti. Dan Garin cerdik membuat penonton terus menduga-duga apa yang sesungguhnya terjadi pada Ranum. Banyak hal terjadi pada Ranum dan ia seperti berada sejenak dalam mimpi buruk. Dan mimpi buruk itu terus berulang.

Hingga Ranum bertemu Hayat, laki-laki ganteng pencinta puisi. Ranum jatuh cinta pada Hayat, juga pada puisi-puisinya. Tapi soal cinta bagi Garin memang tak pernah sesederhana itu. Selalu ada sejarah yang membayangi.

Baik Ranum maupun Hayat selalu dihantui dengan trauma kekerasan yang menimpa mereka saat masa kecil. Dan tak mudah keluar dari kubangan trauma itu. Kadang bahkan Ranum membiarkan dirinya tenggelam di sana. Dan ia melihat Hayat perlahan-lahan juga ikut tenggelam.

CERMIN: Teror, Kekerasan, dan Erotika dari Garin Nugroho

Foto: Starvision Plus

Garin banyak membubuhkan adegan yang mungkin akan terpatri cukup lama dalam benak penonton. Seperti adegan menggulung tubuh seseorang dengan kain berwarna merah dan membiarkan seseorang lainnya menggunting kain tersebut hingga membentuk pola yang diinginkan. Adegan yang tak terbayangkan ini terasa horor sekaligus erotis. Mungkin hanya Garin seorang yang bisa mendorong adegan seperti ini tercipta.

Kali lain Garin membuat adegan jarum jahit berbenang yang menusuk tubuh perempuan yang meronta dan berteriak. Kita pun ikut merasa ngeri dan terteror. Walaupun sesungguhnya bagi penonton film Garin, kita sudah melihat adegan serupa dalam film Bulan Tertusuk Ilalang.

Baca Juga: Review Film M3GAN, Boneka Horor tanpa Harus Kerasukan Setan

Teror, kekerasan, dan erotika bercampur-aduk dalam Puisi Cinta yang Membunuh. Sebuah film yang perlu ditonton dengan pemikiran terbuka. Bahwa horor/thriller/slasher tak perlu selalu begitu-begitu saja penyajiannya. Dan sah-sah saja jika ia digabung dengan problematika yang lebih subtil seperti trauma dan sejarah.

Juga sah-sah saja jika ia bergabung dengan puisi-puisi. Karena film Indonesia masih butuh Garin Nugroho yang tak berhenti menjelajahi sebuah dunia bernama sinema.


PUISI CINTA YANG MEMBUNUH
Produser: Chand Parwez Servia
Sutradara: Garin Nugroho
Penulis Skenario: Garin Nugroho
Pemain: Mawar de Jongh, Baskara Mahendra, Raihaanun

Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
(ita)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1606 seconds (0.1#10.140)