Review Avatar: The Way of Water: Plot Klise dengan Visual yang Menakjubkan
loading...
A
A
A
Avatar: The Way of Water mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada hari ini, Rabu (14/12). Film ini sudah hype sejak beberapa bulan lalu dan tiketnya pun langsung diserbu penggemar ketika presale dibuka. Bayang-bayang durasi 3 jam 10 menit sepertinya tidak membuat orang-orang ini kehilangan semangat untuk menontonnya.
Avatar adalah franchise yang dipastikan akan memanjakan mata penontonnya. The Way of Water pun turut mewujudkannya. Tapi, James Cameron adalah sutradara yang kreatif dan visioner. Dia tidak mau membuat Avatar: The Way of Water sebagai sekuel biasa atau sama seperti pendahulunya. Dia ingin membuatnya menjadi lebih baik lagi.
Kegigihan tekad James ini memang luar biasa. Avatar: The Way of Water tidak mengecewakan secara visual. Sejak menit pertama, penonton akan diingatkan lagi dengan keindahan hutan-hutan melayang di Pandora. Di dalam hutan itu, banyak tumbuhan ajaib yang memang sangat indah dipandang.
Namun, tentu saja, hutan ini sudah dieksplorasi di Avatar pertama. Sekuelnya kemudian mengajak penonton untuk melihat keajaiban lain Pandora, yaitu alam bawah airnya. Suku Metkayina akan memperkenalkan keindahan lautan Pandora kepada penonton.
Foto: CNN
Di Avatar: The Way of Water, penonton akan dibawa untuk menikmati indahnya makhluk-makhluk ajaib yang berenang di dalam lautan. Lupakan ikan-ikan penghuni terumbu karang atau makhluk tanpa tulang yang seolah melayang di dalam air dunia nyata. Di film ini, ikan-ikannya jauh lebih cantik dengan alam bawah air yang lebih mirip seperti negeri dogeng.
Salah satu makhluk paling menonjol adalah tuktun. Ikan raksasa ini adalah Paus Humpback versi Pandora. Ikan ini punya peranan penting di cerita Way of Water. Di Metkayina, ikan ini punya mitologi yang kuat dan dianggap keramat.
Foto: ABC News
Teknologi 3D yang dipakai James membuat makhluk-makhluk bawah air ini jadi lebih menakjubkan. Dengan teknologi ini, orang seperti akan dibawa langsung masuk ke air dan bermain-main dengan makhluk-makhluk itu. Mereka juga akan merasakan langsung ketegangan yang meletus di alam bawah air itu.
Pertarungan yang act terakhirnya juga cukup spektakuler. Pertarungan antara teknologi manusia mutakhir dengan suku Na’vi yang bersenjatakan alat sederhana terlihat tidak seimbang. Tapi, kecerdasan dan taktik yang dilakukan karakter yang terlibat di dalamnya membuat adegan ini jadi seru dan eksplosif.
Foto: Deadline
Namun, tentu saja, dengan fokus pada visual, film ini jadi tidak punya plot yang sangat unik. Plot film ini, dari awal sampai akhir, akan terasa sangat generik, formulaic, dan klise. Penonton akan bisa menebak apa yang terjadi dari satu adegan ke adegan lain, bahkan apa hasilnya.
Secara keseluruhan, cerita Avatar: The Way of Water terasa seperti cerita film keluarga pada umumnya. Dengan premis kalau dua karakter utamanya, Jake Sully (Sam Worthington) dan Neytiri (Zoe Saldana) telah menjadi orang tua, bukan sesuatu yang mengherankan kalau fokus pada dinamika kehidupan keluarga diangkat di sini. Lagipula, dengan empat anak, dua remaja, satu ABG, dan satu anak-anak, apa lagi yang bisa diharapkan?
Foto: TIME
Namun, pengembangan karakter menjadi salah satu titik kuat di film ini. Selain memperkenalkan anak-anak Jake dan Neytiri, Avatar: The Way of Water juga menampilkan orang-orang dari suku Metkayina. Desain mereka berbeda dari suku Na’vi Jake dan Neytiri. Tubuh suku Metkayina didesain untuk beradaptasi dengan air. Tubuh mereka lebih kekar dengan ekor seperti sirip. Berbeda dengan Na’vi yang bertubuh lebih ramping.
Dengan perkenalan karakter-karakter baru itu, Avatar bersiap untuk mengalihkan fokus dari Jake dan Neytiri ke karakter-karakter ini. Kehadiran karkater anak-anak tersebut membuat Avatar punya bahan untuk mengembangkan ceritanya jadi lebih luas. Metkayina mungkin adalah suku pertama di luar Na’vi yang diperkenalkan. Dengan luasnya Pandora, kemungkinan masih ada suk lain di pulau-pulau terapungnya.
Foto: USA Today
Yang menarik, Avatar: The Way of Water tidak punya twist yang terlalu menonjol. Tapi, itu tidak membuat film ini jadi membosankan. Film ini punya emosi yang lebih dalam dengan adegan yang menyentuh hati. Jadi, durasi 3 jam 10 menit, orang tidak akan merasa bosan. Tidak seperti film pertamanya yang terasa lambat dan membosankan.
Avatar: The Way of Water menempatkan porsi pembangunan dunia dan visualnya secara sejajar. Keduanya tidak terlihat saling bersaing untuk terlihat lebih menonjol dan saling menutupi kelemahannya. Orang mungkin tidak terkesan dengan ceritanya, tapi visualnya jelas akan membekas di benak mereka.
Foto: Collider
Selain itu, di antara para karakternya, Neytiri tidak terlalu banyak tampil. Ini terutama terlihat di awal sampai menjelang akhir film. Jake lebih sering menjadi fokus di sini. Ini membuat Neytiri seperti karakter yang terlupakan. Bahkan, dia seperti tidak ada. Namun, penggemar Neytiri jelas masih bisa melihat aksinya di akhir film ini.
Avatar: The Way of Water adalah pameran visual menakjubkan dunia fantasi yang melampaui ekspektasi orang terhadap sebuah film layar lebar meski plotnya tipis. Karya James Cameron ini, meski klise secara cerita, jelas akan menjadi salah satu film terbaik yang pernah dibuat dalam sejarah perfilman. Orang akan mengharapkan lebih di Avatar 3 yang menjadi kelanjutan kisah di film ini.
Avatar: The Way of Water mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (14/12). Film ini akan lebih baik kalau ditonton di studio yang menyediakan layanan 3D seperti IMAX. Jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
Lihat Juga: Keseruan Special Screening Film ZANNA: Whisper of Volcano Isle, Anak-anak Antusias Bertemu Peri
Avatar adalah franchise yang dipastikan akan memanjakan mata penontonnya. The Way of Water pun turut mewujudkannya. Tapi, James Cameron adalah sutradara yang kreatif dan visioner. Dia tidak mau membuat Avatar: The Way of Water sebagai sekuel biasa atau sama seperti pendahulunya. Dia ingin membuatnya menjadi lebih baik lagi.
Kegigihan tekad James ini memang luar biasa. Avatar: The Way of Water tidak mengecewakan secara visual. Sejak menit pertama, penonton akan diingatkan lagi dengan keindahan hutan-hutan melayang di Pandora. Di dalam hutan itu, banyak tumbuhan ajaib yang memang sangat indah dipandang.
Namun, tentu saja, hutan ini sudah dieksplorasi di Avatar pertama. Sekuelnya kemudian mengajak penonton untuk melihat keajaiban lain Pandora, yaitu alam bawah airnya. Suku Metkayina akan memperkenalkan keindahan lautan Pandora kepada penonton.
Foto: CNN
Di Avatar: The Way of Water, penonton akan dibawa untuk menikmati indahnya makhluk-makhluk ajaib yang berenang di dalam lautan. Lupakan ikan-ikan penghuni terumbu karang atau makhluk tanpa tulang yang seolah melayang di dalam air dunia nyata. Di film ini, ikan-ikannya jauh lebih cantik dengan alam bawah air yang lebih mirip seperti negeri dogeng.
Salah satu makhluk paling menonjol adalah tuktun. Ikan raksasa ini adalah Paus Humpback versi Pandora. Ikan ini punya peranan penting di cerita Way of Water. Di Metkayina, ikan ini punya mitologi yang kuat dan dianggap keramat.
Foto: ABC News
Teknologi 3D yang dipakai James membuat makhluk-makhluk bawah air ini jadi lebih menakjubkan. Dengan teknologi ini, orang seperti akan dibawa langsung masuk ke air dan bermain-main dengan makhluk-makhluk itu. Mereka juga akan merasakan langsung ketegangan yang meletus di alam bawah air itu.
Pertarungan yang act terakhirnya juga cukup spektakuler. Pertarungan antara teknologi manusia mutakhir dengan suku Na’vi yang bersenjatakan alat sederhana terlihat tidak seimbang. Tapi, kecerdasan dan taktik yang dilakukan karakter yang terlibat di dalamnya membuat adegan ini jadi seru dan eksplosif.
Foto: Deadline
Namun, tentu saja, dengan fokus pada visual, film ini jadi tidak punya plot yang sangat unik. Plot film ini, dari awal sampai akhir, akan terasa sangat generik, formulaic, dan klise. Penonton akan bisa menebak apa yang terjadi dari satu adegan ke adegan lain, bahkan apa hasilnya.
Secara keseluruhan, cerita Avatar: The Way of Water terasa seperti cerita film keluarga pada umumnya. Dengan premis kalau dua karakter utamanya, Jake Sully (Sam Worthington) dan Neytiri (Zoe Saldana) telah menjadi orang tua, bukan sesuatu yang mengherankan kalau fokus pada dinamika kehidupan keluarga diangkat di sini. Lagipula, dengan empat anak, dua remaja, satu ABG, dan satu anak-anak, apa lagi yang bisa diharapkan?
Foto: TIME
Namun, pengembangan karakter menjadi salah satu titik kuat di film ini. Selain memperkenalkan anak-anak Jake dan Neytiri, Avatar: The Way of Water juga menampilkan orang-orang dari suku Metkayina. Desain mereka berbeda dari suku Na’vi Jake dan Neytiri. Tubuh suku Metkayina didesain untuk beradaptasi dengan air. Tubuh mereka lebih kekar dengan ekor seperti sirip. Berbeda dengan Na’vi yang bertubuh lebih ramping.
Dengan perkenalan karakter-karakter baru itu, Avatar bersiap untuk mengalihkan fokus dari Jake dan Neytiri ke karakter-karakter ini. Kehadiran karkater anak-anak tersebut membuat Avatar punya bahan untuk mengembangkan ceritanya jadi lebih luas. Metkayina mungkin adalah suku pertama di luar Na’vi yang diperkenalkan. Dengan luasnya Pandora, kemungkinan masih ada suk lain di pulau-pulau terapungnya.
Foto: USA Today
Yang menarik, Avatar: The Way of Water tidak punya twist yang terlalu menonjol. Tapi, itu tidak membuat film ini jadi membosankan. Film ini punya emosi yang lebih dalam dengan adegan yang menyentuh hati. Jadi, durasi 3 jam 10 menit, orang tidak akan merasa bosan. Tidak seperti film pertamanya yang terasa lambat dan membosankan.
Avatar: The Way of Water menempatkan porsi pembangunan dunia dan visualnya secara sejajar. Keduanya tidak terlihat saling bersaing untuk terlihat lebih menonjol dan saling menutupi kelemahannya. Orang mungkin tidak terkesan dengan ceritanya, tapi visualnya jelas akan membekas di benak mereka.
Foto: Collider
Selain itu, di antara para karakternya, Neytiri tidak terlalu banyak tampil. Ini terutama terlihat di awal sampai menjelang akhir film. Jake lebih sering menjadi fokus di sini. Ini membuat Neytiri seperti karakter yang terlupakan. Bahkan, dia seperti tidak ada. Namun, penggemar Neytiri jelas masih bisa melihat aksinya di akhir film ini.
Avatar: The Way of Water adalah pameran visual menakjubkan dunia fantasi yang melampaui ekspektasi orang terhadap sebuah film layar lebar meski plotnya tipis. Karya James Cameron ini, meski klise secara cerita, jelas akan menjadi salah satu film terbaik yang pernah dibuat dalam sejarah perfilman. Orang akan mengharapkan lebih di Avatar 3 yang menjadi kelanjutan kisah di film ini.
Avatar: The Way of Water mulai tayang di bioskop di seluruh Indonesia pada hari ini, Rabu (14/12). Film ini akan lebih baik kalau ditonton di studio yang menyediakan layanan 3D seperti IMAX. Jaga kesehatan! Selamat menyaksikan!
Lihat Juga: Keseruan Special Screening Film ZANNA: Whisper of Volcano Isle, Anak-anak Antusias Bertemu Peri
(alv)