Sejarah Hutan Kota di Jakarta, Dibuat untuk Bikin Senang Tamu Asing
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernah gak kamu kepikiran mengenai sejarah hutan kota yang sering kamu kunjungi pada saat libur kuliah atau sekolah? Ternyata, sejarah hutan kota di Indonesia lumayan panjang, lho.
Abdul Syukur, sejarawan sekaligus dosen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ), mengatakan bahwa sejarah hutan kota di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda.
“Sejak zaman dulu, Hindia Belanda sudah banyak menanam pohon di Indonesia. Banyak kota-kota di Indonesia yang dijadikan perkebunan oleh pemerintah kolonial," jelas Abdul.
"Pohon-pohonnya antara lain karet, kina, teh, kopi, tebu, dan tembakau. Semuanya ditanam demi kepentingan ekonomi Belanda," imbuhnya.
Foto:hippostcard.com
Sementara untuk kepentingan hutan kota, pemerintah kolonial saat itu menanam pohon-pohon di pinggir jalan di kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Medan, dan kota besar lainnya.
“Pohon-pohon yang ditanam misalnya buah-buahan untuk di Jakarta, ada juga beberapa kota yang ditanami pohon jati,” terang Abdul.
Saat itu, nama hutan kota sebenarnya belum dikenal. Yang ada hanya istilah taman kota. Padahal, dua istilah itu sebenarnya berbeda.
“Taman kota pohon yang ditanami diatur sedemikian rupa agar menyerupai taman, sedangkan hutan kota pohon yang ditanami dibiarkan tumbuh bebas,” jelasnya.
Foto: worthpoint.com
Hutan-hutan kota peninggalan pemerintah kolonial kini kebanyakan menjadi tempat wisata seperti Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Universitas Indonesia (UI).
Fungsinya jelas berbeda dengan saat ini. Kalau dulu fungsinya adalah sebagai penghasil rempah-rempah, sementara sekarang sebagai tempat rekreasi.
Sementara hutan-hutan kota yang belakangan muncul dimulai pada era pemerintahan Sukarno.
Secara kronologis, hutan kota di Indonesiai mulai ada sejak event Games New Emerging Force (Ganefo) pada 1963.
Foto: fao.org
“Penanaman pohon banyak dilakukan di area Senayan yang dekat dengan Gelora Bung Karno. Di daerah Senayan saat ini memang terlihat rindang karena pohon–pohon yang sudah lama ditanami," ujar Abdul.
"Lalu pada 1978 penanaman hutan kota kembali digencarkan dalam rangka Kongres Kehutanan Dunia di Indonesia,” tambahnya.
Acara-acara besar inilah yang menjadi pemicu bagi pemerintah untuk pembenahan kota Jakarta, termasuk menambahkan fasilitas umum seperti hutan kota yang pastinya akan menjadi nilai plus bagi pengunjung mancanegara.
“Pada masa yang akan datang, hutan kota seharusnya bisa membuka peluang lebar dalam bidang pariwisata. Tempat wisata yang murah, tapi nyaman dan menyegarkan tentu akan menjadi daya tarik bagi warga metropolitan,” tegas Abdul.
GenSINDO
Fakhri Benindo
Universitas Negeri Jakarta
Abdul Syukur, sejarawan sekaligus dosen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ), mengatakan bahwa sejarah hutan kota di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda.
“Sejak zaman dulu, Hindia Belanda sudah banyak menanam pohon di Indonesia. Banyak kota-kota di Indonesia yang dijadikan perkebunan oleh pemerintah kolonial," jelas Abdul.
"Pohon-pohonnya antara lain karet, kina, teh, kopi, tebu, dan tembakau. Semuanya ditanam demi kepentingan ekonomi Belanda," imbuhnya.
Foto:hippostcard.com
Sementara untuk kepentingan hutan kota, pemerintah kolonial saat itu menanam pohon-pohon di pinggir jalan di kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Medan, dan kota besar lainnya.
“Pohon-pohon yang ditanam misalnya buah-buahan untuk di Jakarta, ada juga beberapa kota yang ditanami pohon jati,” terang Abdul.
Saat itu, nama hutan kota sebenarnya belum dikenal. Yang ada hanya istilah taman kota. Padahal, dua istilah itu sebenarnya berbeda.
“Taman kota pohon yang ditanami diatur sedemikian rupa agar menyerupai taman, sedangkan hutan kota pohon yang ditanami dibiarkan tumbuh bebas,” jelasnya.
Foto: worthpoint.com
Hutan-hutan kota peninggalan pemerintah kolonial kini kebanyakan menjadi tempat wisata seperti Kebun Raya Bogor dan Hutan Kota Universitas Indonesia (UI).
Fungsinya jelas berbeda dengan saat ini. Kalau dulu fungsinya adalah sebagai penghasil rempah-rempah, sementara sekarang sebagai tempat rekreasi.
Sementara hutan-hutan kota yang belakangan muncul dimulai pada era pemerintahan Sukarno.
Secara kronologis, hutan kota di Indonesiai mulai ada sejak event Games New Emerging Force (Ganefo) pada 1963.
Foto: fao.org
“Penanaman pohon banyak dilakukan di area Senayan yang dekat dengan Gelora Bung Karno. Di daerah Senayan saat ini memang terlihat rindang karena pohon–pohon yang sudah lama ditanami," ujar Abdul.
"Lalu pada 1978 penanaman hutan kota kembali digencarkan dalam rangka Kongres Kehutanan Dunia di Indonesia,” tambahnya.
Acara-acara besar inilah yang menjadi pemicu bagi pemerintah untuk pembenahan kota Jakarta, termasuk menambahkan fasilitas umum seperti hutan kota yang pastinya akan menjadi nilai plus bagi pengunjung mancanegara.
“Pada masa yang akan datang, hutan kota seharusnya bisa membuka peluang lebar dalam bidang pariwisata. Tempat wisata yang murah, tapi nyaman dan menyegarkan tentu akan menjadi daya tarik bagi warga metropolitan,” tegas Abdul.
GenSINDO
Fakhri Benindo
Universitas Negeri Jakarta
(it)